Redaksiku.com – Inilah asal usul Hari Sejarah Nasional dan obyek terdapatnya peringatan tersebut.
Hari Sejarah Nasional diperingati setiap tanggal 14 Desember yang th. ini jatuh hari ini, Sabtu (14/12/2024).
Peringatan Hari Sejarah Nasional 2024 bermula dari dimulainya Seminar Sejarah Nasional pertama 14 Desember 1957 di Yogyakarta.
Seminar Sejarah Nasional Pertama diselenggarakan obyek untuk mengumpulkan berbagai pendapat dan arahan sebagai pertimbangan untuk menyusun peristiwa nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga suatu hari berbagai kalangan penduduk yang melibatkan asosiasi profesi, komunitas pengagum sejarah, guru, dosen dan mahasiswa peristiwa mengusulkan 14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional.
Kemudian gagasan Hari Sejarah Nasional 2024 ini jadi digaungkan th. 2014.
Lantas, bagaimana awal mula diadakanya Seminar Sejarah Nasional Pertama?
Simak asal usul Seminar Sejarah Nasional Pertama yang dirangkum dari berbagai sumber berikut ini.

Seminar Sejarah Nasional Pertama Tahun 1957
Pelaksanaaan Seminar Sejarah Nasional Pertama terlalu mutlak diselenggarakan mengingat terdapatnya dua sisi di dalam perjalan bangsa Indonesia untuk capai kemerdekaan.
Dua sisi itu ialah pandangan dari pihak Belanda dan pandangan pihak Indonesia.
Mengutip Kemendikbud, perbincangan tentang perspektif peristiwa sudah dimulai sejak th. 1928.
Pada th. itu, Bung Hatta mengecam keras pelajaran peristiwa yang diberikan di sekolah-sekolah pemerintah, di mana nama-nama para pahlawan Belanda diajarkan seakan sebagai perumus kebanggaan kultural Indonesia.
Pada th. 1930 Bung Karno memperkenalkan visi kesejarahan yang romantis (romantic historical vision): masa selanjutnya yang gemilang, masa kini yang gelap gulita, dan masa depan yang penuh harapan.
Nanti th. 1950-an romantisisme Bung Karno dapat mendapatkan kematangan keilmuan di tangan Yamin rencana Pancawarsanya.
Di sisi lain, dinamika tentang perspektif peristiwa pun berlangsung sejarawan asing.
De Graaf th. 1940 mengecam keras kecenderungan Neerlando-sentris yang dilihatnya masih menguasai penulisan peristiwa tentang daerah yang masih disebutnya sebagai Hindia Belanda.
Mereka melupakan, kata De Graaf, bahwa sehabis menetapnya orang asing, Jawa masih mempunyai sejarah.
Pada th. 1951, Coolhaas meninjau lagi masalah yang dulu dikecam oleh Van Leur, yakni pertalian peristiwa kolonial dan peristiwa Indonesia.
Dalam arti sekarang, Coolhaas terhitung sejarawan yang menolak campur tangan sosiologis di dalam usaha mengetahui momen dan dinamika kesejarahan.
Sebab, pengetahuan peristiwa baginya adalah sebuah tekun yang independen.
Seminar Sejarah Nasional, yang kini dikenal sebagai “yang pertama”, boleh dikatakan sebagai titik pencerahan di dalam pencarian awal perbincangan tentang kepribadian dan identitas nasional.
Kebutuhan ini berlangsung bersamaan lahirnya negara Indonesia yang sudah dimulai sejak awal th. 1950-an.
Berbagai persoalan fundamental dibicarakan di dalam seminar yang dihadiri sekian ratus peserta yang terdiri dari para ilmuwan, dosen dan guru sejarah, intelektual-budayawan, dan terhitung politisi tingkat nasional.
Dalam seminar ini dibicarakan tentang “landasan filsafat peristiwa nasional”, “masalah periodisasi sejarah”, “penulisan buku pelajaran” dan sebagainya.
Berbagai gagasan pun ditampilkan.
Seminar Sejarah th. 1957 ini dapat tetap dikenang sebagai seminar saat berbagai pemikiran mendalam dan kreatif tentang peristiwa bangsa diajukan.
Diadakannya Seminar Sejarah Nasional pertama itu membuahkan visi Indonesiasentris menukar visi Neerlando-sentris di dalam penulisan sejarah.
Dalam visi Indonesia-sentris tokoh Belanda yang berperan di dalam peristiwa (dramatise personae) digantikan oleh tokoh Indonesia.
Sejarah nasional menjadi peristiwa (berperspektif) dari dalam.
Peran Belanda dipandang dari kaca mata sejarawan Indonesia, sementara kajian di dalam peristiwa Indonesia adalah penduduk Indonesia yang berperan utama di dalam kisah sejarah.

Gagasan Awal Penulisan Sejarah Indonesia
Mengutip Buku Menelaah Historiografi Nasional Indonesia karya Ahmad Choirul Rofiq, di dalam rangka laksanakan gagasan penulisan lagi peristiwa Indonesia.
Maka, th. 1951 dibentuk Panitia Sejarah Nasional yang bertugas menyusun buku Sejarah Nasional.
Kemudian untuk memperdalam pemikiran tentang peristiwa Indonesia, diselenggarakanlah Seminar Sejarah Nasional yang pertama 1957 di Yogyakarta.
Meskipun hasil seminar tidak memenuhi harapan, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk memperdalam peranan peristiwa nasional.
Terutama sebagai pendidikan bangsa Indonesia dan kesadran nasional untuk mengenal identitas bangsanya melalui sejarah.
Kesadaran berikut terus digaungka hingga dijalankan Seminar Sejarah Nasional kedua di Yogyakarta Agustus 1970.
Pada seminar peristiwa kali ini, sejumlah sejarawan generasai baru mengajukan postingan mereka termasuk periode prasejarah hingga periode modern.
Penulis : Redaksiku
Editor : Redaksiku
Sumber Berita: Redaksiku
Halaman : 1 2 Selanjutnya