“Terima kasih, Mas. Mas sudah meredakan emosi sekalgus mengingatkan aku tentang kewajiban berbakti pada Mama,.” Kirei mengelus pipi Attala perlahan.
“Sudah kewajibanku, Rei. Kamu istriku yang harus aku bahagiakan dan Mama adalah mertua yang harus aku hormati. Bukankah begitu?” Attala mengecup bibir Kirei. Mengunci tubuh istrinya dalam pelukan dan hasrat yang menggelegak. Kemesraan semalam diulanginya kembali dengan sempurna. Tanpa peduli lagi Gumilar dan Gayatri sudah meninggalkan rumah untuk urusan mereka.
Attala yang sedingin es. Ternyata, bisa luluh pada perempuan yang ada di hadapannya ini. Sifat dan sikap Kirei juga perhatiannya mampu membuatnya merasa dibutuhkan. Satu hal yang ada dalam diri pria adalah berguna bagi pasangannya. Bersama Kirei, ia bisa merasakan hal itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perut yang lapar membangunkan dua insan yang tertidur setelah puas mereguk manisnya mabuk asmara. Keduanya menggeliat manja dengan rasa bahagia yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya tatap mata penuh cinta dan senyum manja yang bisa mewakilinya.
‘Kamu lapar, Sa-sayang?” tanya Attala dengan terbata-bata. Untuk pertama kalinya, ia memanggil sayang pada seorang perempuan. Karena hal itu juga, ia merasa gugup.
“Apa, Mas? Aku enggak denger,” sahut Kirei pura-pura. Ia hanya ingin menggoda Attala yang mulai menunjukkan tanda-tanda kebucinan.
“Sayang, kamu lapar?” Attala berbisik dengan nada menggoda.
“Alhamdulillah, terima kasih, Tuhan. Akhirnya, suamiku bilang sayang juga.” Spontan Kirei memeluk Attala dari samping. Kemudian, ia duduk dan menyandarkan punggung sembari menutup sebagian tubuhnya dengan selimut. “Tentu, Mas. Perutku sudah keroncongan.”
“Aku juga. Sebaiknya, kita segera membersihkan diri dan bersiap agar tidak keduluan Mama dan Papa yang sebentar lagi pulang dari urusan mereka. Kalau mereka sudah pulang, kita bisa jadi bahan candaan.” Atta memeluk istrinya sekali lagi. Menciumnya di ubun-ubun, lalu bergeser ke telinga.
” Eh, sudah-sudah. Ayo mandi, Mas. Malu kalau Mama sama Papa datang dan kita masih di kamar.” Kirei mencubit perut Atta perlahan. Dia berharap romantisme pasangan baru yang mereka rasakan bisa bertahan selamanya tanpa ada hambatan yang berarti. Langgeng dalam rumah tangga bahagia, memiliki keturunan yang sholih dan cerdas, mampu menjaga cinta yang merupakan anugerah Tuhan sampai waktunya tiba. Meski begitu, Kirei tidak pernah tahu bahwa ada sosok yang begitu tersakiti dengan pernikahan mereka.
Halaman : 1 2