Bab. 15 Go To Paris
Di kantin kampus tempat Amora dan Marvell kini berada, terlihat Amora yang tengah sibuk dengan laptopnya, dan Marvell yang terus menatap Amora. Tapi sebenarnya laki-laki itu tengah memikirkan kembali kejadian semalam, tepatnya di apartemennya.
Flashback on.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Gue mau jujur sama lo, Drew” ucap Marvell kepada Andrew yang saat itu tengah bermain ke apartemennya. Dan posisinya laki-laki itu tengah bermain game di handphone-Nya.
“Apa?” tanya Andrew dengan pandangan yang masih tertuju di layar handphone-Nya.
“Gue mau ngasih tau siapa pacar gue” ucap Marvell yang membuat Andrew sedikit melirik ke arahnya.
Andrew menganggukkan kepalanya, “Siapa?” tanya Andrew yang masih melanjutkan permainan yang tengah berlangsung di dalam handphone-Nya itu.
Terdengar helaan nafas dari Marvell, “Sebenarnya bukan pacar gue, tapi pacar pura-pura. Dia Amora.”
Mendengar itu Andrew benar-benar terkejut hingga matanya melebar sempurna dan dia langsung mematikan handphone-Nya itu, padahal game yang dia mainkan masih berjalan, “Bilang sama gue kalau lo bohong. Lo ngeprank gue kan?”
“Engga, engga, Drew. Gue jujur, gue pacaran sama Amora, tapi pura-pura karena Amora mau manas-manasin Daren, karena Daren punya pacar juga” jawab Marvell yang berusaha untuk menjelaskan.
“Tapi lo sadar ngga?, apa yang lo lakuin ini itu salah. Gue tau lo pasti nerima tawarannya Amora karena lo masih suka kan sama dia?” tanya Andrew lagi dengan nada yang menggebu-gebu.
Dengan ragu Marvell menganggukkan kepalanya, karena apa yang dikatakan Andrew memang benar, “Iya, salah ya, Drew?”
“Lo masih nanya lo salah apa engga?. Vell, dengerin gue. Dengan lo nerima tawaran Amora, lo sama aja ngerusak hubungan orang lain, lo ngerusak hubungan yang udah terjalin dengan janji suci yang udah diucapin di altar pernikahan” ucap Andrew yang berusaha memberikan pengertian kepada sahabatnya itu.
“Vell, gue tau, gue tau betul lo masih bener-bener suka sama Amora. Tapi dengan lo kayak gini, emangnya lo bahagia sepenuhnya?” tanya Andrew lagi.
Marvell hanya menggelengkan kepalanya dengan kepala yang dia tundukkan sejak Andrew memberikan pengertian kepadanya, “Lo mau bahagia kan?”
Lagi-lagi Marvell menganggukkan kepalanya, “Iya.”
“Sekarang yang bisa milih kebahagiaan di hidup lo cuma diri lo sendiri, Vell. Pilih kebahagiaan lo, Vell. Lanjutin ini semua tapi lo dicap sebagai perusak hubungan orang, atau lo lepasin Amora, dan cari kebahagiaan lo di orang lain.”
“Karena Amora itu bukan jodoh lo, bukan takdir lo, dia udah jadi milik orang lain. Dan gue juga tau kalau suatu hari nanti Amora dan Daren pasti akan bisa nerima satu sama lain, hanya saja sekarang belum. Karena hubungan mereka udah dibentuk di atas altar pernikahan.”
Mendengar ucapan-ucapan Andrew barusan benar-benar memberikan tamparan besar kepada Marvell. Tapi karena itu dia akhirnya tersadar. Benar kata Andrew, dia mengambil langkah yang salah.
Dia memang mencintai Amora, tapi tidak seharusnya dia melakukan ini semua untuk terus lanjut mencintai orang yang memang sudah tidak ditakdirkan untuk dirinya, melainkan orang lain.
Flashback off.
“Ra. Ayo berhenti.”
“Hah?” Amora bingung saat mendengar ucapan Marvell barusan.
“Berhenti apa, Vell?” tanya Amora memastikan.
Marvell menarik nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan Amora, “Aku mau berhenti jadi pacar pura-pura kamu. Maaf. Aku ngga bermaksud apa-apa ke kamu. Tapi-.”
“Ngga papa, Vell. Aku yang seharusnya makasih banget ke kamu. Apa yang udah kamu lakuin selama ini udah cukup kok, makasih banget ya, Vell.”
“Iya, sama-sama, Ra. Maaf ya karena tiba-tiba banget bilang kayak gini, aku ngga bermaksud apa-apa” ucap Marvell.
“Iyaa, Vell. Ngga papa, santai aja. Apa pun yang terjadi, kamu akan tetap jadi temen baikku bukan?”
“Pasti kalau itu.”
Amora dan Marvell saling tersenyum. Mereka sadar bahwa hubungan mereka hanya bisa sebatas teman baik, tidak lebih. Dan karena itu, hubungan mereka tidak akan pernah rusak nantinya.
Di hari Minggu tepatnya di sekitar pukul setengah 10 siang, sebuah bandara besar di Paris yang biasa disingkat CDG terlihat sangat ramai, dan di antara ribuan orang di sana terdapat Amora dan Daren yang menjadi salah satu dari ribuan orang itu, mereka berdua baru saja sampai di bandara itu dan tengah menunggu sopir yang sudah disiapkan oleh Oma Daren.
Dan setelah beberapa menit menunggu, sopir itu datang dan mengucapkan maaf karena di jalan tadi macet hingga tidak bisa datang tepat waktu, “It’s okay, i and my wife also haven’t waited long.”
“Thank you, let me put your suitcase in the trunk, Sir” ucap sopir itu yang bermaksud untuk memasukkan koper milik Daren dan Amora ke dalam bagasi.
Daren pun menyetujui itu dan menyuruh Amora untuk masuk terlebih dahulu ke dalam mobil itu, Amora mematuhi perintah Suaminya itu dan masuk ke dalam mobil bagian penumpang. Beberapa menit kemudian Daren masuk ke dalam mobil itu juga dan duduk di sebelahnya, sedangkan sopir itu di depan.
Melihat semua yang sudah siap, sopir itu pun menginjakkan gas mobilnya, “Okay, Mr and Mrs, welcome to the city of Paris. Let me help you enjoy all the beauty in this city” ujar sopir itu dengan sangat sopan dan terus tersenyum.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya