Novel : Love Me, One More Time (Part 2) : Permintaan Sekali Seumur Hidup
Maya berjalan dengan langkah yang terhuyung-huyung. Untuk berdiri saja, ia sudah cukup kesulitan. Menghadapi berita buruk yang baru saja ia dengar itu benar-benar sangat sulit baginya. Seluruh hidup yang ia jalankan untuk mengejar ambisi dan cita-citanya itu terasa hancur begitu saja. Penyakit mematikan yang diderita olehnya membuat Maya harus mengubur cita-citanya dalam-dalam. Bahkan, ia harus menghadapi kenyataan bahwa usia nya di dunia ini hanya tersisa enam bulan lagi.
Di tengah rasa putus asa nya tersebut, entah bagaimana ceritanya, ia kini berakhir tepat di depan gedung kantornya sendiri. Maya yang masih mengenakan pakaian rumah sakit itu kini memilih masuk ke dalam kantornya hingga naik menggunakan lift untuk mencapai lantai tempat ruangannya berada. Sesampainya di ruangan pribadinya, Maya segera menyalakan lampu untuk menerangi ruangan tersebut. Bola matanya mengedarkan pandangan mengelilingi ruangan kerja dimana hampir seluruh hidupnya ia habiskan diruangan tersebut.
Datang ke ruangan kerjanya rupanya tak membuat perasaannya membaik. Ia justru merasa semakin tertekan hingga lututnya tak mampu lagi menahan berat tubuhnya sendiri. Maya jatuh ke lantai dalam posisi duduk. Kelopak matanya sudah tak lagi mampu menahan air mata yang pada akhirnya mulai mengalir dengan deras membanjiri pipinya tersebut. Cukup lama tangisan Maya mengisi keheningan pada ruangan tersebut. Hingga pada akhirnya, matanya beralih ke sebuah map cokelat yang berada di atas mejanya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maya mencoba berhenti menangis sejenak, ia kembali bangkit lalu mulai mengambil map cokelat tersebut dan membukanya. Terlihat beberapa lembar kertas berada di dalam map tersebut lengkap dengan beberapa cetakan foto.
“Detektif itu, karena Audi batal menemuinya, ia pasti mengirim laporannya kesini” gumam Maya.
Maya pun mulai membaca beberapa kalimat pada laporan tersebut. Namun, yang menjadi pusat perhatiannya adalah foto-foto yang turut dilampirkan pada berkas yang sedang ia baca. Mata Maya kembali dibuat terbuka lebar, tangannya pun turut gemetar tatkala ia melihat isi foto yang menampilkan seorang pria yang sedang menggandeng sosok wanita dengan tangannya. Tak hanya itu, foto lain juga menunjukkan pria tersebut makan malam dan sempat saling merangkul satu sama lain. Sosok pria itu adalah pria yang sama dengan pria yang Maya rangkul pada bingkai foto pernikahan yang Maya pajang di mejanya tersebut. Ya, foto itu adalah bukti tentang perselingkuhan suaminya yang sedang Maya selidiki dengan jasa detektif bayaran.
Tangan Maya mulai memperoleh kekuatannya kembali. Ia kini mulai meremas foto-foto tersebut lalu berteriak histeris. Air matanya yang semula berhenti mengalir, kini kembali keluar dari kelopak matanya. Maya mulai kalut, ia mengacak-acak mejanya hingga beberapa dokumen berterbangan ke lantai. Teriakan histerisnya semakin membuat kondisi Maya kian memprihatinkan. Setelah mendapat kabar penyakitnya yang sudah membuatnya merasa frustasi, kini ia mengetahui bahwa suami yang ia nikahi dan ia cintai dengan sepenuh hatinya itu serta telah menemaninya selama kurang lebih lima tahun dalam pernikahan, kini berselingkuh darinya bersama dengan wanita lain yang tak ia kenali.
Situasi tersebut mampu membawa Maya berada dalam kondisi terendahnya. Akal sehat Maya mulai hilang, kegilaan seakan menguasai dirinya. Fatalnya, terlintas sebuah pikiran ekstrem dalam kepala Maya. Keinginan untuk menyerah dan mengakhiri semua penderitaannya sekarang juga. Untuk mewujudkannya, Maya mulai bangkit berdiri dan berjalan keluar dengan tatapan kosong. Ia pergi menuju tangga darurat yang terhubung pada atap gedung kantornya tersebut.
Hembusan angin malam membuat suasaan atap gedung tersebut terasa cukup dingin. Maya yang memakai pakaian rumah sakit dengan bahan tipis itu tentu saja akan merasa kedinginan. Akan tetapi, rasa dingin tersebut sama sekali tidak ia rasakan. Tatapan matanya benar-benar kosong, ia berjalan layaknya mayat hidup tanpa pikiran. Hanya ada satu tujuan dalam diri Maya saat ini, yaitu berjalan menuju tepi atap gedung dan melompat ke bawah untuk mengakhiri penderitaannya sekarang juga.
Semakin dekat dengan tepi atap, Maya mulai kembali menangis. Ia menangisi nasib buruknya dan semua perjuangan yang hanya berakhir dengan keputusasaan yang membuat dirinya berakhir di tepi atap gedung tersebut. Ia mulai memejamkan mata, tangannya mengepal dengan kuat dan hanya butuh satu dorongan bagi Maya untuk melompat terjun ke bawah. Di tengah kondisi hidup dan mati tersebut, terlintas sebuah ingatan yang membuatnya kembali mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidup dengan tragis.
“Menikahlah denganku, akan ku bantu wujudkan semua cita-citamu itu. Aku berjanji padamu”
Sebuah kata-kata dari masa lampau yang entah mengapa kembali berputar dalam benak Maya. Kata-kata dari seorang laki-laki yang berlutut padanya sambil memegang cincin emas yang sampai saat ini masih Maya kenakan. Kenangan saat suami nya melamar dirinya itu membuat Maya tersadar atas apa yang baru saja ia inginkan. Maya melangkah mundur, ia mulai mencoba mengumpulkan kesadarannya untuk kembali berpikir logis.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya