Bab. 4 Membuka Pintu Hati
Di sekitar pukul 8 malam terlihat Amora yang berada di sebuah cafe seorang diri, dia tengah terdiam merenungkan sesuatu dengan minuman yang tinggal setengah.
Beberapa menit kemudian dia pun akhirnya meraih handphonenya dan menelfon di sebuah grub yang terdapat 4 peserta, dirinya, Sherly, Indira dan Fara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Satu persatu di antara mereka mulai menjawab panggilan dari Amora, “Ada apa nih?” tanya Indira.
“Guys, gue lagi banyak pikiran” jawab Amora.
“Share lokasi lo sekarang, gue OTW ke sana” ujar Fara yang tanpa basa basi langsung ingin menghampiri Amora.
Mendengar itu Amora langsung mengirimkan lokasinya sekarang, “Udah, Far. Tapi lainnya kalau ada urusan ngga papa kok, gue aja yang lagi bad mood makanya kayak gini.”
“Ngga, gue jemput Adik gue dulu dari tempat les, setelah itu lanjut ke lo, tunggu ya” jawab Indira yang lalu keluar dari panggilan itu.
“Gue OTW sekarang” ujar Sherly.
Setelah itu panggilan grub itupun tertutup dan ketiga sahabat Amora langsung beranjak untuk menemui Amora di cafe itu. Amora tidak heran, para sahabatnya sungguh sangat peduli satu sama lain tanpa harus dipertanyakan alasannya.
Di sekitar pukul setengah sembilan Amora dengan ke-3 sahabatnya sudah berkumpul, “Ada apa, bestie?” tanya Indira.
“Gue mulai ngerasa beda sama diri gue sendiri” jawab Amora.
“Beda gimana, Mor?” tanya Sherly
“Kayaknya gue mulai bisa nerima cowok lain di sekitar gue deh” jawab Amora dengan ragu-ragu.
Mendengar itu semua sahabatnya Amora terlihat sangat senang, “Fiks, kunci hati lo udah mulai ke buka, sama siapa?”
“Gue tebak sih Marvell ya” ujar Sherly menjawab pertanyaan dari Fara.
“Bener kata Sherly, Mor?” tanya Fara.
Perlahan Amora menganggukkan kepalanya sebagai jawaban bahwa ucapan Sherly benar. Seketika Sherly, Fara dan Indira sangat senang saat mendengar itu.
Karena mereka semua sudah memiliki pasangan, sedangkan Amora saja sampai sekarang belum pernah berpacaran. Jadi ketika mendengar kabar bahwa Amora mulai membuka hati membuat mereka sangat senang.
“Gue dukung seratus persen sih, Mor. Gue kenal banget sama Marvell, selain ganteng banget dia juga baik banget, dia juga pinter. Apa lagi masa depannya udah pasti mapan karena dia pewaris tunggal Luminor Group” ucap Sherly panjang lebar.
“Beehh, serasa ngga ada minusnya” lanjut Indira dengan kekehan kecil.
“Jadi udah sampai tahap mana?” tanya Fara, dia adalah salah satu dari mereka yang sangat jago dalam berhubungan dengan orang lain, atau yang lebih dikenal dengan play girl.
Tapi karena dia sudah mendapatkan laki-laki yang sangat baik dan membuatnya sadar, akhirnya dia berhenti untuk menjadi play girl dan fokus dengan satu laki-laki, yaitu calon tunangannya.
“Ngga tau gue, tapi kenapa gue nyambung ya kalau diajak ngomong sama dia?, biasanya jarang nyambung kalau diajak ngomong sama temen laki-laki gue lainnya” jawab Amora.
“Ya berarti lo bener-bener udah buka hati lo dan mulai suka juga ke Marvell, gue juga yakin kalau Marvell suka sama lo” ujar Sherly.
“Gue tunggu kabar jadian lo sama Marvell ya, Amoraa” lanjut Fara.
Mendengar itu Amora hanya diam, dia masih belum paham dengan perasannya ini, entah ini benar-benar perasaan suka atau bukan. Karena sebelumnya dia belum pernah merasakan rasanya jatuh cinta sekalipun.
Di sekitar pukul 11 malam Amora baru saja sampai di mansion keluarganya, baru saja memasuki area ruang keluarga dia langsung menemukan keberadaan Papa dan Mamanya yang sepertinya tengah menunggunya.
“Amora, duduk” ucap Mama Amora yang memerintahkan Amora agar duduk di sofa yang ada di hadapan mereka.
Seraya menghela nafas Amora mematuhi perintah Mamanya itu dan duduk di depan keduanya, “Kamu ngga sopan. Bisa-bisanya pergi gitu aja, malu sama keluarganya Om Nata” ujar Claras memarahi Amora.
“Kita bisa omongin baik-baik, Mora. Kamu ngga perlu pergi kayak tadi” lanjut Darpa tapi dengan nada yang lebih lembut dibanding Claras.
“Tapi Papa ambil keputusan besar tanpa persetujuan dari aku, Pa. Gimana aku ngga marah?” jawab Amora.
Darpa tau betul bahwa keputusan tentang perjodohan putrinya dengan putra sahabatnya memang dia putuskan sendiri dengan Claras tanpa persetujuan langsung dari Amora.
“Ya walaupun seperti itu ngga seharusnya kamu mempermalukan Papa sama Ma Ras di depan keluarganya Om Nata. Coba kamu pikir sekarang, apa yang mereka pikirkan sekarang tentang kita?, apalagi kamu?” ucap Claras yang sedari tadi terus memarahi Amora.
Mendengar itu Amora hanya menghela nafas seraya menahan emosi dengan menggepalkan tangannya dengan kuat, “Tahan, Mora” batin Amora.
Melihat Amora yang sepertinya bad mood, Darpa pun tanpa banyak basa basi lagi langsung menanyakan point dari pembicaraannya kali ini.
“Kamu mau ya, nikah sama Daren, sayang?” tanya Darpa dengan lembut.
“Ngga!” sentak Amora.
“Mora!, kamu ini ngga punya sopan santun, Papa kamu udah lembut nanyain kamu, bisa-bisanya kamu jawab pakai nada tinggi kayak gitu” bentak Claras yang membuat Amora sedikit terkejut.
Mendengar itu Darpa langsung menarik tangan Claras agar lebih tenang untuk menghadapi Amora yang tengah kesal.
Halaman : 1 2 Selanjutnya