Dewan Keamanan PBB Bahas Krisis Rafah Pasca Serangan Maut Israel

- Penulis

Rabu, 29 Mei 2024 - 21:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Redaksiku.com, JAKARTA – Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada Selasa (28/5) untuk membahas krisis di Rafah setelah serangan udara Israel yang menewaskan 45 warga Palestina di kamp pengungsi dan melukai 200 lainnya.

Serangan ini mendapat kecaman keras dari Kepala Badan Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, yang menyebutnya sebagai tindakan “sama sekali tidak dapat diterima.” Griffiths mengkritik pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyebut kejadian di Rafah sebagai “kesalahan tragis.

” Griffiths menyatakan, “Apakah ini kejahatan perang atau kesalahan tragis, bagi rakyat Gaza tidak ada perdebatan. Apa yang terjadi semalam adalah kekejian terbaru, mungkin yang paling kejam. Menyebutnya ‘kesalahan’ sama sekali tidak berarti bagi mereka yang tewas, berduka, atau berusaha menyelamatkan nyawa.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Griffiths menambahkan bahwa PBB telah memperingatkan bahwa operasi militer di Rafah akan menyebabkan pembantaian dan menekankan bahwa tidak ada daerah aman di Gaza, seperti dilaporkan oleh CNBC Indonesia.

Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan dan menewaskan dua militan senior Hamas. “Terlepas dari upaya terbaik kami untuk tidak merugikan mereka yang tidak terlibat, sayangnya kesalahan tragis terjadi semalam.

Kami sedang menyelidiki kasus ini,” ujar Netanyahu kepada parlemen Israel. Netanyahu menegaskan bahwa operasi ofensif di Rafah diperlukan untuk memastikan Hamas tidak dapat beroperasi di Gaza dan mengancam Israel di masa depan.

Volker Turk, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, menyebut gambar-gambar dari kamp tersebut mengerikan dan menunjukkan bahwa metode peperangan Israel yang mengakibatkan banyak kematian warga sipil tidak berubah. Turk menegaskan bahwa keputusan menyerang wilayah padat penduduk akan menghasilkan kematian lebih banyak warga sipil Palestina.

Ia meminta Israel mematuhi perintah Mahkamah Internasional (ICJ) yang pekan lalu meminta penghentian ofensif di Rafah. Turk juga mendesak kelompok-kelompok bersenjata Palestina untuk berhenti menembakkan roket secara acak ke Israel, yang melanggar hukum kemanusiaan internasional, dan membebaskan sekitar 100 sandera yang masih ditawan Hamas di Gaza.

Baca Juga:  Viral Selebgram Meninggal Karena Operasi Sedot Lemak

Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, juga mengutuk serangan tersebut dan mendesak Israel untuk menghentikan ofensif di Rafah. “Mengerikan melihat warga sipil Palestina yang tak bersalah tewas dalam serangan ini. Tidak ada zona aman bagi pengungsi di Rafah,” ujar Michel melalui platform media sosial X.

Di Washington, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyatakan bahwa gambar-gambar dari serangan tersebut sangat memilukan.

“Israel berhak memburu Hamas, dan kami memahami serangan ini menewaskan dua teroris senior Hamas yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil Israel.

Namun, seperti yang telah kami jelaskan, Israel harus melakukan semua langkah pencegahan untuk melindungi warga sipil,” demikian pernyataan tersebut.

Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina menggambarkan situasi di Gaza sebagai “neraka di dunia.” “Informasi yang muncul dari Rafah mengenai serangan lebih lanjut terhadap keluarga yang mencari perlindungan sangat mengerikan,” kata badan bantuan PBB tersebut.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan tersebut memicu kebakaran di tenda-tenda pengungsi. Militer Israel menggambarkan serangan tersebut sebagai serangan udara presisi yang menewaskan Yassin Rabia, kepala staf Hamas untuk wilayah Tepi Barat.

Kementerian Luar Negeri Qatar pada Senin menyatakan bahwa serangan tersebut dapat mempersulit upaya mediasi untuk mencapai gencatan senjata dan pemulangan sandera yang ditawan di Gaza.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan gencatan senjata segera dan penghormatan penuh terhadap hukum internasional. “Marah oleh serangan Israel yang menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” kata Macron di media sosial. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada daerah yang aman di Rafah bagi warga sipil Palestina.”

Pertemuan Dewan Keamanan PBB diharapkan dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi krisis ini dan menghentikan penderitaan warga sipil di Gaza..redaksiku.comR

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pengacara Iptu Rudiana meminta terpidana dalam Kasus Vina Cirebon untuk bertobat setelah PK ditolak oleh MA
Elza Syarief, pengacara terkenal, mendapatkan perawatan intensif karena serangan jantung
Warganet Kembali Heboh dengan Laporan Baru Pratiwi Noviyanthi Tentang Perseteruan Donasi Agus Salim
[HOAKS] Ustaz Adi Hidayat Resmi Menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden sebagai Pengganti Gus Miftah
Viral Tren “Gua Tunjukin Rumah Sudah Jadi dan Siap Huni”
Gus Miftah Mundur dari Jabatan Staf Khusus Presiden
Netizen Meminta Gus Miftah Dipecat, Ini Gajinya Perbulan
Kenali 5 Manfaat Susu Tinggi Kalsium untuk Kesehatan Lansia
Tag :

Berita Terkait

Senin, 16 Desember 2024 - 15:32 WIB

Elza Syarief, pengacara terkenal, mendapatkan perawatan intensif karena serangan jantung

Sabtu, 14 Desember 2024 - 12:07 WIB

Warganet Kembali Heboh dengan Laporan Baru Pratiwi Noviyanthi Tentang Perseteruan Donasi Agus Salim

Rabu, 11 Desember 2024 - 11:19 WIB

[HOAKS] Ustaz Adi Hidayat Resmi Menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden sebagai Pengganti Gus Miftah

Sabtu, 7 Desember 2024 - 12:20 WIB

Viral Tren “Gua Tunjukin Rumah Sudah Jadi dan Siap Huni”

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:59 WIB

Gus Miftah Mundur dari Jabatan Staf Khusus Presiden

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB