Temuan ladang ganja di kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menjadi sorotan publik.
Ladang seluas 6.000 meter persegi ini berhasil diungkap berkat kerja sama antara Balai Besar TNBTS dan aparat kepolisian.
Fakta ini memunculkan banyak pertanyaan terkait bagaimana ladang ganja sebesar itu bisa tumbuh di kawasan konservasi tanpa terdeteksi dalam waktu lama.
Fakta di Balik Temuan Ladang Ganja di Bromo

Ladang ganja ini pertama kali terungkap melalui informasi yang beredar di media sosial. Sejumlah narasi menyebutkan bahwa ada 59 titik ladang ganja di sekitar kawasan wisata Gunung Bromo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini semakin menarik perhatian karena informasi tersebut dikaitkan dengan larangan menerbangkan drone di kawasan tersebut, kecuali dengan membayar biaya izin sebesar Rp2.000.000.
Kawasan konservasi seperti TNBTS seharusnya dijaga ketat dan dilindungi dari aktivitas ilegal.
Namun, kenyataannya, ladang ganja ini bisa tumbuh subur di area yang seharusnya bebas dari intervensi manusia.
Penemuan ini menimbulkan dugaan bahwa ada pihak tertentu yang mengetahui dan membiarkan keberadaan ladang ganja tersebut selama ini.
Bagaimana Ladang Ganja Ini Terungkap?
Penemuan ladang ganja ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi drone serta pemetaan wilayah yang dilakukan bersama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar TNBTS, dan kepolisian.
Drone yang diterbangkan di atas kawasan konservasi berhasil menangkap citra ladang ganja yang tersebar di beberapa titik.
Selain itu, Polisi Hutan (Polhut) yang melakukan patroli juga menemukan indikasi adanya aktivitas mencurigakan di dalam kawasan tersebut.
Dari hasil penyelidikan awal, diperkirakan ladang yang berisi tanaman ganja ini telah beroperasi selama beberapa waktu sebelum akhirnya terungkap.
Dugaan Sindikat di Balik Ladang Ganja Bromo
Berdasarkan temuan di lapangan, aparat mencurigai bahwa ladang di Bromo ini tidak dikelola oleh individu, melainkan oleh jaringan yang lebih besar.
Dugaan ini muncul karena luasnya area yang ditanami serta pola penanaman yang cukup rapi dan terorganisir.
Selain itu, lokasi ladang ganja yang berada di dalam kawasan konservasi menunjukkan bahwa para pelaku memiliki pengetahuan mendalam tentang kondisi geografis dan sistem pengawasan di area tersebut.
Hal ini memunculkan spekulasi bahwa mereka telah memanfaatkan celah dalam sistem pengamanan kawasan konservasi untuk menjalankan bisnis ilegal ini tanpa terdeteksi.
Pihak berwenang kini tengah melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengungkap siapa saja yang terlibat dalam jaringan ini.
Tidak menutup kemungkinan bahwa ada oknum tertentu yang mengetahui keberadaan ladang ganja ini namun sengaja membiarkannya demi keuntungan pribadi.
Upaya Aparat dalam Mengusut Kasus Ini
Setelah temuan ini mencuat, aparat kepolisian segera melakukan penyelidikan lebih mendalam untuk mencari tahu siapa pihak yang bertanggung jawab atas ladang ganja tersebut.
Penyelidikan ini mencakup pemeriksaan terhadap jejak logistik, sumber air yang digunakan untuk mengairi ladang, hingga kemungkinan jalur distribusi hasil panen ganja tersebut.
Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan pemantauan ketat terhadap jalur keluar masuk kawasan Bromo.
Aparat juga bekerja sama dengan komunitas lokal dan pengelola wisata untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai aktivitas mencurigakan yang mungkin terjadi di sekitar area konservasi.
Selain itu, aparat berencana meningkatkan frekuensi patroli serta memanfaatkan teknologi pemantauan yang lebih canggih untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Langkah ini diharapkan bisa mempersempit ruang gerak sindikat narkotika yang mencoba memanfaatkan kawasan konservasi untuk kegiatan ilegal mereka.
Pentingnya Pengawasan Ketat di Kawasan Konservasi
Kasus ladang ganja di Bromo menjadi bukti bahwa pengawasan di kawasan konservasi masih memiliki banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Kejadian ini seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah dan aparat keamanan untuk memperketat pengawasan di area yang rentan terhadap penyalahgunaan lahan.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan pengawasan di kawasan konservasi antara lain:
Peningkatan Patroli Rutin: Petugas kehutanan dan kepolisian harus lebih sering melakukan patroli untuk memastikan tidak ada aktivitas ilegal di dalam kawasan konservasi.
Pemanfaatan Teknologi Drone: Penggunaan drone dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan di area yang sulit dijangkau oleh patroli darat.
Pelibatan Masyarakat Sekitar: Warga yang tinggal di sekitar kawasan konservasi dapat dilibatkan dalam pengawasan dengan memberikan akses laporan cepat kepada pihak berwenang.
Penegakan Hukum yang Lebih Ketat: Sanksi yang tegas harus diterapkan bagi siapa saja yang terbukti melakukan aktivitas ilegal di kawasan konservasi, termasuk penanaman ganja.
Halaman : 1 2 Selanjutnya