Zeta tak bisa menolak tawaran pernikahan yang dilayangkan oleh lelaki tampan yang baru ia temui karena sebuah insiden kecelakaan.
Malah rasanya kecelakaan itu membawa berkah. Niat hati ingin menjual diri namun saat pulang malah berstatus sebagai seorang calon istri.
Hingga ia mendengar sebuah kabar kalau calon suaminya adalah seorang duda yang diceraikan gara-gara orientasi seksual yang dimilikinya.
Zeta pun dilema, tapi ia tak bisa mundur begitu saja.
***
Wajahnya tertunduk dalam, langkahnya sangat pelan dengan kaki yang gemetar. Zeta tahu, bahwa tempat tujuannya sudah ada di hadapan. Tapi, hatinya tetap tak bisa yakin dengan jalan yang akan ia ambil.
Zeta menghentikan langkah kaki. Ia mendongak, melihat plang Zero’s Club yang dihiasi dengan kerlap-kerlip lampu warna-warni di semua sisi.
Perlahan, kakinya mundur kembali. “Aku tak bisa, ibu akan sedih bila tahu aku mengambil jalan ini,” ucapnya menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri. Entah berapa langkah zeta mundur ke belakang, namun saat ia berbalik sebidang dada kokoh tak sengaja ia tabrak membuat Zeta terjengkang dan bokongnya berhasil mencium jalanan.
“Maafkan aku,” cicit Zeta. Ia meringis saat hendak berdiri. Kakinya terasa sakit, bisa jadi kakinya terkilir sebab Zeta tak terbiasa menggunakan hells seperti malam ini.
“Mari kubantu.”
Bariton itu membuat Zeta mendongakkan kepalanya. Ia tak dapat melihat wajah lelaki itu dengan jelas. Namun, Zeta yakin lelaki ini masih muda saat suara itu terdengar olehnya.
“Ti—tidak usah,” cicit Zeta. Namun, tak lama setelahnya badan Zeta sudah berdiri karena ditarik oleh lelaki ini.
Zeta terpana, lelaki ini sungguh tampan. Mirip aktor idolanya. Sekarang Zeta bisa melihat rupa lelaki ini dengan jelas karena posisi cahaya sudah tak terhalang oleh badan tegap lelaki yang tadi ia tabrak.
“Reymond.”
Zeta bimbang melihat lelaki itu mengulurkan tangannya. Rasanya ia tak bisa berkenalan dengan orang yang sedang berlalu lalang di depan sebuah klub malam. Bagaimana kalau lelaki ini seorang bajingan? Tapi, Zeta juga sadar bahwa dirinya juga sedang berada di tempat yang sama dengan orang yang mengajaknya berkenalan.
“Zeta.” Putus Zeta akhirnya mengucapkan nama dan menerima uluran tangan yang ada di depannya.
“Sudah mau pulang?” tanya Raymond saat telah melepaskan tautan tangan mereka. Ia mengangkat tangan kiri sebentar, melihat pada benda yang melingkar di pergelangan tangan.
“Baru jam 9 malam, yakin sudah selesai?” tanyanya kemudian.
Zeta menganggukkan kepala, tak mungkin ia berbicara jujur pada orang yang baru pertama kali ditemuinya. Apalagi ini bukan tempat berkumpulnya orang-orang baik yang bisa dipercaya. Klub malam adalah tempat orang yang akan menuntaskan dahaga, entah dengan menenggak alkohol atau bermain permainan orang dewasa. Dan tadi, Zeta berniat menawarkan dirinya pada siapa saja lelaki yang menginginkannya meskipun Zeta tak merasa percaya diri akan ada lelaki yang tergoda olehnya. Dia tak mempunyai gaun malam yang mahal untuk menunjang penampilan. Baju, tas sampai sepatu adalah barang sewaan yang harus dikembalikan dua hari ke depan.
“Sekali lagi, maaf telah menabrakmu tadi. Aku permisi.” Zeta menundukkan kepala sebentar lalu ia segera berbalik tak menunggu Reymond mengeluarkan suara menyahuti ucapannya.
“Awww!” pekik Zeta setelah beberapa langkah berjalan. Ia jatuh dan terduduk kembali. Kakinya ternyata tak bisa dipaksakan untuk berjalan. Zeta tak bisa seperti ini, ia ingin segera meninggalkan tempat dan ia sangat menyesal telah datang ke tempat ini.
“Aku akan mengantarmu pulang, tunggu sebentar, aku akan membawa mobilku ke sini ”
Zeta terkejut, ia kira lelaki itu sudah tak ada di sekitarnya. Dan apa katanya tadi?
“Dia akan mengantarku pulang?” gumam Zeta saat melihat Reymond menjauh dari pandangan.
Dengan terburu Zeta membuka kedua alas kaki yang masih menempel padanya saat ini. Zeta tak bisa berpikir Reymond adalah lelaki yang baik. Bagaimana ia bisa mengiyakan ajakan Reymond? Banyak sekali kejadian yang tak di inginkan terjadi saat berada di dalam mobil. Zeta tak bisa membayangkan bila ia akan menjadi korban kekerasan atau korban pemerkosaan lelaki tak dikenal. Bukankah wajah tampan tak bisa dijadikan jaminan? Apalagi melihat tubuh tegap Reymond, Zeta yakin ia tak bisa lolos dengan mudah bila Reymond mengeluarkan tenaga saat lelaki itu ingin berbuat macam-macam padanya.
Zeta segera berdiri, sebelah tangan memegang sepasang alas kaki. Ia menarik napas panjang sebelum berlari dan tak mengindahkan rasa nyeri di kaki yang sebelah kiri. Dalam hati ia terus berdoa supaya Reymond tak bisa melihat jejaknya. Sungguh, Zeta hanya ingin segera pergi dari lingkungan tempat ini. Ia merasa lega, karena hanya Reymondlah lelaki yang tadi ia temui di sana. Entah karena ini belum terlalu malam, atau memang klub malam itu memang tak terlalu ramai. Zeta tak tahu, karena sebelumnya ia hanya mendengar dari beberapa orang, kalau tempat itu biasa di pakai orang untuk menawarkan badan dengan bayaran yang lumayan mahal.
Zeta terus berlari, ia memikirkan banyak hal di kepalanya. Sampai-sampai Zeta tak sadar kalau ia sudah berada di pinggir jalan. Tak ada rambu lalu lintas untuk pejalan kaki, karena memang Zeta tak berada di tempat penyebrangan orang yang seharusnya ia lewati. Tak ada niatan Zeta untuk berhenti di sini, ia terus berlari sampai sebuah mobil memencet klakson berkali-kali.
Ttttiiittttt … duaaarrrr …
Yuk ikuti kisahnya di aplikasi dreame atau innovel ..
Judul: Bukan Suami Gay
Penulis: V3
Masukkan ke daftar perpustakaan kamu ya
Halaman : 1 2 Selanjutnya
Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Tag : cerpen