“RITA!”
Gadis yang dipanggil itu terlonjak kaget sampai hampir menumpahkan isi piringnya. Dengan cepat dia menoleh menatap perempuan yang menatapnya dengan wajah merah, murka.
Dia menelan ludah. Dia tahu benar kenapa ibunya bisa sangat marah seperti itu. Namun, sekalipun tahu, dia benar-benar tidak siap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“I-iya, Ma?”
“Ini apa, Rita? Ini apa? Jangan bilang ini punyamu, Nak. Ya Allah!”
Perempuan itu mengacungkan alat uji kehamilan kecil yang sudah ia patahkan, tapi sudah jelas sekali di sana ada dua garis merah yang belum pudar.
Lututnya gemetar. Bagaimana ibunya selalu tahu semua yang berusaha dua simpan?
“Kenapa kamu jadi rusak gitu, Rita? Mama sudah berusaha nyekolahkan kamu di sekolah yang bagus biar agamamu bagus. Mama juga selalu mencontohkan hal yang bagus biar kamu bisa jadi anak baik. Sepuluh tahun Mama menjanda, Rita, nggak pernah Mama biarkan siapa pun menyentuh Mama. Sekarang, kamu baru lima belas tahun, Nak. Kenapa kamu sampai kayak gini?”
Rita tidak bisa lagi mempertahankan kesedihannya. Air mata dan kemarahan itu meledak dalam tangis yang sama dengan ibunya, membuatnya semakin sakit.
“Kamu anak macam apa, Rita? Kenapa kamu malah jadi aib buat keluarga? Sudah capek Mama ini membesarkan kamu, mendidik kamu, menyekolahkan kamu di sekolah paling bagus. Mama sudah bawa kamu ke guru ngaji paling bagus. Mama jungkir balik nyari uang sendiri biar kamu bisa sekolah di tempat yang paling bagus agamanya. Kenapa kamu malah jadi lonte begini, Nak?”
Gadis berambut panjang itu hanya menunduk dalam. Dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi selain menangis.
“Siapa yang hamili kamu? Kamu nggak pernah kelihatan jalan sama laki-laki. Kemu di rumah aja. Apa pas sekolah kamu ternyata ngelonte, Nak? Apa sebenarnya kamu jalan sama pacarmu? Jangan bilang kalau kamu sebenarnya keluyuran pas Mama kerja! Jangan bilang kalau kamu sebenarnya suka main sama anak-anak tukang mabuk di ujung jalan sana! Jangan bilang kalau kamu sebenarnya nggak punya harga diri sama sekali, Rita! JAWAB, RITA! JAWAB MAMA! KAMU NGGAK SEHARUSNYA KAYAK GINI! KAMU ITU ANAK MAMA, ANAK KEBANGGAAN MAMA. SUDAH BANYAK YANG MAMA HABISKAN BUAT KAMU, NAK. MAMA CUMA MAU KAMU JADI ORANG, BUKAN JADI MURAHAN KAYAK BEGINI!”
Halaman : 1 2 Selanjutnya