Mendengar itu Daren pun menghela nafasnya, “Ngga papa, Raa. Saya bilang saya baik-baik saja, ini hanya luka kecil, nanti juga akan sembuh” jawab Daren dengan senyum tipis andalannya.
Melihat itu Amora pun sedikit tenang, tapi dia masih cukup merasa bersalah. Dia jadi lupa tadi memimpikan apa.
Di malam harinya terlihat Amora yang tengah menyenderkan tubuhnya di kepala kasurnya seraya mengutak-atik benda pipih yang kini ada di genggamannya itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat tengah fokus bermain handphone, tiba-tiba ada sebuah pesan yang masuk. Amora yang penasaran pun membuka aplikasi pesannya dan melihat pesan apa yang baru saja dia terima.
Amora membuka lebar matanya saat melihat pesan dari nomor tidak dikenal itu yang mengirim sebuah foto, di mana di dalam foto itu terdapat dirinya yang tengah digantung dan dilumuri banyak darah.
Melihat itu Amora seketika langsung melemparkan handphone-Nya karena terkejut, untung saja sekitarnya adalah kasur, “Bangs*t. Apaan itu tadi?”
Amora masih sangat syok, dia pun mengambil nafas dalam-dalam sebelum mengambil benda pipih itu lagi dan memastikan foto yang dikirim oleh nomor tidak dikenal itu, “Fu*k, beneran wajah gue.”
“Gila, siapa yang ngirim ini?. Ngga mungkin orang ini cuma mau ngeprank, ini keterlaluan banget, ngga mungkin kalau dibuat bahan lelucon” ucap Amora.
Karena masih syok, akhirnya Amora pun memutuskan untuk turun ke bawah untuk mengambil air minum agar dia bisa lebih tenang.
Lagi-lagi Amora sendirian, bukan karena Daren tidak ada di rumah. Tapi karena laki-laki itu tengah bekerja di ruangannya. Dari kemarin laki-laki terus bekerja hingga larut malam, sepertinya pekerjaannya menumpuk.
Saat ingin meraih sebotol air putih di dalam kulkas, tiba-tiba mata Amora melihat ke arah pojok kulkas itu yang terdapat beberapa botol wine. Tujuan awalnya yang ingin meminum air putih pun terganti karena tangannya malah meraih sebotol minuman keras yang ada di sana.
Amora pun mengambil sebotol minuman keras itu dan mengambil sebuah gelas, lalu dia berjalan menuju tempat makan dan duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Setelah itu Amora mulai menuangkan minuman itu ke dalam gelasnya dan meminumnya.
“Wahh!!, enak.”
Seteguk demi seteguk Amora lalui, padahal awalnya dia hanya ingin meminum beberapa mililiter. Namun sekarang dia menghabiskan satu botol minuman keras itu dan berakhir melantur tidak jelas karena mabuk.
“Arghh!!. Aku sangat lelah dengan kehidupan seperti ini, harusnya aku langsung membunuhnya hari itu. Kenapa aku malah menikahinya” ucap Amora dengan kepala yang dia taruh di atas meja.
“Aku akan balas dendam, hanya itu, hanya itu caranyaa. Akhh!” Amora lagi-lagi menenggak minuman itu setelah mengangkat kepalanya dari meja makan.
“Tapi, kenapa di sini rasanya..” Amora terdiam seraya memegang dada atasnya.
“Ada rasa yang aneh, aku tidak menyukai rasa ini. Menyebalkaann” rengek Amora yang kembali menaruh kepalanya di atas meja makan itu dengan lengan kanannya sebagai bantal.
Beberapa menit kemudian datang Daren yang masih menggunakan kacamata anti radiasi dan juga kemeja putih yang lengannya dia lipat ke atas.
Saat berjalan menuruni tangga, Daren melihat Amora yang tengah menaruh kepalanya di atas meja, dia pikir perempuan itu tengah lelah hingga melakukan hal tersebut.
Lalu Daren berjalan menghampiri perempuan itu sebentar untuk mengusap kepalanya sebelum pergi ke dapur. Saat di dapur, Daren langsung sibuk mengutak-atik bahan yang ada di sana.
Beberapa menit kemudian, Amora mulai membuka kedua matanya dengan pandangan yang memburam. Di dalam pandangannya itu, Amora melihat Daren yang tengah memasak dan berdiri membelakanginya.
Perlahan Amora mengangkat kepalanya dengan mata yang sedikit menyipit, dengan tatapan kosong Amora mulai berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Daren.
“Aku harus membunuhnya” guman Amora dengan suara pelan hingga tidak terdengar begitu jelas dari kejauhan.
Amora terus berjalan dengan sedikit menyeret kaki kirinya menuju Daren tanpa menimbulkan suara sedikit pun, lalu sembari berjalan Amora mulai menjulurkan tangannya untuk mengambil sebuah pisau yang ada di sekumpulan pisau-pisau dapurnya berada.
Suara pisau yang diambil dari tempatnya berhasil terdengar oleh Daren, laki-laki itu pun seketika membalikkan badannya untuk melihat siapa yang mengambil pisau itu dari tempatnya hingga menimbulkan suara.
Daren terkejut saat melihat Amora yang hendak menyerangnya menggunakan pisau dapur itu, secepat mungkin Daren menghindar dari serangan yang sangat tiba-tiba itu.
Tapi itu semua tidak bisa dia hindari sepenuhnya, pisau itu pun berhasil melukai lengan kanannya hingga mengeluarkan darah, “Arghh!!”
“Lo harus matii!!”
Lagi-lagi Amora mengayunkan pisau yang ada di tangan kanannya itu ke arah Daren. Tapi kali ini Daren bisa menghindari serangan itu dengan sempurna dan langsung menahan tangan Amora.
“Ra, hentikan. Kamu kenapa?” tanya Daren seraya menahan tangan Amora.
“Lepas, lepasinn, aku…, aku hanya ingin balas dendam atass…” belum selesai mengucapkan kalimat yang ingin dia ucapkan, Amora hampir jatuh karena tidak sadarkan diri.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya