Setelah mengucapkan kata maaf itu, Gayatri merasakan kedamaian dan ketenteraman di dalam hatinya. Ternyata benar, apa yang dikatakan suaminya? Tak hanya anak-anak yang harus meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Namun, orang tua pun jika melakukan kesalahan harus berani meminta maaf. Karena orang tua juga, hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari salah dan khilaf.
“Mama juga minta maaf sama kamu, Attala. Mungkin tadi kamu tidak sengaja mendengar kata-kata yang kurang baik keluar dari mulut Mama tentangmu.” Gayatri menatap Kirei dan Attala berganti.
“Tidak apa-apa, Ma. Attala sama sekali tidak sakit hati,” ujar Attala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hati Gayatri merasa lega setelah mendengar penuturan menantunya itu. Sekarang pandangannya beralih pada Kirei. Putri semata wayangnya yang masih memasang wajah ketus.
“Rei tahu Mama ngelakuin semua itu demi kebaikan Rei. Kamar itu privasi Rei, Ma. Apalagi sekarang Rei udah punya suami, Mama bisa minta izin dulu sebelum mengundang Pak Nugroho.” Kirei terlihat masih jengkel.
“Iya, Rei. Mama minta maaf, ya. Mama terlalu khawatir dengan kejadian semalam.” Gayatri mengakui kesalahannya.
Kirei menarik napas, lalu mengembuskannya secara perlahan. “Rei juga minta maaf, Ma, Pa, kalau selama ini Rei keras kepala dan emosian.”
Kirei bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke tempat Gayatri duduk. Kemudian, mereka berdua saling berpelukan. Sedangkan, Gumilar dan Attala saling berpandangan dan tersenyum saat melihat dua perempuan tercantik di dalam keluarga Gumilar saling memaafkan dan mengakui kesalahan masing-masing.
Tak berapa lama, terdengar suara azan Isya berkumandang. Mereka berempat memutuskan untuk melaksanakan salat berjamaah di mushola yang ada di halaman belakang rumah. Musola kecil yang sengaja dibuat Gumilar untuk merenung dan menjernihkan pikiran ketika rasa penat melanda. Ia juga mempersiapkan musola itu untuk cucu-cucunya kelak.
Hanya butuh waktu sepuluh menit, mereka berempat menyelesaikan ibadah Salat Isya. Rasa lelah dan capek dengan kegiatan seharian ini, membuat mereka memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing.
“Rei, sementara kamu dan Attala tidur di kamar tamu dulu, ya,” ujar Gayatri.
“Iya, dong, Ma. Lagian, Rei enggak mau tidur di kamar yang bau kemenyan dan dupa. Takutnya, bukan Mas Attala yang nemenin Rei, tapi makhluk lain. Ih, serem.” Kirei bergidik takut jika membayangkan genderwo atau semacamnya yang menemaninya tidur.
Halaman : 1 2