Attala memeriksa isi kulkas di dapur. Rasanya, ia ingin sekali makan masakan Korea yaitu Jajangmyeon atau Kimbap.
Jajangmyeon adalah salah satu makanan khas Korea yang sangat populer. Makanan ini juga terpengaruh dari makanan khas China. Sedangkan, Kimbap merupakan olahan nasi gulung. Bentuk Kimbap mirip dengan makanan khas Jepang yaitu Shusi. Ia sering membuat Kimbab untuk bekal ketika kuliah karena makanan ini cukup praktis untuk dibawa ke mana-mana. Bahannya pun mudah sekali dicari. Ia hanya butuh bahan-bahan seperti nasi panas, minyak wijen, garam, rumput laut, minyak goreng dan biji wijen panggang. Untuk isiannya, ia lebih suka menggunakan wortel, mentimun, telur, dan juga daging sapi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kedelai hitam, daging ayam, bawang Bombay, daun bawang prei, kol, kentang, semua bahan untuk bikin Jajangmyeon lengkap. Tinggal, nyari mie, tepung maizena, saus tiram, dan kecap asin. Kira-kira disimpan di mana, ya.” Attala mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan.
“Mas, lagi ngapain?” Kirei menghampiri Attala yang terlihat sibuk sambil mengikat rambut panjangnya. Siang ini, ia mengenakan kaus longgar berwarna biru langit dengan celana jeans selutut.
“Mas mau masak makanan khas Korea. Kamu tahu Jajangmyeon?” Attala membalikkan tubuh, lalu menatap Kirei yang terlihat canti, meski tanpa make up.
“Wah, itu, sih, makanan favoritku, Mas. Bahan apa saja yang belum ada?” Kirei mendekati Attala dan melihat bahan-bahan yang Attala persiapkan di atas meja.
“Pantas saja. Semua bahan ada di kulkas, tetapi mie, saus tiram, kecap asin, dan tepung maizena yang belum ketemu. Mas tidak tahu disimpan di mana?”
“Oh, kalau itu ada di sini, Mas.” Kirei mencoba membuka pintu lemari yang menempel di tembok, tepat berada di atas wastafel. Karena tinggi badan Kirei yang mungil, ia lumayan kesulitan untuk membukanya.
Melihat istrinya kesulitan, Attala langsung membuka lemari dan mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan. Kemudian, ia membawa bahan-bahan itu dan meletakkannya di atas meja bersamaan bahan yang lainnya.
“Aku bisa, lho, masak Jajangmyeon. Dijamin enak banget.” Kirei menawarkan diri untuk memasak Jajangmyeon. Meski kelihatannya manja, papa selalu mendidiknya untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Ia harus bisa bertahan hidup jika suatu saat kondisi dan bisnis keluarga berada pada titik terendah.
Attala menyergitkan dahi. Ia tak percaya cewek feminim seperti Kirei bisa masak. Pasalnya, jari-jari tangan istrinya itu halus dan putih.
“Wajahnya, kok, kayak gitu? Mas pasti enggak percaya, kan? Mau bukti?” Kirei merasa tertantang. Ia mengambil apron warna pink yang tergantung di dekat kulkas. Apron yang dipakainya memang sengaja di desain khusus. Tak aneh jika apron itu banyak gambar boneka-boneka yang lucu. Namun, ia kesulitan ketika hendak memasang tali ke belakang.
Tanpa diminta, Attala mendekati Kirei dan membantu memasangkan apron. Aroma vanilla tercium dari rambut istrinya. Membuatnya ingin selalu berada di dekat sang istri.
“Mas bantuin apa, nih?” Attala berbisik di telinga kiri sambil memeluk Kirei dari belakang.
Kirei yang sedang mengupas bawang seketika terhenti. Tubuhnya menegang, bahkan ritme jantungnya pun cepat. “Ma-mas ber-sihin aja daging ayam sama sayurannya.”
“Oke, siap, Tuan Putri,” ujar Attala sambil melepas pelukannya.
Attala mengambil apron berwarna hijau, lalu mengenakannya. Ia langsung mengeksekusi dulu daging ayam dengan cara membersihkannya terlebih dahulu sebelum direndam menggunakan perasaan jeruk nipis. Setelah daging ayam selesai, ia lanjut memotong sayuran seperti dadu. Pastinya, sayuran itu sudah dibersihkan terlebih dahulu.
Setelah pekerjaan Attala selesai, aroma kedelai hitam mengguar. Ia pun mendekat ke arah Kirei yang sedang menumis pasta kedelai yang terdiri dari campuran kedelai, gula, dan sedikit air yang diblender hingga ketiganya halus. Kemudian, dimasak di dalam teflon hingga mengental seperti pasta.
Kirei mengangkat wajan yang berisi tumis pasta kedelai, lalu memisahkan minyaknya ke wajan lain. Setelah itu, ia menambahkan sedikit minyak dan bawang sampai harum.
“Mas, daging ayam sama sayuran sudah siap?” tanya Kirei tanpa mengalihkan fokusnya pada pekerjaannya.
“Sudah, Tuan Putri,” sahut Attala sambil menyerahkan daging ayam pada Kirei.
“Boleh, minta tolong dimasukkan.” Kirei menatap Attala dengan raut wajah memelas.
Attala memasukkan daging ayam, lalu mengambil alih pekerjaan Kirei karena istrinya itu ingin ke toilet dulu. Setelah daging ayamnya matang, ia memasukkan semua sayuran, pasta kedelai, saus tiram, gula, kecap asin, serta menambahkan sedikit air agar sayur matang.
Kirei kembali ke dapur setelah menunaikan hajatnya. Ia mengerjakan bagian yang lainnya yaitu melarutkan tepung maizena dengan air, lalu menuangkannya ke dalam tumisan yang dikerjakan oleh suaminya dan diaduk sampai saus mengental.
“Pas.” Kirei mencicipi terlebih dahulu, sebelum disajikan. “Mas mau coba?”
Attala membuka mulut ketika Kirei mendekatkan sendok untuk mengoreksi rasa. “Wah, rasanya pas. Ternyata istri Mas pinter masak juga. Mas enggak bakalan kelaparan, nih. Besok, kita masak Kimbab, ya. Kamu bisa, kan?”
Halaman : 1 2 Selanjutnya