Bab. 18 Trocadero Gardens
Di malam hari yang sejuk, terlihat Amora dan Daren yang memasuki sebuah gedung yang sangat besar dan mewah berwarna emas, gedung ini adalah salah satu tempat yang memuat sejarah dan simbol bagi bangsa Prancis.
Ya, Museum Louvre.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Museum Louvre adalah salah satu museum seni terbesar dan paling terkenal di dunia, terletak di Paris, Prancis. Di dalam musuem ini terdapat puluhan ribu karya seni lukisan, patung dan artefak dari berbagai budaya dan periode sejarah.
Salah satunya adalah lukisan Mona Lisa yang kini dilihat oleh Daren dan Amora setelah berkeliling untuk melihat-lihat benda-benda bersejarah yang ada di museum itu.
Kedua orang itu berjalan dari ujung ke ujung hingga akhirnya mereka keluar dari gedung itu setelah semua benda yang ada di sana mereka lihat. Kini di luar Daren dan Amora berjalan menuju titik yang cukup ramai dikerumuni oleh orang-orang, yaitu Piramida Louvre.
Ini yang sangat ingin Amora lihat sedari kemarin, “Indah bangeet” ujar Amora ketika dirinya kini sudah berdiri tepat di depan bangunan yang sangat cantik itu.
“Suka nggak?”
Amora menganggukkan kepalanya, “Suka banget.”
Melihat Amora yang terlihat sangat kagum dengan pemandangan yang ada di depannya membuat Daren mengusap lembut pucuk rambut Amora, mendengar sentuhan tak terduga itu membuat Amora semakin terpaku.
Daren yang tahu bahwa Amora terdiam karena tindakannya barusan langsung menjauhkan tangannya dari kepala Amora. Merasakan sentuhan yang sudah tidak terasa itu membuat Amora mendongakkan kepalanya ke sebelah kanannya, tepatnya ke arah Suaminya itu.
“Kenapa berhenti?”
“Hah?” Daren bingung dengan pertanyaan Amora barusan, apakah dia tidak salah dengar dengan apa yang dikatakan Istrinya itu?
Mengetahui Daren yang tidak paham dengan maksudnya itu membuat Amora menghembuskan nafasnya, lalu dia mulai mengambil tangan kiri Daren dan membawa tangan itu ke bahu sebelah kirinya.
“Udah kayak gini aja” ucap Amora yang lalu semakin mendekatkan dirinya dengan Daren.
Daren yang melihat itu benar-benar terkejut, dia hampir tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Amora barusan. Tapi tak lama kemudian Daren ikut terbawa suasana yang sangat indah itu dan terus merangkul Amora.
Keesokan harinya Daren terbangun dari tidurnya dan langsung disambut dengan wajah tenang milik Amora yang tengah menghadap ke arahnya, perempuan itu sepertinya masih berada di alam bawah sadarnya.
Melihat pemandangan itu membuat Daren menyunggingkan bibirnya, “Cantik.”
Setelah mengucapkan kata itu seraya tersenyum tipis, dengan pelan tanpa mengusik tidur Amora, Daren mulai beranjak dari kasur itu menuju kopernya untuk mengambil pakaian yang akan dia kenakan setelah mandi.
Dan setelah Daren masuk ke dalam kamar mandi, terlihat Amora yang langsung membuka matanya dan tersenyum seperti orang yang salah tingkah, setelah itu dia kembali membenarkan posisi tidurnya dan menutup matanya lagi.
Di sekitar pukul 8.30 pagi terlihat Amora dan Daren yang tengah sarapan di hotel yang mereka tempati, “Kak, aku mau nanya.”
“Nanya apa?” tanya Daren yang langsung menghentikan pergerakan sendoknya yang menampung makanan yang akan dia makan.
“Sebenarnya aku mau nanya ini dari dulu, tapi akunya ngga enak sama kamu” ucap Amora yang juga menghentikan acara makannya.
“Ngga papa, kalau emang mau nanya, nanya aja” jawab Daren yang setelah itu memakan makanan yang tadinya sempat tertunda.
Mendengar itu Amora pun menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum bertanya, “Dulu kamu pernah bilang ke aku kalau kamu nerima perjodohan kita karena Oma kamu yang sakit parah. Tapi kenapa waktu aku ngelihat Oma, Oma kayak sehat-sehat aja?”
“Aku bukan bermaksud berharap dan do’ain Oma yang buruk, tapi-”
“Iya ngga papa. Wajar kok kalau kamu nanya kayak gitu. Jadi, Oma punya penyakit jantung. Dari dulu hal yang dinantikan sama Oma adalah pernikahanku, dan akhirnya waktu Papa sama Mama berencana untuk jodohin aku sama kamu, Oma bener-bener senang banget dan ngga sabar.”
“Tapi waktu denger kalau kamu nolak perjodohan itu, penyakit Oma langsung kambuh dan Oma pingsan. Itu semua ngebuat Oma harus di-opname 2 hari, dan Dokter pribadi Oma bilang kalau Oma terus-terusan kayak gini, mungkin umur Oma ngga panjang lagi.”
“Makanya malam itu aku nyuruh kamu buat nemuin aku besoknya, buat bahas masalah itu. Aku ngga mau kehilangan Oma” jawab Daren panjang lebar menceritakan kejadian di hari itu yang membuatnya memaksa Amora untuk menerima perjodohan yang disiapkan oleh orang tua mereka.
Mendengar penjelasan Daren yang sungguh sangat panjang membuat Amora sedikit tertegun. Jujur, baru kali ini Amora mendengar Daren berbicara sangat panjang seperti pagi itu.
Tapi tak lama setelah itu Amora pun mengangguk-anggukkan kepalanya, “Aku paham kok. Maaf ya udah ngebuat penyakit Oma semakin parah” ucap Amora yang lalu mengulurkan tangan kanannya dengan mulut yang masih mengunyah makanan.
Daren menggelengkan kepalanya sembari memegang tangan Amora, “Ngga papa, bukan salah kamu kok” jawab Daren dengan senyum tipis andalannya.
“Apa kamu udah mulai nerima perjodohan kita ini?” tanya Daren yang membuat Amora terdiam sejenak.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya