Faik sudah merasa bahwa udara di ruang keluarga itu memanas. Seketika, ia mengajak Ihsan untuk bermain di ruang lain. Ia menggendong Ihsan dan membawanya ke kamar tempat ia biasa menginap di rumah ibu mertuanya.
Di sana, ia mengambil buku untuk bayi yang memang sengaja ia bawa. Buku itu terbuat dari sejenis kain yang dijahit sehingga anti sobek. Di dalamnya, terdapat potongan-potongan kain berwarna cerah berbentuk berbagai macam hewan.
Begitu ia membawa buku itu dan duduk di dekat Ihsan yang sedang berguling-guling di kasur, Ihsan langsung tertarik dan berguling menghampiri ibunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kamu mau baca buku, Ihsan?” tanya Faik sambil tersenyum pada anaknya. Ia pun mengangkat Ihsan dan mendudukkannya di pangkuannya. Faik membuka buku, kemudian menunjuk pada gambar pertama di buku itu. “Lihat, ada gajah…”
Ucapannya terputus lantaran Ihsan langsung mengambil buku tersebut dan memasukkannya ke dalam mulut kecilnya. Tidak hanya itu, Ihsan juga dengan gemas menggigiti buku tersebut. Faik tak bisa menahan tawanya. Ia kemudian menundukkan badannya dan menciumi pipi tembam Ihsan dengan gemas.
Faik masih asyik memperhatikan Ihsan yang masih gemas meremas-remas dan menggigiti bukunya saat pintu kamarnya dibuka. Fadli masuk ke dalam kamar mereka dengan muka datar. Ia langsung ikut duduk di kasur di samping Faik. Pandangan matanya tertuju pada Ihsan, namun pikirannya entah ada di mana.
Faik yang langsung menyadari bahwa suaminya sedang tidak baik-baik saja, menjulurkan satu tangannya dan memeluknya. Ia kemudian mengusap lembut punggung suami yang sangat dicintainya itu.
Fadli mengembuskan napasnya perlahan. “ Maaf, ya. Belum ada satu hari, aku sudah buat kamu enggak nyaman.”
Faik hanya tersenyum pada suaminya.
“Aku enggak tahu kenapa tadi tiba-tiba saja emosiku tersulut. Aku enggak seharusnya marah sama Mama. Mama tentu saja merupakan orang yang paling sakit hati dengan perlakuan Papa. Mama juga yang sudah berusaha keras untuk menahan semua sakit itu sendiri sambil mengasuh dan merawatku. Mama bahkan masih harus banting tulang untuk menghidupiku karena memang Mama ingin menghilang sepenuhnya dari kehidupan Papa dan keluarganya.” Fadli menghirup dalam-dalam udara di sekelilingnya dan mengembuskannya perlahan. “Sejak keluar dari rumah Papa dulu, kami sama sekali enggak pernah berhubungan lagi dengan satu pun anggota keluarga Papa. Sepertinya mereka justru senang kami sudah pergi. Mereka selama ini selalu memperlakukan Mama seolah-olah Mama adalah hama. Bahkan, ongkos perjalanan kami ke ibukota pun ternyata didapat Mama dari Bude.”
Fadli sekali lagi menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya. “Sekarang, aku malah marah sama Mama. Anak macam apa aku ini.” ia menangkupkan satu tangannya ke muka dan memijat dahinya perlahan sambil memejamkan mata.
Faik terus menggosok lembut punggung suaminya.
Sementara itu, Ihsan sudah mulai bosan dengan buku yang dipegangnya. Ia menjulurkan tangannya dan menepuk-nepuk kaki ayahnya.
Fadli membuka matanya. Ia memandangi anaknya yang mengajaknya bermain. Ia kemudian tersenyum. Tatapan mata Ihsan benar-benar bisa menghilangkan gundah gulana pada hatinya. Ia turun dari tempat tidur dan duduk di lantai untuk mengajak Ihsan bermain . Ia menangkupkan kedua tangan pada mukanya dan mulai bermain cilukba bersama Ihsan.
Bermain dengan anaknya benar-benar membuat hatinya lega. Fadli menatap istrinya lagi dan berkata, “Kita makan malam di luar, yuk! Aku akan minta maaf sama Mama sekarang dan mengajaknya makan malam bersama di luar. Mama sangat suka seafood. Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran seafood favorit kita?”
Faik kembali tersenyum. “Boleh. Aku akan buat reservasi malam ini.”
Fadli menggeleng. “Enggak perlu. Aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk melam ini.” Ia kemudian mengambil HP dan mulai menelpon restoran.
Restoran seafood favorit mereka memang bukan restoran yang terkenal. Oleh karena itu, sangat mudah bagi mereka untuk memesan meja di sana meskipun mereka melakukannya pada hari itu juga. Setelah mendapatkan pesanan meja untuk mereka, Fadli pun beranjak keluar kamar lagi untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungannya dengan ibunya.
~Bersambung~