Bab. 13 Kebersamaan
Di sebuah malam yang terang karena ditemani oleh bulan yang hanya ada setengah, atau biasa dipanggil bulan sabit. Terlihat Amora dan Daren yang tengah menunggu makanan yang mereka pesan dihidangkan di sebuah restoran mie.
“Dingin ya?” tanya Daren saat melihat Amora yang terus saja menggesekkan kedua telapak tangannya untuk mencari kehangatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ngga terlalu kok” jawab Amora yang langsung menghentikan aktivitasnya karena tidak ingin terlihat kedinginan oleh Daren.
Tapi tanpa Amora inginkan, Daren mulai melepaskan jaket yang dia pakai dan memakainya ke Amora, “Ngga usah, nanti kamu yang kedinginan.”
“Engga. Udah masukin tangan kamu” jawab Daren yang dipatuhi oleh Amora. Dengan bantuan Daren, Amora pun berhasil memakai jaket milik suaminya itu.
“Besok-besok kalau keluar malam pakai celana panjang sama sweater aja ya. Jangan pakai dress pendek kayak gini” ujar Daren dengan lembut dan pelan di dekat telinga Amora.
Amora menganggukkan kepalanya, “Iyaa.”
Beberapa menit kemudian Amora kembali mengangkat suaranya untuk bertanya, “Pacar kamu ngga marah kalau tau kita keluar kayak gini?” tanya Amora.
“Ngapain marah?, kamu kan istri aku” jawab Daren dengan nada suaranya yang selalu saja lembut.
“Ya siapa tau aja” ujar Amora.
“Pacar kamu sendiri?” tanya Daren balik.
Bukan menjawab, Amora malah terkekeh kecil saat mendengar ucapan Daren, “Hahahaha, lucu ya?. Kita suami istri tapi saling punya pacar. Coba aja keluarga kita tau, ngga tau lagi kita bakal diapain sama mereka.”
Mendengar itu Daren terkekeh sejenak seraya menyunggingkan bibir kirinya, “Benar. Tapi kalau disuruh memilih, siapa yang akan kamu pilihan antara aku dan pacarmu itu?” tanya Daren.
Belum sempat menjawab, seorang pelayan datang dengan membawa makanan yang mereka pesan. Akhirnya percakapan mereka pun terhenti di Daren karena mereka memutuskan untuk makan.
Di pertengahan makan Daren terus saja melihat Amora yang menyingkirkan rambut panjangnya ke belakang, karena tidak ingin acara makan Amora terganggu, Daren pun berinisiatif memasukkan rambut Amora ke dalam jaket, agar tidak terus-terusan jatuh ke bawah.
Melihat tindakan Daren yang tiba-tiba membuat Amora terkejut, “Ngapain?” tanyanya.
“Bentar” jawab Daren yang lalu memasukkan rambut Amora ke dalam jaket.
“Udah, lanjutin makannya” ujar Daren setelah selesai melakukan aktivitas kecilnya itu.
Melihat itu Amora berusaha menahan senyum, perempuan itu memutuskan untuk menganggukkan kepalanya saja dan melanjutkan acara makannya. Begitu juga dengan Daren.
Di sekitar pukul 10 malam terlihat Amora dan Daren yang sudah mengganti baju mereka dan bersiap untuk tidur, tapi malam itu berbeda dengan malam biasanya, karena mereka berdua tidur bersama.
Karena di malam itu, ketika Amora sudah bersiap untuk tidur dan Daren juga sudah berada di sofa, secara tiba-tiba lampu mati, melihat kondisi kamar yang tiba-tiba gelap membuat Amora panik dan berteriak.
“Kak!”
“Ra” dengan cepat Daren beranjak dari sofa itu menuju ke arah Amora.
Tapi saat itu keadaan benar-benar gelap, hingga membuat Amora yang juga beranjak dari kasur untuk menghampiri Daren terjatuh karena tersandung karpet dan berakhir tersungkur di lantai.
Bruk!
“Arghh!!”
“Ra, Amora kamu kenapa?” tanya Daren yang masih berjalan pelan sembari meraba apa yang ada di depannya.
“Kak, aku jatuh” jawab Amora yang berusaha untuk bangun dan pada akhirnya Daren berhasil menemukannya yang sudah dalam kondisi duduk di lantai.
Tapi ketika Daren berhasil menemukan Amora, perempuan itu hanya diam mematung, “Ra, kamu kenapa?, kenapa diam aja?, ada yang sakit?”
Tidak ada jawaban dari Amora, tapi tak lama kemudian terdengar suara nafas Amora yang tiba-tiba memburu, dengan tangan kirinya yang memegang dadanya sendiri sedangkan tangan kanannya menggenggam erat tangan Daren hingga kukunya yang panjang tidak sengaja melukai kulit Daren.
Tapi selang beberapa detik setelah itu lampu kembali menyala, dan Daren terkejut saat melihat Amora yang sudah dalam kondisi mata yang membelalak, keringat yang terus menetes dan juga nafas yang memburu.
“Ra!, kamu kenapa?. Ra, lihat aku, Ra” ucap Daren dengan panik dan berusaha menyadarkan Amora.
“Aku takut” ujar Amora dengan suara yang seperti ditahan.
“Ada aku di sini, tenang, oke?. Sekarang lampu udah nyala, ayo kembali ke kasur” ajak Daren yang lalu membantu Amora untuk berdiri dan menuntun perempuan itu untuk kembali ke atas kasur.
“Udah, tidur ya, udah malem” ucap Daren yang terus berusaha menenangkan istrinya yang entah kenapa bisa seperti itu.
Mendengar itu Amora mulai bernafas secara normal, melihat Amora yang sudah kembali ke kondisi semula, Daren pun beranjak mengambil tisu dan menghapus keringat Amora yang sedari tadi terus bercucuran.
“Udah lebih tenang sekarang?” tanya Daren yang hanya dianggukki oleh Amora.
“Ya sudah, tidur ya?” lagi-lagi Amora menganggukkan kepalanya, lalu dengan bantuan Daren, Amora pun mulai membaringkan tubuhnya di kasur yang sungguh nyaman itu.
Melihat Amora yang mulai memejamkan matanya, Daren pun beranjak kembali menuju sofa, tapi baru saja melangkah, sebuah tangan berhasil menghentikan langkahnya, “Kak, boleh tidur di sebelahku ngga?”
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya