Novel: A Way to Find You (Part 9)

- Penulis

Kamis, 3 Oktober 2024 - 18:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebelumnya: A Way to Find You (Part 8)

***

BAB 9

 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Giska membelalak tak percaya. Dengan hati-hati, ia menyentuh memar tersebut. Ada sedikit rasa nyeri, yang itu berarti luka tersebut nyata.

‘Aneh, padahal semalem cuma merah dikit,’ pikirnya heran. Memang, tadi malam, ia sempat kesakitan saat Bima mencekalnya. Akan tetapi, mustahil rasanya kalau sampai lebam seperti ini. Bima juga hanya memeganginya dengan satu tangan. Apa mungkin, lelaki itu terlalu banyak menggunakan tenaga hingga tanpa sadar melukai sang istri?

Giska memutuskan untuk menunda mandinya dan turun ke lantai bawah. Ia berniat mengompres memar ini menggunakan sekantong es batu sesuai dengan tips yang pernah ia baca. Begitu tiba di anak tangga terakhir, Giska terperanjat. Ia melihat Bima tengah tidur di sofa ruang TV yang merangkap sebagai ruang tamu mereka. Tangan kiri lelaki itu terangkat di atas kepala, sementara tangan kanannya memeluk sesuatu. Dengkuran halus terdengar seirama dengan dadanya yang naik-turun secara teratur.

Giska melangkah mendekat tanpa suara. Suaminya itu rupanya tertidur sambil memeluk iPad. ‘Dia begadang di sini semalem?’ batin Giska, kemudian mencoba mengambil iPad di tangan Bima dengan gerakan super hati-hati. Karena penasaran, ia menyalakan iPad tersebut untuk melihat apa yang tengah dikerjakan sang suami.

Layar yang baru ia nyalakan langsung menampilkan pemandangan sebuah ruangan. Giska langsung tahu ruangan tersebut merupakan kamar tidur melalui detail kasur yang Bima gambar di salah satu sisi dinding. Di bagian paling ujung ruangan, terdapat jendela besar yang menyajikan pemandangan langit malam. Giska mengamati lekat-lekat hasil karya sang suami. Nuansa ruangan itu tampak gelap dan suram meski Bima menambah beberapa lampu tempel di dinding. 

Butuh perhatian lebih hingga Giska menyadari ada satu detail yang hampir ia lewatkan. Di tepi tempat tidur yang paling jauh, ia menangkap punggung seseorang, sepertinya seorang wanita apabila melihat dari lekuk tubuhnya. Wanita tersebut memakai kebaya merah gelap. Rambut hitamnya tersanggul membentuk sebuah konde besar. Tiga buah cunduk mentul warna emas tertusuk dalam posisi miring di atas gelungannya.

Entah kenapa, bulu kuduk Giska tiba-tiba meremang. Posisi wanita itu duduk membelakangi layar. Meski wajahnya tidak terlihat, Giska bisa merasakan hawa yang tidak enak dari gambar tersebut, terutama dari sosok si wanita.

“Mas Bima lagi dapet proyek horor atau apa, sih?” gerutu Giska, lalu buru-buru mematikan layar. Ia tidak mau menatap gambar itu lebih lama. Tepat saat Giska meletakkan iPad Bima di meja depan sofa, sang suami terbangun.

“Gis?” panggil Bima, seakan ingin memastikan sosok yang berdiri di depannya adalah istrinya.

Giska menjawab pelan, “Bangun, Mas. Udah pagi.”

Bima perlahan bangkit duduk. Wajahnya tampak seperti orang kurang tidur. Lelaki itu menguap lebar satu kali.

“Kamu tidur di sini semalem?” tanya Giska penasaran.

Bima mengangguk. Ia segera memalingkan wajah begitu menyadari Giska masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi malam. “Tutup baju kamu. Malu kalau tiba-tiba ada tamu,” tegur lelaki itu sembari meraih iPadnya, kemudian berlalu meninggalkan Giska begitu saja.

Giska mendengus. “Bilang aja nafsu,” cibirnya pelan, yang tentu tidak terdengar oleh suaminya yang kini tengah berjalan cepat menaiki tangga. “Mana ada tamu jam segini.”

Giska meregangkan tubuh. Rasa nyeri di pergelangan tangan kanan mengingatkan perempuan itu akan tujuannya turun ke lantai satu. Ia melanjutkan langkah ke dapur dan mengambil es batu di lemari pembeku.

Hari ini jadwalnya berolahraga di gym. Setelah beres menyunting dan mengunggah satu video di akun media sosialnya, Giska naik ke kamar untuk bersiap-siap. Ia tidak ingin bolos olahraga, jadi perempuan itu terpaksa mengenakan training gloves demi menutupi warna biru di pergelangan tangannya.

“Bi, saya ke gym dulu. Tolong jemurannya diangkatin kalau hujan,” pinta Giska pada Tami, asisten rumah tangga mereka yang akan datang setiap tiga hari sekali untuk membantu membereskan rumah.

“Iya, Mbak. Hati-hati di jalan,” sahut Tami yang sedang mengepel lantai.

Giska memasukkan tas olahraganya yang berwarna merah muda ke dalam mobil, kemudian berangkat seorang diri. Langit tampak semakin mendung. Satu, dua kali, terdengar gemuruh dari balik awan-awan hitam di atas sana. Jalanan tidak terlalu padat karena saat ini masih jam kerja. Tepat saat mobil Giska memasuki pusat kebugaran langganannya, hujan turun begitu deras. Beruntung, tempat parkir gym ini ada di basement, jadi Giska tidak harus menerobos hujan saat keluar dari mobil.

Sang beauty influencer berniat melakukan sprint di atas treadmill siang ini. Sebelum memulai sesi kardionya, perempuan itu mengamati diri lewat kaca besar di dalam ruang gym sembari berswafoto. “Bagus,” pujinya bangga melihat badannya yang proporsional serta otot-ototnya yang masih kencang. Ia harus benar-benar menjaga bentuk tubuhnya untuk dua hal. Yang pertama, menghadiri undangan pernikahan teman selebritinya besok malam, dan yang kedua, untuk rencana pertempurannya di ranjang bersama sang suami malam ini.

Giska berharap, permasalahan rumah tangganya bisa segera terselesaikan.

***

Hujan masih belum berhenti hingga malam tiba. Giska membereskan sisa makan malamnya seorang diri karena Bima belum pulang. Hari ini adalah hari Jumat, jadwal lelaki itu nongkrong dan bermain futsal bersama teman-teman kantor.

Giska sengaja duduk menunggu di sofa ruang TV sembari mencoret-coret buku catatannya. Ia perlu menyusun konsep untuk konten selanjutnya. Perempuan itu juga dengan saksama meninjau ulang resolusi yang ia buat awal tahun kemarin. Giska melingkari angka 990.261 yang ia tulis besar-besar di salah satu halaman. Angka tersebut merupakan jumlah pelanggan di kanal YouTube miliknya saat ini. Perempuan itu tersenyum lebar. Sebentar lagi, angka tersebut akan genap menjadi satu juta, sebuah prestasi besar bagi seorang content creator seperti dirinya. Giska tidak sabar menunggu hari itu tiba.

Baca Juga:  Novel : Choose Happiness (Part 3)

Tepat pukul delapan malam, Bima sampai di rumah. Giska terkejut begitu melihat lelaki itu melangkah masuk dengan tubuh basah kuyup. Ia buru-buru meletakkan buku catatannya, berlari mengambil handuk di jemuran, dan kembali ke ruang tamu.

“Kok basah semua, Mas? Nggak pakai jas hujan?” tanya Giska sambil menyerahkan handuk kepada Bima. Segala perasaan marah, dongkol, dan benci selalu terkalahkan oleh rasa khawatir tiap kali ia melihat sang suami dalam keadaan tidak baik-baik saja.

“Kelupaan bawa,” jawab Bima. Ia mengeringkan wajah dan rambutnya menggunakan handuk dari sang istri, kemudian menatap perempuan itu dengan kedua alis terangkat. “Kamu lagi apa di bawah sini?”

Giska mengalihkan tatapan dengan salah tingkah. Ia terlalu gengsi untuk mengakui bahwa ia tengah menunggu lelaki itu pulang sejak tadi. Meski sudah menunjukkan tanda-tanda perdamaian, Giska belum mau bermanja-manja dengan Bima sampai permasalahan mereka tuntas. “Lagi ngerjain konten,” sahutnya dengan nada datar.

“Oh.” Bima balas bergumam singkat.

“Copot, gih, baju kamu. Biar aku bawa ke mesin cuci,” kata Giska sambil mengulurkan kedua tangan.

Bima menuruti perintah istrinya. Lelaki itu mulai melepas jaket dan kemejanya yang basah oleh air hujan, kemudian menyerahkannya ke tangan Giska. Ia pun lanjut melepas celana panjangnya hingga hanya tersisa celana boxer hitam yang menempel di tubuhnya.

Giska secara terang-terangan menonton tubuh atletis sang suami sambil menelan ludah. Fisik lelaki itu tidak pernah gagal menggoyahkan kekuatan imannya. Dengan tinggi mencapai 181 sentimeter serta otot-otot yang terpahat sempurna berkat hobi olahraganya, Bima selalu menjadi idaman banyak orang. Rambut hitamnya yang dibiarkan panjang sampai telinga kini terurai basah dan berantakan, memberi kesan liar dan seksi. Sepasang alisnya yang tebal melengkapi pesona lelaki berdarah Sunda-Minang itu, begitu pun dengan hidungnya yang mancung serta rahang dan lehernya yang kokoh.

Bima melilitkan handuk di pinggulnya, menyudahi santapan mata sang istri. Tanpa berkata apa pun, lelaki itu berjalan menuju tangga sambil menenteng ranselnya. Giska segera beranjak menuju ruang belakang untuk memasukkan baju basah suaminya ke mesin cuci. Kemudian, ia mengeringkan lantai ruang tamu yang terkena tetesan air hujan menggunakan kain pel.

Sejujurnya, Giska tidak punya rencana khusus untuk malam ini. Ia hanya akan memancing perhatian Bima dengan mengekspos bagian-bagian tubuhnya, seperti yang ia lakukan kemarin. Perempuan itu berharap sang suami memakan umpan darinya, sehingga mereka bisa menuntaskan apa yang tertunda tadi malam.

Giska naik ke kamar mereka dengan jantung berdegup kencang. ‘Apa, sih? Kayak mau malam pertama aja!’ omelnya pada diri sendiri. Masalahnya, ia dan sang suami belum pernah bertengkar separah ini, sampai-sampai berpisah ranjang meski hanya satu hari. Untuk bisa menyatukan kembali jiwa dan raga mereka pasti akan terasa sangat emosional baginya. Tidak heran kalau Giska merasa sedikit gugup.

Tak lama kemudian, Bima selesai mandi. Ia masuk ke kamar dengan memakai kaus warna abu-abu polos serta celana jogger bewarna senada. Tampilannya seperti siap untuk tidur. Namun, alih-alih menuju kasur, lelaki itu justru duduk di meja kerja dan menyalakan laptopnya.

Giska menatap punggung Bima dengan dilema. Haruskah ia mengganti piyamanya dan diam menunggu sang suami di tempat tidur, atau haruskah ia meruntuhkan egonya sekali lagi dan mendekati lelaki itu sekarang juga?

‘Ah, persetan!’ umpat Giska dalam benaknya, kemudian beranjak mendekati sang suami. Sejak dulu, Giska bukan jenis perempuan yang suka bertele-tele. Ia benci saat harus menghadapi suatu permasalahan sampai berlarut-larut. Hati dan pikirannya menjadi tidak tenang, sehingga akan memengaruhi kinerja kesehariannya. Oleh karena itu, Giska memutuskan untuk mengambil pilihan yang kedua. Biarlah ia menjebol dinding egonya untuk terakhir kali kalau memang itu satu-satunya harga yang harus ia bayar demi mendamaikan diri dengan sang suami.

Giska berdiri tepat di belakang Bima yang masih asyik dengan layar laptopnya. Tanpa sisa keraguan, perempuan itu sedikit membungkukkan badan, lalu melingkarkan kedua lengannya ke leher dan pundak Bima. Dadanya kontan bergemuruh. Sudah berapa lama ia tidak mendekap suaminya seperti ini? 

Dulu, adegan ia memeluk Bima dari belakang sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Giska tersenyum pahit. Betapa mengerikannya jarak yang telah tercipta di antara mereka, hingga sanggup memisahkan dua hati yang telah melekat bertahun-tahun lamanya. Entah apa yang akan terjadi bila Giska tidak berusaha menutup jarak tersebut sesegera mungkin.

Giska bisa merasakan tubuh Bima tersentak kaget. Lelaki itu pasti sama sekali tidak menyangka akan datangnya gebrakan frontal dari sang istri.

“Gis–”

“Mas, ayo kita ngomong,” potong Giska, tepat di sebelah telinga Bima. Ia menyandarkan dagu di bahu kanan sang suami. “Aku nggak bisa kayak gini terus,” bisik perempuan itu dengan nada sedih. “Aku nggak mau kita hidup kayak gini selamanya.”

***

Selanjutnya: A Way to Find You (Part 10)

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)
Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)
Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 29)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 28 )
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 27 )

Berita Terkait

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:41 WIB

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:38 WIB

Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:25 WIB

Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:23 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:13 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB