Gurat senyumku jelas masih ada
melihat namamu terpampang dijagat maya
Tatkala cemas menjelma menjadi asa
Syukurku, kita memandang langit yang sama
Namamu melantun dalam pendengaran
Desember keenam seiring berjalan
Hangatmu yang tersisa dimusim penghujan
Menyeruak bagaikan reka ulang adegan
Lejarku berhamburan kesana kemari
Di samudramu akankah ku temukan secercah pulau?
Atau yang ku injak hanyalah semak berduri;
yang membias dalam kelabu?
Dinginmu tak bisa ku cegah dimusim kemarau,
sebab pedulimu sudah lama tak disini.
Abjad namaku tak asing dalam pelafalanmu
Prolog mendebarkan tergelincir parak sekalipun
Ruang temu yang selalu sama adalah penentu
Walau ku tapaki dengan figur lain, jiwamu tertinggal tanpa ampun.