Amora menghentikan ucapannya karena dia tidak tahu harus memanggil Daren apa, sangat tidak sopan jika dia langsung memanggil Daren dengan nama.
“Ya kan, sayang?” lanjut Amora dengan senyum terpaksa setelah terdiam sejenak untuk berpikir.
“Iya, Ra” jawab Daren yang juga dengan senyuman yang tipis, namun masih terlihat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Oma seneng dengernya kalau kalian setuju kayak gini. Oma ngerasa hadiah Oma sangat-sangat special buat kalian” ujar Gisa dengan kekehan kecil, wanita itu merasa bangga dengan dirinya sendiri.
Mendengar itu Amora dan Daren hanya mengangguk-anggukkan kepala mereka, “Ya sudah. Oma ke sini cuma mau ngasih tau itu aja, sekarang Oma mau pergi karena ada acara reunian” lanjut wanita paruh baya itu.
“Oma ngga mau nginep di sini?” tanya Amora.
“Engga, takut ganggu pengantin baru. Ya sudah, Oma mau pergi, takut telat” jawab Gisa yang mulai beranjak dari sofa itu.
Melihat itu dengan sigap Amora dan Daren membantu Gisa untuk berdiri dan menemaninya berjalan keluar dari rumah mereka hingga masuk ke dalam mobil yang di dalamnya masih terdapat sopir pribadi milik Gisa.
Setelah itu Gisa pun mengucapkan selamat tinggal dan mobilnya mulai berjalan pergi dari halaman rumah Daren dan Amora. Di dalam mobil Gisa tertawa karena rencananya berhasil.
Dia tadi hanya pura-pura sedih agar cucu-cucunya itu mau pergi ke Paris untuk honeymoon. Karena jika Gisa tidak mengeluarkan jurus seperti itu, mungkin mereka berdua tidak akan setuju dan tidak akan pergi ke Paris untuk honeymoon.
Kini Amora dengan marah masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Daren yang berusaha untuk menghentikan langkahnya. Setelah menutup pintu, Daren mempercepat langkahnya dan langsung meraih pergelangan tangan Amora untuk menghentikan langkah perempuan itu.
“Dengerkan saya dulu” ucap Daren.
“Ya, gue tau, lo ngga akan bisa nolak permintaan Oma lo. Terus sekarang lo mau jelasin apa?. Mau kayak apapun lo ngejelasinnya, kenyatannya ngga akan berubah kan?” tanya Amora yang langsung marah tanpa mendengar penjelasan dari Daren.
“Ya, memang benar. Kenyatannya tidak akan berubah. Tapi kita bisa menjalani 7 hari di Paris itu tanpa melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Kita bisa menyibukkan diri dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di sana, juga dengan mengerjakan pekerjaan kita masing-masing bukan?”
Mendengar penuturan panjang lebar dari Daren membuat Amora tertegun, karena baru kali ini dia mendengar Daren berbicara dengan begitu panjang dan lumayan cepat.
“Bisa ngomong banyak juga dia” batin Amora yang masih tertegun.
“Ya, oke gue setuju. Udah kan?, gue mau ke atas” jawab Amora dengan sedikit ketus.
Setelah itu Daren melepaskan tangan Amora dari genggamannya, dan membiarkan perempuan itu meninggalkannya. Melihat Amora yang mulai menghilang dari pandangannya, Daren pun melangkahkan kakinya menuju dapur.
Laki-laki itu mengambil gelas dan menuangkan air putih dari kulkas ke dalam gelas itu dan langsung meminumnya hingga habis. Setelah itu dia menaruh gelasnya itu di top table dan sedikit menyenderkan tubuhnya di sana.
Daren memejamkan matanya dan mulai memijit pelan pelipisnya menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menopang tangan kanannya itu.
Keesokan harinya Amora terbangun dari tidurnya sekitar pukul setengah 6 pagi. Amora merenggangkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum turun dari kasur yang sangat nyaman yang ada di kamarnya itu.
Sebelum turun, Amora mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya, dia mencari keberadaan laki-laki yang kini menjabat sebagai suaminya itu.
“Dia di mana?. Biasanya tidur di sofa, kok sekarang ngga ada?, apa dia udah bangun?” batin Amora dengan ekspresi yang penuh akan pertanyaan.
Karena masih penasaran, Amora pun beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamar itu untuk mencari keberadaan Daren. Sebelum Amora mencari ke mana-mana, dia langsung terpikirkan ruang kerja milik Daren.
Dan ternyata benar, laki-laki itu tidur di sofa yang ada di ruang kerjanya itu. Melihat itu Amora berjalan mendekat ke arah Daren yang masih tertidur dengan pulas, “Lo ngapain tidur di sini?, kayak suami takut istri aja lo sampe pindah tidurnya” batin Amora sembari menamati wajah Daren dari dekat.
Saat Amora tengah fokus menamati wajah Daren yang terlihat sangat tenang, dengan mengejutkan laki-laki itu membuka matanya cukup lebar sehingga membuat Amora terkejut setengah mati hingga dirinya yang tadinya berjongkok langsung terjatuh.
“Bangs*t, kaget ege!” marah Amora yang langsung berdiri dari jatuhnya.
“Ya kamu sendiri ngapain di depan wajah saya seperti itu?” tanya Daren setelah dirinya bangun dari posisi tidurnya dan kini menyenderkan tubuhnya di punggung sofa.
“Lo sendiri ngapain tidur di sini?” bukan menjawab, Amora malah balik melemparkan pertanyaan.
“Terserah saya lah. Kamu keberatan saya tidur di sini?” tanya Daren lagi setelah menjawab pertanyaan dari Amora.
“Nggak!. Siapa bilang?, lo tidur di sini aja terus” jawab Amora dengan ketus, lalu perempuan itu segera pergi dari ruang kerja Daren dan kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mandi.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya