CERPEN: Pekerjaan Baru

- Penulis

Senin, 10 Juni 2024 - 22:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber: Canva

Sumber: Canva

“Bu … Ibu … Ibu di mana?” 

“Apa sih, Pak? DI BELAKANG SINI!” Nita berteriak dari halaman belakang rumah kontrakan sempit itu untuk menanggapi panggilan suaminya.

Begitu suaminya muncul di depan pintu, Nita langsung mengomel, “Apa, sih, teriak-teriak terus, Pak? Orang kok nggak bisa pelan. Itu Nira baru tidur. Dia sakit. Kayak rumah luasnya gimana aja pakai teriak-teriak nyariin segala. Rumah cuma sepetak aja pakai bingung nyariin aku. Udah jelas lho aku di sini setiap sore mandiin anak-anak.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lelaki yang mendapatkan omelan itu hanya cengar-cengir saja. Omelan istrinya memang menjengkelkan, kadang malah membuatnya sakit kepala karena tidak pernah bisa diam. Lucunya, justru omelan itu yang membuatnya terus bersemangat, apalagi saat dia menganggur kemarin. Kalau bukan karena omelan itu, sudah pasti dia takkan sanggup menghadapi keputusasaan dan cibiran keluarga.

Menjadi orang yang paling miskin dalam keluarga memang menyakitkan. Bukan hanya sindiran sebagai keluarga yang tidak berguna, tapi juga pengasingan yang mengerikan. Sudah setahun ini keluarga mereka tidak pernah memberikan undangan hajatan apa pun, bahkan anak-anak mereka tidak mendapatkan jatah amplop lebaran sama sekali. Katanya, “Jangan kasih anak-anaknya Ahad, nanti dimakan sama orang tuanya.”

Sakit, sih, tapi mau bagaimana lagi?

Anak-anak mereka memang menyetorkan semua uang amplop lebaran untuk makan sekeluarga.

Mengingat semua itu, hati Ahad benar-benar bahagia karena merasa telah melakukan hal yang benar kali ini. 

“Kenapa, Pak? Senyum-senyum gitu kayak orang nggak bener.” Nita berdiri sambil mengangkat bayi satu tahunnya yang telah dibungkus handuk kusam, handuk yang dipakai seluruh anggota keluarga. “Gimana tadi wawancaranya? Sudah bisa kerja?”

Ahad mengangguk dengan penuh semangat. “Sudah, Bu. Alhamdulillah diterima,” katanya sambil menerima anak perempuannya dari gendongan sang istri. 

Mendengar itu, Nita ikut mengucapkan hamdalah dengan kebahagiaan yang sama. Dia menciumi anak keduanya dengan gemas untuk mengungkapkan rasa syukurnya. 

“Terus gimana?” tanya NIta lagi. “Kerjanya di mana?”

“Kata mandornya, kerjanya di Jakarta. Di pusat kota. Nggak bisa pulang setiap hari karena ini kerjanya diburu sama waktu. Nanti setelah aku pergi, ada orang yang antar uang gajiku ke sini.”

“Lho, kok gajinya duluan?” tanya Nita sambil membawa anaknya ke bagian dalam rumah untuk dipakaikan baju. Di belakangnya, Ahad mengikuti sambil membawa bayinya.

“Iya. Gajinya kusuruh langsung kasih ke kamu. Nanti tolong bagi buat anak-anak juga.”

“Berapa, Pak?”

“Sekitar seratus juga,” katanya dengan suara berbisik, khawatir didengar tetangga yang hanya berbatas triplek.

“Pak? Kok banyak banget?”

“Tapi, sekali itu saja. Kamu manfaatkan yang benar. Kamu bawa ke kampung. Buka warung di sana. Sekolahkan anak-anak yang bener. Jangan boros-boros. Kalau ada yang pinjam, bilang kamu nggak punya uang. Kalau perlu, bawa ke bank dan keluarkan sedikit-sedikit. Jangan beli emas. Nanti kalau ada yang tahu kamu punya uang, orang pada pinjam atau minta.”

Baca Juga:  Cerpen : BILLIONAIRE LOVE SCANDAL (BLACKHORSE SERIES 6)

Nita yang merasa tidak enak karena harus berpisah dengan suaminya itu berhenti memakaikan baju anak-anaknya. Dia hanya memegang botol bedak bayi itu saja dan membiarkan dua anaknya berkelahi memperebutkan celana dalam yang sama.

“Pak,” panggil Nita pelan. “Lebaran pulang, kan?”

Suaminya tersenyum sedih dan membelai kepala istrinya. “Aku nggak tahu, Bu. Aku kan belum kerja. Tapi, kita ambil jeleknya aja. Anggap aku nggak bisa pulang lebaran. Kamu jaga anak baik-baik, ya.”

Nita tertunduk, lalu dia menatap wajah suaminya lagi. Kulit hitam berminyak itu sudah pasti akan sangat dirindukannya. 

“Aku nggak siap pisah sama kamu, Pak,” keluhnya pelan.

“Namanya juga kerja, Bu. Kalau kita nyari kerjaan yang sesuai sama yang kita mau, ya sampai kapan pun nggak akan bisa. Ini kesempatan, Bu. Aku sudah tanda tangan. Aku sudah nggak bisa mundur lagi.”

“Kenapa nggak rundingan dulu, Pak?”

“Rundingan gimana? Aku sudah lama nganggur, Bu. Dua tahun lebih aku nganggur. Kamu sendiri bilang kalau kamu sudah capek bikin gorengan terus. Aku juga sudah capek setiap hari jualan gorengan, tapi nggak laku, kalah sama yang jualan di aplikasi-aplikasi itu. Sekarang, aku akhirnya dapat kerjaan. Sudah. Nggak usah ngeluh. Bayar semua utang sama Mas Ranu itu. Bilang aja aku dipinjami sama bosku. Yang penting kamu pergi tanpa ada utang biar nggak dijelek-jelekkan orang lagi.”

Nita mencoba berpikir dengan kemampuan otaknya yang hanya sampai tamatan SD saja itu. Akhirnya, dia membuat kesimpulan, “Bosmu yang kasih pinjaman, Pak? Jadi nanti kamu nyicil pakai gaji ke bosmu? Ini makanya kamu nggak bisa pulang, bosmu takut kamu lari, Pak?”

Ahad mengangguk sambil menyeringai. “Ya, kira-kira begitu. Katanya, kalau nanti ada lebihan, mereka baka ngasih lebihan beberapa puluh juta gitu. Tergantung sama kebaikan hati bos besar.”

“Semakin banyak yang dipinjamkan, semakin lama juga kamu di sana, Pak. Gimana kalau anak-anak kangen?”

“Nanti aku minta kamu dibelikan HP juga sama yang antar uangnya. Gampang. Nanti bosku yang bayar. Aku nanti kirim video di HP baru itu biar anak-anak nggak kangen. Sudah. Kamu jangan bikin aku berubah pikiran. Aku ini sudah mantap tadi mau pergi. Besok pagi-pagi aku harus sudah pergi. Sekarang aku mau tidur dulu biar besok segar mau pergi jauh.”

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

CERPEN: Kembali dalam Pelukan Hangat
CERPEN: Bagian Apes (Terinspirasi dari Kisah Nyata)
Cerpen : Rahasia Gladys – Eunike Hanny
Cerpen : Di Balik Pintu – Eunike Hanny
Cerpen : Rumah Nomor 19 – Eunike Hanny
Cerpen: Terjebak – Eunike Hanny
Cerpen: Tragedi – Eunike Hanny
Cerpen: Upah Dosa – Eunike Hanny

Berita Terkait

Sabtu, 13 Juli 2024 - 12:28 WIB

CERPEN: Kembali dalam Pelukan Hangat

Rabu, 3 Juli 2024 - 07:06 WIB

CERPEN: Bagian Apes (Terinspirasi dari Kisah Nyata)

Senin, 1 Juli 2024 - 13:07 WIB

Cerpen : Rahasia Gladys – Eunike Hanny

Senin, 1 Juli 2024 - 13:05 WIB

Cerpen : Di Balik Pintu – Eunike Hanny

Senin, 1 Juli 2024 - 13:03 WIB

Cerpen : Rumah Nomor 19 – Eunike Hanny

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB