Bab. 12 Saling Menyakiti
“Hah?, pacar pura-pura?. Aku ngga salah denger, Ra?” tanya Marvell memastikan apa yang dia dengar itu benar.
“Iya, tapi aku ngga maksa kamu kok, Vell. Kamu bisa nolak, ak ngga-.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Aku mau.”
Mendengar jawaban Marvell membuat Amora terpatung di tengah-tengah ucapannya yang terpotong, dia juga sedikit melebarkan matanya karena terkejut atas jawaban Amora.
Melihat Amora yang mematung membuat Marvell mengulang ucapannya, “Iya, Ra. Aku setuju, aku mau.”
“Kamu ngga nyanya dulu kenapa aku nawarin kamu hal itu?. Kamu ngga mau tau kenapa tiba-tiba aku bilang kayak gitu?” tanya Amora.
“Iya, kenapa emangnya?” tanya Marvell.
Amora menghela nafasnya sejenak, “Daren punya pacar. Jadii…”
“Oh iya iya, aku tau. Mau balas dendam nih maksudnya?” tanya Marvell dengan kekehan kecil, Amora yang tau itu juga ikut tersenyum dan tertawa kecil.
Di malam harinya terlihat Amora yang tengah berbicara di telfon dengan Marvell, kedua orang itu berbincang seraya mengerjakan tugas kuliah, sesekali mereka bercanda dan tertawa.
Di tengah perbincangan itu tiba-tiba Daren masuk ke dalam kamar, melihat itu Amora dengan cepat mematikan lound speaker telfonnya. Tapi Daren sudah terlanjur mendengar suara Marvell sebelum suara itu mengecil.
“Siapa?” tanya Daren sembari mencari sesuatu di laci meja di dekat kasur.
“Mau tau nih?” tanya Amora dengan nada sedikit mengejek.
“Pacar kamu?” tanya Daren tiba-tiba.
Amora membulatkan matanya karena mendengar jawaban dari Daren, “Kok kamu tau?, kamu peramal ya?”
Mendengar itu Daren menyunggingkan bibirnya, dan setelah itu dia beranjak dari kamarnya karena sudah menemukan barang yang dia cari, yaitu sebuah berkas dengan map berwarna biru.
Melihat Daren yang sudah pergi, Amora pun terkekeh kecil dan melanjutkan telfonnya dengan Marvell. Beberapa menit setelah itu, telfon mereka tertutup karena teman Marvell datang, dan Amora juga sudah selesai.
Di salah satu kamar apartemen terlihat Marvell yang tengah bersender di punggung sofa yang ada di sana. Dan di sebelah ruangan tempat Marvell berada terdapat dapur yang dipisah dengan sebuah sekat tiang-tiang, sehingga masih telihat jika dilihat dari tempat Marvell berada.
“Telfonan sama siapa sih?, udah punya pacar lo?” tanya seorang laki-laki yang berada di dapur itu. Laki-laki itu adalah Andrew.
“Kepo loo” jawab Marvell seraya menunjukkan senyumannya hingga giginya terlihat.
“Ya syukur kalau lo udah punya pacar, spill dong” ucap Andrew yang lalu berjalan dari dapur menuju Marvell dengan membawa 2 buah apel yang telah dia cuci sebelumnya.
“Suatu hari nanti gue kasih tau kalau gue udah siap” jawab Marvell yang lalu mematikan handphone-Nya dan menaruhnya di meja. Setelah itu dia menangkap 1 buah apel yang dilempar oleh Andrew.
Andrew pun memakan apel itu tanpa mengupas bahkan memotongnya, “Iya deh. Gue tunggu lo siap.”
Keesokan harinya terlihat Amora yang sudah bersiap di depan cermin besar yang ada di kamarnya, “Kamu hari ini berangkat sendiri?” tanya Daren yang saat itu memakai dasi di dekat Amora.
“Dijemput pacarku laah. Apa gunanya punya pacar kalau ngga berangkat bareng” jawab Amora yang terus saja memanas-manasi Daren.
Mendengar itu Daren hanya memasang wajah datar, “Ya sudah, aku mau berangkat, mau jemput Syla dulu soalnya” ujar Daren yang lalu mengambil jasnya dan langsung berjalan keluar dari kamarnya dengan Amora itu.
Amora terdiam, “Ohh, balas dendam nih maksudnya” ucap Amora setelah Daren keluar dari kamarnya.
“Tapi kok rasanya beda ya?”
“Udahlah, Ra. Ini baru permulaan, lo pasti bakal ngebuat Daren panas ngelihat lo sama Marvell” jawab Amora atas pertanyaannya sendiri.
Di siang harinya terlihat Amora dan Marvell yang tengah makan siang di sebuah mall yang memang cukup terkenal di kota itu, mereka berdua berusaha romantis layaknya pasangan pada umumnya, “Enak ngga?” tanya Marvell.
Amora menganggukkan kepalanya, “Enak. Menurut kamu gimana?” tanya Amora balik.
“Enak. Ee, habis ini kamu ada kelas ngga?” tanya Marvell lagi.
“Ada, tapi masih nanti sih, jam 3 sore” jawab Amora setelah meneguk minuman yang dia pesan.
“Mau ke time zone?”
“Mau!” jawab Amora dengan excited.
“Okee. Habis makan kita ke sana” ujar Marvell yang dianggukki beberapa kali oleh Amora dengan senyum manisnya.
Setelah makan siang itu, mereka pun pergi dari restoran itu dan berjalan menuju time zone yang ada di mall itu. Saat tengah berjalan sembari berbincang-bincang kecil, Marvell tidak sengaja melihat Daren dengan seorang perempuan yang tidak pernah dia lihat tengah makan siang juga di salah satu restoran yang ada di mall itu.
Melihat itu Marvell langsung paham bahwa perempuan itu adalah pacar Daren, dengan cepat Marvell membawa Amora untuk berbelok ke kanan dan memilih jalur lainnya untuk menuju time zone, itu semua dia lakukan agar Amora tidak melihat pemandangan Daren bersama pacarnya.
“Kenapa ngga lurus aja?. Kan lebih deket” tanya Amora dengan sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Marvell.
“Ngga papa, di sini pemandangannya lebih bagus, ada toko baju. Nanti kalau ada yang kamu suka, kita beli yaa?” jawab Marvell.
Halaman : 1 2 Selanjutnya