Anny Ratnawati, seorang ekonom senior, memperingatkan pemerintah tentang penurunan daya beli masyarakat yang menjadi tren pada kuartal 4, di mana pertumbuhan ekonomi cenderung melambat. Ratnawati menegaskan perlunya untuk membaca pola ini secara hati-hati.
Mengacu pada data pertumbuhan ekonomi di tahun 2022, Ratnawati menjelaskan bahwa ada konfirmasi tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi setiap akhir tahun. Contohnya, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan pada kuartal kedua tahun 2022 hanya mencapai 3,72%, kemudian melambat pada kuartal III menjadi 1,83%, dan kembali menurun drastis pada kuartal IV hanya sebesar 0,36%. Ratnawati menyatakan bahwa perlambatan ini sungguh luar biasa.
Dia juga menyoroti pola yang serupa terjadi pada tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi secara quarter to quarter menunjukkan bahwa pada triwulan kedua pertumbuhan mencapai 3,86%, kemudian turun menjadi 1,6% di kuartal ketiga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini tidak sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,94%, di bawah proyeksi pemerintah yang di atas 5%.
Menurut Ratnawati, penurunan daya beli ini bukan hanya terasa di kalangan masyarakat kelas bawah, namun juga di kalangan menengah. Inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga pangan diprediksi akan sangat memengaruhi daya beli golongan bawah dan miskin yang sebagian besar pendapatannya digunakan untuk konsumsi.
Ratnawati juga menyoroti bahwa penurunan daya beli tidak hanya terasa pada masyarakat kelas bawah, tapi juga menengah dan atas. Inflasi yang terjadi bersamaan dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia berpengaruh pada golongan menengah dan atas. Dampaknya adalah adanya ketidakpastian politik, fluktuasi kurs, serta arus modal keluar yang menyebabkan kelompok menengah dan atas cenderung menahan diri dalam berbelanja.
Merespons ketidaksesuaian target pertumbuhan ekonomi kuartal III, pemerintah telah mengumumkan serangkaian kebijakan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan Bantuan Langsung Tunai El Nino sebesar Rp 400 ribu yang akan disalurkan pada November dan Desember 2023. Selain itu, program bantuan sosial berupa beras 10 kilogram juga akan dilanjutkan pada bulan Desember.
Di samping itu, pemerintah juga menyiapkan insentif di sektor properti dengan memberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai untuk pembelian rumah komersial dengan harga hingga Rp 5 miliar. Paket kebijakan ini diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa pencairan gaji ke-13 PNS yang lebih cepat menyebabkan ekonomi Indonesia di kuartal III 2023 turun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94% secara tahunan, lebih lambat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,73%.
Airlangga sependapat dengan pernyataan Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, bahwa salah satu faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah penurunan belanja pemerintah. Konsumsi pemerintah kontraksi 3,76% di kuartal III 2023 sebagai akibat dari penurunan belanja pegawai, barang, dan bantuan sosial.
Widyasanti menyoroti bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi juga disebabkan oleh pergeseran pembayaran gaji ke-13, yang pada 2022 dilakukan di kuartal III dan pada 2023 terjadi di kuartal II. Dampaknya adalah kontraksi dalam konsumsi pemerintah.
Sementara Menkeu Sri Mulyani menjelaskan bahwa realisasi belanja pemerintah pada kuartal III memang negatif secara musiman. Ia menyebut bahwa beberapa belanja biasanya baru terealisasi pada kuartal IV. Alokasi belanja untuk kuartal terakhir di 2023 masih tersedia sekitar Rp1.078 triliun, sementara target penerimaan negara mencapai Rp650 triliun.
Mulyani menyimpulkan bahwa ekspansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di kuartal IV diharapkan dapat menjadi dorongan pertumbuhan positif di kuartal tersebut, dengan adanya kebijakan tambahan diharapkan dapat memperbaiki outlook pertumbuhan ekonomi di kuartal IV untuk menjaga pertumbuhan sekitar 5%.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini