Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo

- Penulis

Sabtu, 9 Maret 2024 - 23:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo

Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo

Pada kuartal ketiga tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya serta masa sebelum pandemi COVID-19. Data ini memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang berlanjut hingga kuartal keempat tahun ini. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) telah mengeluarkan peringatan mengenai situasi ini.

Menurut INDEF, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 hanya mencapai 4,94% (year-on-year), yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal ketiga 2022 yang mencapai 5,73% (year-on-year) dan kuartal ketiga 2019 yang mencapai 5,01% (year-on-year) sebelum pandemi. Angka 4,94% ini merupakan yang terendah sejak akhir tahun 2021, dan INDEF menganggapnya sebagai tanda peringatan perlambatan ekonomi yang serius.

INDEF juga menyoroti perlambatan ekonomi ini sebagai suatu isu yang harus diperhatikan secara serius, terutama mengingat mendekatnya Pemilu 2024. Calon Presiden dan Wakil Presiden perlu memberikan jawaban terhadap tantangan ekonomi saat ini dan menawarkan solusi untuk agenda ekonomi lima tahun ke depan. Ketidakpastian ekonomi diperkirakan masih akan berlanjut hingga kuartal keempat tahun ini, dan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi masih mengintai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo
Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo

Namun, INDEF juga melihat beberapa faktor yang dapat mendukung peningkatan kinerja ekonomi, seperti libur panjang pada Natal dan Tahun Baru (Nataru), yang dapat meningkatkan konsumsi dan likuiditas. Selain itu, dengan mulainya kampanye Pemilu dan pengeluaran anggaran pemerintah yang masih perlu ditingkatkan, masih ada peluang peningkatan belanja masyarakat. INDEF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat tahun 2023 sebesar 4,9%.

Namun, terdapat beberapa tantangan yang menghadang pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang perlu dicermati lebih lanjut:

  1. Ekonomi Terpapar Perlambatan Global Kenaikan harga komoditas seperti beras, minyak bumi, dan emas dalam tiga bulan terakhir telah memicu peringatan dari World Economic Forum bahwa inflasi global akan meningkat dari 6,8% menjadi 6,9% pada tahun 2023. Kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia dari 5,75% menjadi 6% pada Oktober 2023 adalah salah satu respons terhadap situasi ini. Meskipun kenaikan suku bunga dapat meredam fluktuasi pasar keuangan, namun hal ini juga dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
  2. Ancaman Krisis Pangan Sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang rendah, dengan penurunan produksi beras yang signifikan disebabkan oleh fenomena El Nino. Hal ini telah mengakibatkan kenaikan harga beras yang mengkhawatirkan, meskipun pemerintah telah melakukan impor beras dalam jumlah yang cukup besar. Ancaman krisis pangan ini dapat mengganggu stabilitas politik, karena beras adalah kebutuhan pokok bagi seluruh penduduk Indonesia.
  3. Kendornya Kinerja Ekspor Meskipun neraca perdagangan mencatat surplus selama 41 bulan berturut-turut, kinerja ekspor Indonesia cenderung menurun. Beberapa negara mitra dagang utama, seperti China dan Korea Selatan, mengalami perlambatan ekonomi, yang diperkirakan akan mengurangi impor dari Indonesia. Selain itu, permintaan untuk beberapa komoditas utama ekspor, seperti minyak sawit, batubara, nikel, gas alam, dan minyak mentah, juga menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
  4. Konsumsi Pemerintah Negatif Pada kuartal ketiga tahun 2023, konsumsi pemerintah menunjukkan pertumbuhan negatif sebesar -3,76% (year-on-year), yang merupakan masalah serius, terutama dalam hal belanja pemerintah yang lebih rendah dari target yang dianggarkan dalam APBN 2023. Di sisi belanja, realisasi belanja negara hanya mencapai sekitar 64,29% dari pagu yang dianggarkan, sementara di sisi penerimaan, penerimaan negara baru mencapai sekitar 82,65% dari target. Hal ini menunjukkan bahwa surplus anggaran negara tidak dapat diandalkan dalam situasi di mana konsumsi pemerintah menurun.
  5. Tekanan pada Daya Beli Masyarakat Meskipun konsumsi masyarakat masih tumbuh dengan kontribusi sekitar 52,62% pada kuartal ketiga tahun 2023, tekanan pada daya beli masyarakat mulai terasa. Beberapa sektor, seperti makanan, minuman, pakaian, alas kaki, jasa perawatan, perumahan, dan perlengkapan rumah tangga, mengalami pertumbuhan yang jauh di bawah 5% (year-on-year). Tekanan ini disebabkan oleh inflasi yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, dengan sebagian besar kota mengalami inflasi.
Baca Juga:  Persiapan yang Harus Diperhatikan saat Gajian Datang

Selain itu, harga-harga yang diatur oleh pemerintah juga mengalami inflasi, yang berdampak pada daya beli masyarakat. Upaya untuk memperbaiki situasi ini perlu diambil, terutama dalam hal harga bahan bakar minyak yang disubsidi, untuk menjaga daya beli masyarakat.

  1. Perlambatan Penurunan Pengangguran Meskipun tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan dari 5,86% pada Agustus 2022 menjadi 5,32% pada Agustus 2023, penurunan ini terbilang lambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tingkat pengangguran saat ini juga belum kembali ke level sebelum pandemi pada Agustus 2019. Salah satu faktor yang berperan adalah terbatasnya penyerapan tenaga kerja formal, dimana hanya sekitar 40,89% dari tenaga kerja yang bekerja secara formal.

Tingkat pengangguran juga meningkat pada tingkat pendidikan tertentu, seperti diploma I, II, dan III, serta diploma IV, S1, S2, S3. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian dari pekerja dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi yang mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai.

  1. Industri yang Membaik Namun Perlu Waspada akan PHK Meskipun secara umum kinerja industri mengalami perbaikan, ada beberapa sektor industri yang tetap tertekan. Sejumlah sektor, seperti tekstil, pakaian jadi, kulit, barang dari kulit dan alas kaki, karet, barang dari karet dan plastik, serta industri furnitur, mengalami pertumbuhan yang negatif selama beberapa triwulan terakhir. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan efisiensi produksi dan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor-sektor tersebut.

Rekomendasi dari INDEF untuk mengatasi tantangan ini mencakup:

  1. Mempertahankan Daya Beli Masyarakat Memanfaatkan momentum Natal dan Tahun Baru untuk mempertahankan daya beli masyarakat, serta melakukan reformasi total terhadap bantuan sosial dengan memperbarui data penerima bantuan. Belanja Pemilu juga perlu dioptimalkan untuk mendorong konsumsi masyarakat.
  2. Mengoptimalkan Belanja Pemerintah Meningkatkan belanja pemerintah pada bulan-bulan terakhir tahun ini, terutama belanja modal untuk menyelesaikan proyek infrastruktur yang masih tertunda.
  3. Meningkatkan Ekspor ke Pasar Tradisional Meningkatkan ekspor ke negara-negara mitra dagang, terutama negara-negara seperti India, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Taiwan, dan Thailand. Perlu ada insentif serta langkah pencegahan PHK di sektor-sektor industri yang terdampak oleh perlambatan ekspor.

Mengingat situasi ekonomi yang menantang, langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan yang dihadapi oleh ekonomi Indonesia saat ini.

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Daftar Barang Mewah yang Sekarang Kena PPN 12 Persen, Mulai tahun baru 2025 nanti
Cara Cek NIK KTP Penerima Dana Bansos PKH 2024
Investor Saham AADI menghasilkan keuntungan 85 persen dalam waktu kurang dari seminggu setelah IPO, Sekarang saatnya untuk membeli atau menjual?
Bos Federal Reserve: Bitcoin Mengancam Posisi Emas
Daftar 10 Bank Terbaik Indonesia
Daftar OJK untuk Pinjol Legal dan Ilegal per 1 Desember 2024
Aplikasi Wondr BNI Error, Berikut Klarifikasi BNI
Presiden Prabowo buat Aturan baru untuk Membebaskan Petani, Nelayan, dan UMKM dari Utang

Berita Terkait

Senin, 16 Desember 2024 - 15:51 WIB

Daftar Barang Mewah yang Sekarang Kena PPN 12 Persen, Mulai tahun baru 2025 nanti

Kamis, 12 Desember 2024 - 17:45 WIB

Cara Cek NIK KTP Penerima Dana Bansos PKH 2024

Rabu, 11 Desember 2024 - 09:36 WIB

Investor Saham AADI menghasilkan keuntungan 85 persen dalam waktu kurang dari seminggu setelah IPO, Sekarang saatnya untuk membeli atau menjual?

Kamis, 5 Desember 2024 - 12:36 WIB

Bos Federal Reserve: Bitcoin Mengancam Posisi Emas

Selasa, 3 Desember 2024 - 09:18 WIB

Daftar 10 Bank Terbaik Indonesia

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB