Belakangan ini istilah All Eyes on Papua sedang ramai diperbincangkan publik akibat adanya konflik yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat adat Papua.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan masyarakat Papua sehingga menyuarakan haknya ke Mahkamah Agung?
Keadaan Papua yang mulanya damai dan tenang kini mulai terusik kembali dengan adanya perselisihan. Tindakan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menyelamatkan keaslian hutan adat Papua dari proyek pembukaan lahan perkebunan sawit. Ulasan selengkapnya akan dijelaskan pada artikel berikut ini.
Makna All Eyes On Papua
Ungkapan All Eyes On Papua sendiri bermakna semua mata tertuju pada Papua. Seruan tersebut merupakan bentuk dukungan masyarakat Indonesia atas konflik yang tengah dialami oleh Papua. All Eyes On Papua menjadi viral di berbagai media sosial baik dalam bentuk kata-kata, foto, hingga video yang diunggah oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, All Eyes On Papua sendiri telah dibagikan oleh lebih dari 1 juta pengguna media sosial yang otomatis menarik perhatian publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

Hastag All Eyes On Papua yang banyak beredar di internet tersebut menjadi bukti dari upaya penyelamatan hutan adat Papua. Dengan adanya unggahan All Eyes On Papua tersebut secara tidak langsung membantu suku Awyu dan suku Moi dalam mempertahankan hutan adat sebagai sumber daya alam terbaik yang dimiliki.
Penyebab Konflik
Latar belakang konflik tersebut terjadi ketika PT. Indo Asiana Lestari berencana untuk mengganti hutan adat Papua dengan perkebunan sawit seluas 36.094 hektar. Melalui proyek tanah merah, area hutan adat Papua akan dijadikan sebagai perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Mega proyek yang akan dilakukan oleh PT. Indo Asiana Lestari bersama dengan tujuh perusahaan lainnya ini memicu aksi protes dari masyarakat adat Papua sendiri dan masyarakat Indonesia. Pasalnya, tindakan yang akan dilakukan oleh PT. Indo Asiana Lestari dapat mengancam kelangsungan ekosistem kelangsungan kehidupan yang ada di hutan.
Berawal dari konflik tersebut kini telah beredar petisi penolakan di internet yang diprakarsai oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat melalui platform bernama change.org. Petisi penolakan tersebut merupakan salah satu aksi protes yang dilayangkan kepada Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sekaligus Mahkamah Agung. Tujuan diadakannya petisi penolakan ini adalah mencabut izin dari proyek perkebunan kelapa sawit yang akan dilakukan oleh PT. Indo Asiana Lestari.
Reaksi Masyarakat Adat Papua
Masyarakat adat Papua melakukan aksi damai yang rela menempuh perjalanan jauh dari Papua menuju Jakarta. Meskipun, PT. Indo Asiana Lestari telah mengantongi izin namun masyarakat adat Papua terutama suku Awyu dan suku Moi melangsungkan aksi protesnya di hadapan gedung Mahkamah Agung. Aksi tersebut dilakukan untuk melindungi hutan adat Papua sebagai aset yang paling berharga dan tak ternilai harganya.
Melihat aksi yang dilakukan oleh suku Awyu dan suku Moi tersebut tentu mengundang rasa empati dan kepedulian dari publik. Menurut informasi yang beredar, hutan adat Papua merupakan sumber pendapatan dan tempat tinggal bagi mayoritas masyarakat Papua. Bahkan, hutan adat Papua ini menjadi sumber budaya, air, dan pangan. Hutan adat sangat berarti bagi penduduk Papua karena mempunyai hubungan erat terhadap religi dan spiritual.
Demikianlah informasi yang bisa diberikan dari artikel tagar All Eyes On Papua ini. Semoga bisa membuka mata seluruh rakyat Indonesia untuk berlomba-lomba mengeratkan rasa persatuan dalam melindungi hutan adat Papua.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku di Google News atau Whatsapp Channels