Kisah dr. Qory menjadi viral setelah suaminya, Willy Sulistio (39), dijadikan tersangka dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Insiden KDRT tersebut terjadi saat dr. Qory menghentikan tayangan film yang tengah ditonton bersama ketiga anak mereka, padahal sebenarnya dr. Qory hendak memberikan kejutan ulang tahun kepada suaminya. Kejadian ini bukanlah yang pertama kali terjadi, dan seorang penjual bubur juga menjadi saksi terhadap KDRT yang dialami oleh dr. Qory.
Menurut Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro, indikasi KDRT yang dilakukan oleh Willy terus berulang, dan polisi telah mengumpulkan bukti dari sejumlah sumber, termasuk kesaksian penjual bubur yang melihat kejadian tersebut.
Dampak dari kekerasan yang berulang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga dapat memberikan dampak serius pada kesehatan mental korban, yang mungkin berlangsung dalam jangka waktu panjang. Psikolog klinis, Intan Erlita, MPsi, menjelaskan bahwa korban KDRT bisa mengalami dampak fisik seperti kecacatan atau bahkan kematian, dan dari segi kejiwaan, dapat menimbulkan trauma, depresi, gangguan panik, psikosomatis, atau kesulitan tidur (insomnia).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika suami dr. Qory melaporkan bahwa istrinya hilang, terungkap bahwa dr. Qory melarikan diri ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TPA) karena mengalami KDRT. Polisi menyebut bahwa suami dr. Qory melakukan tindakan kekerasan fisik yang melibatkan menendang dan menginjak tubuh dr. Qory berkali-kali, bahkan saat dr. Qory sedang hamil enam bulan. Hasil visum juga menunjukkan adanya luka memar pada beberapa bagian tubuh dr. Qory.
Suami dr. Qory juga pernah mengancam dengan meletakkan pisau di punggung istri, menciptakan situasi yang menakutkan dan membuat dr. Qory merasa terancam, sehingga ia memutuskan untuk mencari perlindungan di Dinas P2TPA.
Meskipun sulit untuk mengenali tanda-tanda awal pasangan memiliki kecenderungan KDRT, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menyoroti ciri-ciri “red flag” yang sering kali diabaikan. Emosi yang meledak-ledak, kecenderungan marah, dan cara penyelesaian konflik yang tidak sehat merupakan beberapa tanda yang harus diwaspadai. Sari Dewi menekankan pentingnya masyarakat untuk memahami tanda-tanda tersebut dan mengambil tindakan preventif yang sesuai.
Kasus ini ramai sejak beberapa hari lalu, hal ini diawali
usai dirinya dilaporkan hilang pada Senin (13/11/2023) di laman X, yang dulunya dikenal Twitter. Wanita 37 tahun itu meninggalkan rumah pasca cekcok dengan suami.
Informasi ini mulanya diunggah oleh suami Qory dalam akun X @Qory20.
“Twitter X please do your magic. Saya suami dari dr Qory. Istri saya pergi meninggalkan rumah pada 13-11-2023 sekitar jam 9.30 pagi. Penyebabnya setelah bertengkar dengan saya pagi itu,” demikian isi pernyataan di Twitter @Qory20 yang diunggah Rabu, (15/11/2023).
“Info lain: Istri saya nggak punya kerabat atau teman dekat, tapi semua teman kerja di klinik/RS sudah dihubungi.”
Cuitan dibarengi dengan gambaran fisik dokter Qory sebelum meninggalkan rumah.
“Kehilangan istri dan ibu dari tiga anak. Ciri-ciri: hamil 6 bulan, tinggi 153 cm, berat 55 kg, sawo matang (warna kulit), rambut sebahu, cantik, cantik banget, terlihat lebih muda dari umurnya 37 tahun, suaranya lembut,” kicaunya.
usai unggaham itu viral, justru netizen bertanya-tanya dan mengkhawatirkan kondisi dr. Qory, dicurigai telah terjadi kasus KDRT atau bahkan menjadi korban kekerasan lain, bahkan beberapa netijen khawatir terjadi pembunuhan.
belakangan Suami dokter Qory akhirnya ditangkap oleh polisi karena terbukti melakukan KDRT
“Korban ditendang berkali-kali hingga terjatuh dan kemudian menginjak berkali-kali di bagian leher belakang,” kata Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Teguh Kumara dalam keterangannya, Jumat (17/11/2023).
Mirisnya, suami dokter Qory melakukan KDRT saat dirinya sedang hamil enam bulan. Hasil visum menunjukkan ada sejumlah luka di beberapa bagian tubuh dr Qory.
“Hasil visum et repertum terdapat memar pada bibir atas sebelah kiri, lengan atas kanan, lengan atas kiri, paha kanan, dan pinggul sebelah kanan,” jelasnya.
polisi menyebut ancaman suami dokter Qory salah satunya menaruh pisau di punggung istri.
“Untuk mengancam dan sempat ditaruh di punggung belakang korban sehingga korban merasa ketakutan,” kata Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro kepada wartawan.
“Dan itulah yang menyebabkan korban meninggalkan rumah mencari perlindungan ke Dinas P2TP2A,” jelasnya.