Bab. 10 Hadiah Dari Oma
“Hah?, Oma ada di depan?”
Mendengar itu Amora langsung membulatkan matanya karena terkejut, kenapa tiba-tiba sekali Oma Daren datang ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Oke, Oma. Daren ke sana, sebentar.”
Tut.
“Oma di sini” ucap Daren memperjelas percakapannya dengan Omanya di telfon yang baru saja dia matikan.
“Saya mohon, kita bersikap layaknya suami istri di depan Oma saya. Dan saya juga meminta kerja samamu untuk tidak membahas Syla sedikitpun di depan Oma saya” lanjut Daren.
Amora yang mendengar segala penuturan Daren itu hanya terdiam, dia tidak tau harus bersikap seperti apa. Tapi tiba-tiba Daren langsung menarik tangannya dan membawanya keluar dari kamar mereka itu.
Mereka berdua berjalan menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa, lalu sesampainya di depan pintu Amora menarik nafasnya panjang dan mulai menunjukkan senyumnya seraya merangkul tangan Daren.
Melihat itu Daren pun tersenyum tipis dan membuka pintu utama rumahnya itu. Setelah pintu terbuka, terlihat wanita paruh baya dengan pakaian khas zaman dahulu tapi sangat elegant dan terlihat mewah jika dia yang memakainya.
“Oma” sapa Daren dan Amora secara bersamaan.
Mendapatkan sambutan serta pemandangan di depannya yang terlihat sangat romantis membuat wanita bernama Gisa Akraryan itu tersenyum lebar, “Wadu waduu, pengantin baru, maunya nempel terus yaa” ujar Gisa yang masih tersenyum.
Amora terkekeh kecil, “Hehehe, engga, Oma. Ayo masuk, Oma” jawab Amora yang setelah itu melepaskan rangkulannya dari tangan Daren dan ganti merangkul tangan Omanya Daren.
Dengan pelan Amora mengajak Gisa untuk masuk ke dalam rumahnya. Mereka bertiga kini duduk di ruang keluarga sembari berbincang-bincang kecil, “Kalian sudah melihat hadiah pernikahan yang Oma berikan belum?”
“H-hah?, hadiah?. Oh belum, Oma. Kita masih sibuk kemarin, makanya belum sempat buka-bukain kado pernikahan” jawab Amora yang tak lupa dengan senyum manisnya.
“Ya sudah. Daren, bawa hadiahnya Oma ke sini” ucap Gisa yang langsung dipatuhi oleh Daren. Laki-laki itu hanya menganggukkan kepadanya dan beranjak dari tempat duduknya.
Beberapa menit kemudian, terlihat Daren yang kembali datang sembari membawa sebuah kado di genggamannya. Setelah itu kadonya itu dia berikan kepada Omanya.
Gisa mengambil kadonya itu dan memberikannya kepada Amora, “Buka, sayang.”
“Iya, Oma” jawab Amora yang lalu mengambil kado itu dan mulai membukanya secara perlahan. Amora sedikit mengerutkan dahinya ketika melihat beberapa kertas di dalam tas kado itu.
“Ini apa, Oma?” tanya Amora seraya mengeluarkan kertas-kertas yang ada di dalam kado Omanya itu.
“Kamu baca dulu, cantik” jawab Gisa yang tidak mau memberikan jawaban secara langsung kepada istri cucunya itu.
Dengan penuh pertanyaan Amora membuka salah satu dari beberapa kertas itu. Amora mulai membaca isi di dalam kertas itu sampai matanya membulat sempurna karena terkejut.
“Oma?, maksudnya apa ini?” tanya Amora yang kini secara bergantian menoleh ke arah Gisa dan kertas yang ada di genggamannya itu.
Karena penasaran, Daren mengambil kertas lainnya dan membaca juga isi di dalamnya, sedangkan Gisa hanya tersenyum sembari melihat ekspresi cucu dan cucu menantunya itu.
“Ini maksudnya apa, Oma?, kenapa Oma booking hotel di Paris?” kini Daren yang giliran bertanya.
Gisa tersenyum lebar sebelum menjawab, “Oma tau kalau kalian pasti pada sibuk, yang Amora sibuk kuliah dan Daren sibuk kerja. Jadi Oma pikir, Oma aja yang nyiapin honeymoon kalian berdua di Paris.”
“Jadi surat-surat itu udah lengkap, mulai dari tiket pesawat, hotel dan beberapa surat penting lainnya. Kalian berdua hanya tinggal berangkat, dan nanti akan ada orang yang akan menjadi sopir sekaligus pemandu kalian selama 7 hari di Paris” ucap Gisa menjelaskan maksud dari surat-surat itu.
Mendengar penuturan Gisa seketika membuat Amora dan Daren saling menatap sebentar, sampai Amora mulai protes kepada Gisa, “Tapi, Oma. Kan Amora kuliah.”
“Iya, Daren juga ada pekerjaan di kantor, Oma” timpalan Daren melanjutkan ucapan Amora.
“Yaahh, masa kalian mau nolak hadiah Oma sihh?. Oma udah capek-capek loh siapin itu semua. Oma sampai ngga tidur sampai larut malam” ujar Gisa dengan raut wajah yang langsung berubah sedih.
Melihat Gisa yang terlihat sedih dan kecewa membuat Amora dan Daren kini bingung, mereka tidak ingin menjalani honeymoon itu, tapi di sisi lain mereka juga tidak ingin membuat Gisa sedih dan kecewa.
Dengan helaan nafas, Daren menganggukkan kepalanya beberapa kali kepada Amora. Melihat itu Amora semakin kebingungan karena dia tidak tahu maksud dari laki-laki itu.
“Oke, Oma. Kita mau” ucap Daren yang seketika membuat Amora kembali terkejut dan langsung melihat ke arah Daren yang kini juga melihat ke arahnya.
“Beneran?” tanya Gisa dengan sangat semangat.
Dengan sedikit emosi dan terkejut Amora bertanya kepada Daren tanpa suara, hanya kecapan bibir saja, “Maksud lo apa?”
Laki-laki itu tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya dengan helaan nafas kecil, “Iya, Oma, kita mau. Ya kan, Ra?” tanya Daren.
Kini Gisa dan Daren melihat ke arah Amora, “Ha-hah?, oh iya, Oma. Kita mau, kok. Mau banget malahan, ya kan-“
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya