Bab. 11 Di Balik Sikap Dingin Itu
Hari berlalu dengan begitu cepat, kini terlihat Amora yang berjalan keluar dari lorong kampusnya bersama dengan Marvell, mereka berdua berbincang-bincang kecil sembari berjalan menuju parkiran.
“Kamu dijemput suamimu?” tanya Marvell tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ee, iya. Ada apa?” tanya Amora balik seraya tersenyum kecil setelah menjawab apa adanya.
“Ngga papa. Daren kayaknya suka ya sama kamu?” jawab Marvell yang juga menunjukkan senyumannya.
Mendengar ucapan Marvell di akhir membuat Amora terkejut sendiri, “Hah?, suka?”
“Kalau suka sama gue ngga akan punya pacar kali” lanjut Amora di dalam hatinya dengan tersenyum miring dan terlihat sangat sinis.
Marvell sedikit mengerutkan dahinya saat melihat ekspresi Amora yang terlihat sangat aneh, “Kenapa gitu?”
“Hah?, enggaa. Ya ngga tau ya, tapi menurutku dia cukup perhatian sih” jawab Amora yang lalu diangguk-anggukki oleh Marvell.
Mereka berdua pun berjalan hingga sampai di parkiran kampus itu, dan saat Amora melihat keberadaan mobil Daren dirinya pun berpisah dengan Marvell dan melanjutkan langkahnya menuju mobil Daren yang terparkir di antara beberapa mobil.
Karena tidak dikunci, Amora pun dengan mudah masuk ke dalam mobil itu, “Hahh, panas banget di luar” gumam Amora dengan nafas panjang.
“Siapa laki-laki itu?” tanya Daren tiba-tiba, Amora yang mendengar itu seketika langsung melihat ke arah Daren dengan tatapan heran.
“A?, oh orang yang jalan sama aku tadi?. Kenapa emangnya?” bukan menjawab, Amora malah balik bertanya.
“Saya bertanya, bisa tidak kamu menjawab tanpa harus melempar pertanyaan lagi?” tanya Daren yang lalu menginjak gas mobilnya hingga mobil miliknya itu bergerak pergi dari kawasan parkiran kampus itu.
Mendengar nada bicara Daren yang tiba-tiba berubah membuat Amora menelan salivanya, “Marvell, udah kan?. Kok kamu ngomongnya pakai saya lagi sih?”
“Maaf, aku keceplosan” jawab Daren sembari terus fokus menyetir.
“Heem” gumam Amora.
Saat Amora membenarkan barang-barang serta duduknya tiba-tiba Daren yang awalnya mengendarai mobilnya di kecepatan 60 KM/jam menginjak rem dengan sangat mendadak hingga membuat Amora yang belum memakai seat belt atau sabuk pengaman sedikit terpental ke depan.
Karena belum memakai sabuk pengaman, kepala Amora pun terbentur di laci dashboard mobil milik Daren dengan cukup keras, “Ra!”
“Arghh!!” ringis Amora kesakitan sembari memegang dahinya, sedangkan barang-barangnya sudah berjatuhan di bawah.
“Bentar-bentar” ucap Daren yang lalu kembali menginjak gas untuk menepikan mobilnya di pinggir jalan yang lebih aman.
Setelah berhenti, Daren langsung memegang dahi Amora yang sebelumnya dipegang sendiri oleh Amora. Dengan lembut Daren mengusap dahi Amora yang memerah seraya sedikit meniupnya agar rasa sakit itu berkurang.
“Maaf ya, tadi ada truk yang berhenti tiba-tiba, jadi aku juga rem mendadak. Maaf ya, masih sakit ngga?” tanya Daren yang masih mengusap lembut dahi Amora.
Mendapatkan perlakuan seperti itu membuat Amora terdiam, dia tidak menyangka bahwa Daren yang bersifat dingin seperti itu sangat perhatian kepadanya, bahkan dia tidak gengsi untuk mengucapkan kata maaf.
Karena masih tidak menyangka dengan tindakan Daren, Amora hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali sebelum mengeluarkan suaranya, “Ngga papa, udah ngga sakit kok.”
“Beneran?” tanya Daren setelah melepaskan tangannya dari dahi Amora.
“Iyaa, udah lanjut aja. Takut Mama udah nungguin” jawab Amora yang lalu menunduk untuk mengambil buku-bukunya yang berjatuhan di bawah tempat kakinya berada.
Melihat itu Daren dengan sigap melindungi kepala Amora, takut istrinya itu terbentur laci mobil lagi untuk yang kedua kalinya. Setelah mengambil buku-buku itu, Daren kembali mendekat untuk menarik sabuk pengaman di kursi yang ditempati oleh Amora dan memakaikannya di Amora.
Selesai itu Daren kembali mengendarai mobilnya dan mulai masuk lagi ke dalam jalan raya. Sedangkan Amora, perempuan itu mengepalkan tangannya karena menahan sebuah rasa yang aneh di dalam hatinya yang membuat pipinya sedikit memerah.
Beberapa menit kemudian, mereka berdua pun sampai di rumah orang tua Daren, di sana Yesa langsung memeluk Amora ketika mereka berdua baru saja sampai dan tengah berjalan masuk ke dalam rumahnya.
“Sayaangg, aduh anak perempuannya Mama datang, sini-sini duduk” ucap Yesa yang lalu menarik Amora menuju sofa dan menyuruhnya untuk duduk di dekatnya setelah mereka berdua saling berpelukan.
“Iya, Ma” jawab Amora yang tak lupa menunjukkan senyum manisnya.
Daren yang melihat itu hanya diam saja dan mengikuti pergerakan kedua perempuan itu dan juga ikut duduk di sofa yang ada di sana, “Ini kepala kamu kenapa, sayang?, kok merah?” tanya Yesa yang lalu memegang dahi Amora.
Melihat itu reflek Amora juga ikut memegang dahinya sembari mencari alasan, “Ee, ngga papa kok, Ma. Tadi cuma kebentur dikit aja” jawab Amora tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi tadi.
“Kamu ini, hati-hati dong sayang. Kamu juga Daren, kok bisa biarin istri kamu kebentur, kamu ngga jaga Amora dengan baik ya?” kini Yesa yang bertanya kepada Daren hingga memojokkan laki-laki itu.
Halaman : 1 2 Selanjutnya