Bu, tahu tidak kalau sekarang ini diagnosa anak-anak yang mengidap autisme itu melonjak naik gila-gilaan. Namun, sebagian besar anak-anak yang didiagnosa autisme itu tidak benar-benar mengalami autisme. Autisme sendiri merupakan masalah tumbuh kembang pervasif yang terjadi sejak anak masih bayi atau setelah balita, lalu mengalami regresi.
Anak-anak yang didiagnosa autisme itu memiliki gejala autisme, seperti tidak bisa bersosialisasi dengan baik, memilih untuk menyendiri dan tidak mampu bergaul bahkan dengan anggota keluarga terdekat, sangat mudah tantrum jika tidak mampu menyampaikan pikirannya, mengalami masalah tidur yang akut, mengalami penurunan kemampuan motorik kasar dan motorik halus yang sangat signifikan, hingga mengalami sensitivitas sensori yang cukup parah.
Regresi yang dialami oleh banyak anak dewasa ini disebut juga dengan pseudo-autism atau virtual autisme. Hal ini karena penyebab dari autisme yang mereka alami adalah karena paparan gadget yang berlebihan sehingga mereka kehilangan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak seusianya untuk menjadi fondasi tumbuh kembang mereka di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebenarnya, penggunaan gadget ini sangat memengaruhi otak anak karena saat menonton tayangan di gadget, anak jadi malas. Anak sudah mendapatkan semua stimulasi yang dibutuhkan hanya dengan menatap layar saja. Otak anak tidak lagi mencari stimulasi lainnya dengan bermain. Yang dilakukan anak hanya duduk menunduk pada gadget di tangannya saja atau televisi di depannya. Tidak akan ada hal lain lagi yang menarik minat anak karena kebutuhan otaknya terpenuhi.
Inilah awal mula anak mengalami regresi.
Karena tidak melakukan kegiatan lainnya, otot dan sistem saraf yang dimiliki anak jadi tidak dilatih kembali. Yang seharusnya sudah belajar berjalan dan berbicara dengan teman, malah hanya duduk saja dan menjadi pasif. Jika hal ini berlangsung dalam waktu lama, semua kemampuan yang dimiliki oleh anak pun akan hilang.
Otak yang sudah kecanduan gadget ini akan memantik emosi anak jika tidak mendapatkan asupan gadget yang lebih banyak lagi. Kita bisa menyebutnya dengan “sakau” gadget. Anak jadi sangat mudah marah karena emosinya dikendalikan oleh tayangan yang ada di dalam layar tersebut. Jika hal ini terus terjadi, anak akan semakin kehilangan kemampuannya atau yang disebut dengan regresi.
Terlalu lama terpapar gadget ini akan membuat otak yang seharusnya tumbuh dengan rangsangan yang cukup menjadi rusak. Semakin lama kerusakan ini terjadi, maka anak juga akan semakin terpuruk dalam regresinya. Pada beberapa anak bahkan menolak melakukan kegiatan lain, termasuk hal dasar seperti makan atau mandi dan hanya melakukan kegiatan sama berulang-ulang.
Sekalipun menunjukkan perilaku autistik yang hampir sama, virtual autisme tentu saja tetap berbeda dengan autisme itu sendiri. Anak-anak dengan virtual autisme tidak memiliki alergi terhadap makanan seperti pada anak dengan autisme. Selain itu, dengan terapi yang benar, anak dengan virtual autisme bisa kembali normal dengan lebih cepat.
Apa saja yang harus dilakukan agar anak tidak mengalami virtual autisme, sementara anak sudah terlanjur kecanduan gadget?
- Ajak anak ke luar rumah untuk bermain di taman bermain, mall, mini zoo, bermain sepeda di taman kota, berenang, atau hanya sekadar berjalan kaki keliling lingkungan rumah. Aktivitas fisik ini akan memancing anak untuk menggeranggak seluruh badan dan melihat dunia di luar gadget yang biasa mereka gunakan. Ibu bisa membuat jadwal bermain dengan anak di luar rumah agar anak bisa melihat hal-hal baru yang menyenangkan.
- Tegas terhadap aturan tentang berapa lama anak boleh menggunakan gadget. Ibu juga harus memberikan contoh dengan tidak terlalu lengket dengan gadget, ya.
- Televisi, laptop, tablet, dan ponsel memiliki pengaruh yang sama terhadap anak karena semuanya mengandung layar dan suara yang bisa membuat anak terhanyut masuk ke dalam dunia virtual yang melenakan pikiran mereka.
- Ajari anak berbicara dengan bernyanyi, membacakan buku cerita, tanya jawab, diskusi, atau bermain peran dengan boneka, mainan masak-masakan, mainan dokter-dokteran, dan mainan apa pun yang disukai anak. Melakukan kegiatan bersama dengan anak bisa menjadi cara untuk berkomunikasi dengan baik. Semakin anak sibuk melakukan banyak hal di rumah, semakin dia akan lupa dengan gadgetnya dan bisa memaksa diri untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Jangan lupa untuk memberikan anak pujian atau hadiah setiap mereka bisa melewati satu hari tanpa gadget agar mereka tahu kalau yang mereka lakukan sebenarnya sangat baik untuk mereka.
Ibu bisa pelan-pelan melakukan tips tersebut satu demi satu, ya. Memang, kondisinya akan sagat repot, apalagi jika Ibu memiliki banyak anak di rumah. Namun, ini penting sekali untuk perkembangan anak, Bu. Jangan sampai regresi yang terjadi pada anak berlanjut sampai dia berada pada usia yang lebih besar.
***
Baca artikel lain dari Honey Dee di sini.