Beberapa waktu lalu, ada seorang teman online yang mengirimkan saya pesan pribadi. Awalnya saya baca pesannya seperti biasa. Memang, sejak saya banyak mengunggah konten tentang rumah tangga, banyak ibu-ibu yang curhat sekadar untuk meringankan beban mental mereka atau memang benar-benar mencari solusi.
Saat sedang tidak sibuk begini, saya baru bisa membuka pesan-pesan yang masuk. Yah, hitung-hitung mencari pahala dengan membantu orang lain.
Pesan kali ini membuat saya merinding sekali. Kalimat pertamanya dimulai dengan: Mak, dosa nggak kalau kita selingkuh dengan jin?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Orang gila mana yang mau selingkuh dengan jin?
Ini bukan cuma gila, tapi melanggar batas alam. Apa manusia sudah habis sampai selingkuh dengan jin segala?
Setelah menenangkan diri, saya membaca balon chat berikutnya. Ibu yang memperkenalkan diri sebagai ibu beranak dua yang telah berusia tiga puluhan itu mengetik: Seminggu yang lalu aku mimpi ketemu sama laki-laki ganteng banget, Mak, tapi di mimpi. Laki-laki itu bilang dia jin dan dia suka sama aku. Dia duduk di sebelahku dan aku seneng banget. Sampai aku bangun tidur pun rasa senengnya itu tetap terasa. Malam berikutnya dia datang lag, terus cium aku. Ciuman itu panas banget dan aku suka, Mak. Aku malu, tapi harus kuakui kalau aku basah beneran.
Ini memang bukan kali pertama saya membaca kisah seperti ini. Sepupu saya pun mengalaminya dulu, saat rumah tangganya dilanda masalah dengan suami, ada jin yang datang ingin mengajak sepupu saya berselingkuh, tapi tidak sampai sejauh ini.
Ibu itu mengetik lagi dan saya hanya membaca saja dulu, membiarkan dia mengeluarkan semua unek-uneknya: Dia datang setiap malam, Mak. Dia nyentuh aku. Dia tiduri aku. Rasanya enak banget. Aku sampai nggak tahu harus bilang apa lagi selain enak. Aku nggak pernah merasakan orgasme sama suami, tapi sama jin ini rasanya luar biasa.
Pada balon chat terakhir, dia bertanya: Aku sudah berdosa ya, Mak?
Setelah membaca pesan yang terakhir itu, saya baru sadar kalau saya sudah menahan napas sejak tadi. Dengan tersengal, saya mengatur napas agar merasa lebih baik.
Saya meletakkan tangan di atas keyboard laptop, tapi saya bingung harus mengatakan apa. Bukankah seharusnya dia tahu kalau yang dia lakukan salah?
Akhirnya, saya memutuskan untuk bertanya: Menurut Emak gimana? Apakah itu berdosa?
Dia menjawab: Dosa, Mak.
Saya melepaskan napas dengan lega. Dia mengerti. Sangat mudah memberikan nasihat pada orang yang mengerti daripada orang yang selalu menyangkal.
Saya mengetik untuknya: Mak, berhubungan seks dengan manusia yang bukan suami aja dosa, apalagi dengan jin. Ini sudah sangat salah, Mak, sekalipun kondisinya Emak dirayu sama jin itu.
Agak lama kemudian, dia baru menjawab: Terus, aku kudu gimana, Mak?
Saya menjawabnya dengan: Rukyah saja, Mak. Kasih tahu ke suami apa yang Emak alami. Minta temani suami untuk rukyah. Kalau memang ada masalah dengan suami, obrolin aja, ya. Jangan pendam masalah itu. Jin suka orang yang suka overthinking dan menyimpan masalah.
Satu jam kemudian baru dia menjawab: Tapi, aku takut, Mak. Gimana kalau nanti suami marah sama aku?
Saya mengerti ketakutannya. Saya juga mungkin akan sangat malu menceritakan hal tersebut pada suami kalau mengalaminya sendiri. Tapi, saya berusaha untuk menguatkannya: Emak nggak bisa rukyah sendiri. Emak butuh ada yang dampingi kalau terjadi sesuatu. Coba dulu aja, Mak. Dalam hal ini emak diganggu. Emak nggak salah, kok.
Setelah lama simbol “typing” di layar tidak berubah, akhirnya dia mengirimkan pesan: Baik, Mak. Aku bakal coba sekalipun malu banget.
Saya memberikan kata-kata penghiburan dan memberikan semangat untuknya dan dia menjawab dengan ucapan terima kasih. Semuanya serba biasa sampai akhirnya saya tidur dan melihat ada sosok hitam yang mengawasi saya.
Sosok itu seperti sedang berdiri di samping tempat tidur saya, melihat ke arah saya dan saya pun melihat ke arahnya. Saya merasa tegang sekali saat itu. Bibir saya kelu. Tidak ada suara yang bisa saya keluarkan untuk meminta perlindungan Allah. Namun, saya terus berusaha. Saya terus membisikkan ayat-ayat suci untuk meminta pertolongan Allah.
Di dalam hati, saya berkata, “Aku nggak takut sama kamu. Aku punya Allah. Aku punya Allah.”
Setelah berkali-kali saya beristigfar, alhamdulillah saya bisa bangun dari tidur. Saya terengah dan langsung melihat ke sekeliling. Saat itu, saya tidur sendiri karena suami saya harus bekerja shift malam. Di samping hanya ada bayi yang lelap dalam tidurnya.
Saya beristigfar beberapa kali dan memutuskan untuk ke kamar mandi. Setelah buang air kecil dan berwudu untuk menenangkan diri, saya kembali ke tempat tidur, memakai selimut sampai menutupi leher.
Sebenarnya saya takut. Tidak mungkin tidak. Sekalipun dulu saya pernah mendapatkan gangguan jin seperti ini saat tinggal di rumah Ibu, tapi tetap saja setelah kejadian lagi, saya merasa sangat terpukul.
Awalnya, saya berpikir apa yang telah saya lakukan sampai bisa mendapatkan gangguan jin seperti ini. Saya tidak merasa melakukan hal yang salah. Keluar rumah saat senja pun tidak. Lalu, apa yang membuat saya sampai disamperin jin begini?
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya