Hingga 10 November 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat adanya peningkatan kasus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) di Indonesia menjadi 38 kasus.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, menyampaikan bahwa tambahan tiga kasus terbaru berasal dari Kota Cirebon dan DKI Jakarta.
Provinsi DKI Jakarta mencatatkan jumlah kasus tertinggi dengan 29 kasus, diikuti Jawa Barat dengan empat kasus, dan Banten dengan lima kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak 17 kasus masih dalam kategori suspek, sementara 109 dinyatakan negatif setelah analisis sampel di laboratorium. Dari 38 kasus, 12 pasien yang terkonfirmasi positif Mpox telah dinyatakan sembuh.
Kasus pertama Mpox dilaporkan pada 20 Agustus 2022, dan sejak 13 Oktober 2023, temuan kasus kembali dilaporkan. Menghadapi lonjakan ini, Kemenkes RI menerapkan strategi pencegahan spesifik dengan melibatkan komunitas pemerhati kelompok lelaki suka lelaki (LSL) untuk penyuluhan edukasi. Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan bahwa penanganan perlu dilakukan secara spesifik untuk mengurangi stigma yang dapat menghambat intervensi.
Selain upaya pencegahan, Kemenkes RI juga menyediakan 4.500 dosis vaksin Mpox dan 1.008 botol antivirus tecovirimat sebagai bagian dari pengobatan pasien. Ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi penyebaran penyakit ini.
Penting untuk memahami gejala cacar monyet dan kapan seseorang harus menjalani pemeriksaan. Gejala umum termasuk ruam kulit, demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Dengan pemahaman ini, masyarakat diharapkan dapat lebih cepat mendeteksi dan melaporkan kasus potensial.
Meskipun demikian, upaya pencegahan dan penanganan kasus cacar monyet di Indonesia tidak lepas dari tantangan. Selain dari aspek teknis, stigma sosial juga menjadi hal yang perlu diatasi. Kemenkes RI berusaha keras untuk mengurangi stigma ini melalui pendekatan spesifik yang melibatkan komunitas pemerhati LSL.
Kasus cacar monyet menunjukkan kompleksitas dalam penanganannya. Peningkatan jumlah kasus mengindikasikan pentingnya upaya yang lebih besar dalam hal edukasi dan pencegahan. Strategi pencegahan spesifik yang diimplementasikan oleh Kemenkes RI, dengan melibatkan berbagai pihak, mencerminkan keseriusan pemerintah dalam menanggapi tantangan kesehatan masyarakat.
Pada tingkat global, perlu adanya koordinasi antarnegara dalam penanganan penyakit menular seperti cacar monyet. Kerjasama ini dapat mencakup pertukaran informasi, dukungan teknis, dan pembagian sumber daya untuk memperkuat kapasitas negara-negara dalam menanggapi ancaman kesehatan serius.
Seiring dengan upaya pemerintah, partisipasi aktif masyarakat juga diperlukan. Kesadaran akan gejala, tindakan pencegahan, dan pelaporan kasus adalah bagian integral dari usaha bersama dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Dalam konteks ini, penyediaan vaksin dan antivirus tecovirimat oleh Kemenkes RI menjadi langkah proaktif dalam memastikan ketersediaan pengobatan bagi pasien. Namun, perlu juga dipahami bahwa pendekatan terhadap cacar monyet tidak hanya bersifat medis, tetapi juga melibatkan aspek sosial dan komunitas untuk memastikan kesuksesan upaya penanganan penyakit ini.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini