Tingkat peningkatan kasus Monkeypox atau Cacar Monyet di Indonesia, hingga Oktober 2023, menggarisbawahi kebutuhan akan kesadaran yang lebih tinggi akan penyakit ini di kalangan masyarakat. Selain minimnya pemahaman akan virus ini, kurangnya kesadaran dan pengertian menyebabkan peningkatan kasus.
Dalam upaya menanggulangi peningkatan kasus, Kementerian Kesehatan terus melakukan serangkaian upaya edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pencegahan Monkeypox atau Cacar Monyet. Virus ini merupakan salah satu jenis penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat dengan cepat menular di antara manusia.
Selain kontak langsung dengan penderita Monkeypox, penyebaran yang cepat juga dipengaruhi oleh perilaku seksual yang tidak mematuhi aturan yang berlaku. Data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa mayoritas pasien yang terkonfirmasi mengidap Monkeypox berada dalam rentang usia antara 25 hingga 39 tahun. Oleh karena itu, salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang kesetiaan dalam hubungan dan pentingnya menghindari pergantian pasangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penularan penyakit ini juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui perilaku seksual yang tidak sesuai dengan aturan yang dianjurkan. Adanya perbedaan gejala antara cacar monyet dan cacar air menekankan pentingnya penanganan medis saat gejala awal muncul.
Gejala Monkeypox meliputi munculnya ruam, demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot, kesulitan menelan, diare, dan peradangan pada bagian genital. Dalam menghadapi peningkatan kasus, seorang epidemiolog dari Griffith University menyatakan bahwa Indonesia sedang mengalami fase darurat terkait kasus Monkeypox. Setiap kasus baru yang ditemukan memerlukan upaya yang lebih ketat untuk meminimalkan peningkatan kasus.
Untuk menekan penyebaran penyakit ini, dibutuhkan upaya tracing dan karantina yang tidak hanya terfokus di DKI Jakarta tetapi juga meluas ke wilayah lain di Indonesia. Wilayah-wilayah tertentu dan kelompok-kelompok yang dianggap memiliki risiko tinggi seperti LGBT, Transgender, dan Biseksual perlu mendapat perhatian lebih serius untuk pencegahan penyebaran.
Dalam konteks peningkatan kasus Monkeypox di DKI Jakarta, Dinas Kesehatan telah mencatat adanya pertambahan kasus positif. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang namun tetap waspada. Langkah-langkah pencegahan seperti menjaga kebersihan diri, menggunakan masker, mencuci tangan secara teratur, serta menghindari kontak fisik dengan orang yang sakit, perlu ditingkatkan.
Pemerintah DKI Jakarta telah menjamin ketersediaan perawatan bagi pasien Monkeypox di seluruh rumah sakit umum daerah (RSUD) di Jakarta dengan biaya pengobatan yang ditanggung oleh pemerintah. Vaksinasi telah dimulai terhadap kelompok rentan, dan bagi pasien yang sembuh, isolasi dilakukan hingga gejala menghilang sepenuhnya.
Selain itu, Dinkes DKI juga gencar dalam penelusuran kontak untuk memutus rantai penularan kasus. Pihaknya terus mengawasi kelompok-kelompok yang berpotensi tertular dan berkomitmen untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Prinsipnya adalah untuk selalu waspada dan mengambil tindakan proaktif guna mencegah peningkatan kasus yang lebih besar di masa depan.
Berikut riwayat temuan kasus positif cacar monyet:
Agustus
– 1 kasus Agustus 2022 (sembuh)
Oktober
– 1 kasus 13 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 1 kasus 19 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 5 kasus 21 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 3 kasus 24 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 2 kasus 25 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 2 kasus 26 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 1 kasus 27 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 1 kasus 28 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 2 kasus 29 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 3 kasus 30 Oktober 2023 (isolasi RS)
– 2 kasus 31 Oktober 2023 (isolasi RS)
November
– 1 kasus 1 November 2023 (isolasi RS)
– 2 kasus 2 November 2023
– 1 kasus 3 November 2023.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini