Seorang tetangga pernah merasa sangat gelisah, bahkan tidak bisa tidur karena anaknya terjaring operasi balapan liar. Tetangga tersebut harus berurusan dengan polisi untuk membebaskan anaknya yang baru kelas 8. Tetangga yang lain juga pernah merasa sangat terpukul karena anak gadisnya yang masih duduk di kelas 11 hamil.
Dari obrolan dengan para ibu, kedua anak ini bisa terseret masalah karena salah memilih teman. Teman mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku seseorang. Saya jadi ingat Rasulullah menganalogikan teman baik dan buruk sebagai penjual minyak wangi dan pandai besi. Dalam hadistnya, Rasulullah memberi nasihat, “Jika kamu berteman dengan penjual minyak wangi, ada kemungkinan kamu bisa dapat hadiah minyak wangi, atau bisa beli minyak wangi. Jika tidak dapat keduanya, kamu masih bisa dapat aroma wanginya. Berbeda dengan berteman dengan pandai besi. Percikan apinya bisa membakar bajumu. Jika pun kamu selamat dari percikannya, kamu masih dapat baunya yang tidak sedap.”
Lalu, bagaimana, Bun ketika anak sudah terlanjur berteman dengan teman yang tidak baik?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Orang tua harus introspeksi diri
Sebelum menyalahkan anak, sebagai orang tua kita harus mengoreksi diri sendiri. Sudahkan kita menjadi contoh yang baik buat anak? Seberapa banyak waktu yang kita luangkan buat anak kita? Sudah mampukah kita menjadi teman bagi anak? Ke mana anak lari saat mereka mendapatkan masalah?
Nah, dari jawaban pertanyaan itu, kita bisa menarik kesimpulan apakah kesalahan dari anak atau orang tua juga ikut andil anak salah memilih teman.
Rangkul anak
Saya yakin ketika anak terlibat masalah serius seperti kasus tetangga, orang tua akan sedih, kecewa, marah. Namun, sebaiknya rasa marah itu jangan ditumpahkan pada anak. Pada saat anak tengah bermasalah, sesungguhnya ia dalam keadaan takut dan bingung. Kemarahan orang tua justru akan membuat masalah baru. Anak menjadi semakin tertutup atau tambah membangkang.
Yang dibutuhkan anak, rangkulan dari orang tuanya. Dekapan orang tua akan membuat anak merasa nyaman, bahkan ia akan merasa sangat bersalah. Ketika anak menyadari kesalahannya, akan mudah bagi orang tua mengajaknya diskusi untuk mencari solusi bersama. Memang tidak mudah membuat anak mau terbuka dengan orang tuanya, apalagi bila orang tua tidak membiasakan diskusi dengan anak. Butuh waktu dan kesabaran sampai anak mau terbuka.
Pisahkan anak dari pertemanan yang tidak sehat
Tak mudah bagi orang tua memisahkan anak dari temannya, apalagi jika ia sudah akrab. Namun, jika pertemanan itu membawa dampak buruk bagi anak, tidak ada salahnya memisahkan mereka. Tentu pada saat mengambil keputusan, orang tua harus berdiskusi dulu dengan anak. Anak perlu dilibatkan karena ia yang akan menjalani keputusan itu.
Jangan sampai anak merasa dipaksa pisah dengan temannya. Sebab jika terpaksa, justru akan menimbulkan masalah baru. Bisa jadi di depan orang tuanya, anak seolah-olah sudah tidak berteman. Namun, di belakang orang tuanya, mereka masih menjalin komunikasi.
Tidak masalah orang tua memindahkan sekolah atau mengeluarkan anak dari klub. Sebab sebaik apa pun orang tua mendidik, tapi jika anak ada di circle yang buruk, ia akan kesulitan menjadi baik.
Sedia setiap saat
Salain berperan menjadi orang tua, ayah bunda juga mempunyai peran yang sangat penting, yaitu sebagai teman. Kebersamaan orang tua meskipun hanya hadir secara fisik tanpa melakukan aktivitas yang sama bisa meningkatkan bonding dengan anak. Hadirnya orang tua membuat anak merasa tidak sendiri.
Nah, itu, Bun tips yang bisa dicoba. Semoga bermanfaat.
***
Tentang Penulis
Siti Nurhayati ibu dari dua anak, pendidik di sebuah lembaga pendidikan anak usia dini, yang tinggal di Yogyakarta.