Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD, menjelaskan pernyataannya mengenai dosa besar terkait dengan membiarkan seorang ibu melahirkan anak yang tidak berakhlak.
Menurutnya, dosa tersebut tidak terletak pada ibu yang melahirkan, melainkan pada siapapun yang turut bertanggung jawab terhadap anak tersebut.
Dalam penjelasannya di Pekanbaru, Riau, Mahfud menegaskan bahwa dosa bukanlah tanggungan ibu, melainkan merupakan dosa kita semua jika kita membiarkan seorang ibu melahirkan anak yang tidak memiliki akhlak. Mahfud menekankan bahwa tanggung jawab terletak pada masyarakat untuk memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak agar tidak tumbuh menjadi individu yang kurang berakhlak.
Mahfud menyoroti bahwa kekurangan pendidikan yang dapat menyebabkan anak menjadi tak berakhlak bisa disebabkan oleh kesibukan ibu yang bekerja. Oleh karena itu, ia bersama dengan Ganjar Pranowo berkomitmen untuk memberikan perlindungan kepada ibu-ibu, terutama dari segi ketenagakerjaan, agar mereka dapat hidup lebih sejahtera dan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan Mahfud sebelumnya tentang dosa besar ibu yang melahirkan anak tak berakhlak mendapat sorotan di masyarakat, terutama di media sosial. Namun, Mahfud menegaskan bahwa ia berbicara dalam konteks perlunya perhatian terhadap etika dan moral dalam mendidik generasi penerus agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak sesuai dengan norma budaya, ajaran agama, dan hukum Indonesia.
Mahfud juga menghubungkan masalah etika dengan sifat koruptif, mengingatkan bahwa kurangnya etika dan moral seringkali beriringan dengan perilaku koruptif yang dapat merugikan negara. Oleh karena itu, ia mendorong untuk tidak membiarkan situasi kurang akhlak pada saat melahirkan anak, karena hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai budaya, agama, dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Netijen Heboh
Sebelumnya netijen heboh karena pernyataan Mahfud MD yang menyatakan bahwa Dosa Ibu Melahirkan anak tak beradap dianggap berkaitan dengan serangan Gibran saat Debat Cawapres sebelumnya dianggap tak beretika dan tidak memiliki akhlak. Mahfud MD yang menyatakan statement itu dalam acara Tabrak Prof karena menjawab pertanyaan penanya dan tidak berkaitan dengan kandidat cawapres tertentu.
Mahfud mengatakan seorang anak bisa menjadi tak berakhlak jika tak didik dengan benar, misalnya lantaran sang ibu sibuk bekerja. Mahfud karenanya mengaku bersama Ganjar Pranowo akan memperhatikan perlindungan untuk ibu-ibu dari sudut ketenagakerjaan agar menjadi lebih sejahtera sehingga mampu mendidik anaknya dengan baik. Menurut Mahfud, ibu-ibu harus diberi pekerjaan yang layak. Dia menjanjikan perlindungan pekerjaan terhadap para perempuan, terutama ibu-ibu. “Kalau ibunya sibuk cari kerja serabutan, enggak jelas, upahnya enggak jelas, itu enggak mungkin mendidik anaknya dengan baik. Kan, itu konteksnya,” kata dia.
Dia pun berpesan kepada siapapun untuk tidak membiarkan kaum ibu melahirkan anak dalam situasi kurang akhlak. Dia lalu bicara soal tak berakhlak bertentangan dengan budaya bangsa, ajaran agama hingga hukum di Indonesia.
“Oleh sebab itu kepada siapapun, jangan sampai membiarkan anak-anak muda kita, ibu-ibu kita yang akan melahirkan anak-anak juga dilahirkan di dalam situasi yang kurang akhlak. Itu bertentangan dengan budaya Indonesia, bertentangan dengan ajaran agama, bertentangan juga dengan tata hukum Indonesia. Tabrak,” tuturnya.
Kondisi Pilpres semakin memanas
Pemilihan Presiden 2024 menciptakan atmosfer politik yang dinamis, menegaskan bahwa masyarakat menginginkan pemimpin yang mampu menghadapi tantangan zaman dan mewujudkan perubahan positif bagi bangsa. Sebagai tonggak bersejarah, pilpres ini akan membentuk arah masa depan Indonesia, menggambarkan evolusi politik dan sosial di era kontemporer. Partisipasi pemilih diperkirakan meningkat, mencerminkan kesadaran politik yang semakin tumbuh di kalangan masyarakat. Isu keadilan, transparansi, dan akuntabilitas pemerintahan menjadi penentu penting dalam pengambilan keputusan pemilih. Sosial media juga memegang peran kunci dalam kampanye, memfasilitasi interaksi langsung antara calon pemimpin dan pemilih. Masyarakat turut berperan aktif menyuarakan aspirasi dan mengkritisi melalui platform online.Oleh karena itu dihimbau masing masing pendukung capres, tidak main plintir peryataan demi hanya memuaskan ego kandidat.
Pemilihan Presiden Indonesia tahun 2024 menjadi fenomena yang mencengangkan, memantik perhatian masyarakat, dan menarik sorotan internasional. Dinamika politik yang semakin matang, diwarnai oleh berbagai isu strategis dan pergeseran tatanan politik, memberikan warna baru pada pesta demokrasi ini.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di GoogleNews, klik di sini