Beruntung Daren dengan cepat menangkap Istrinya itu dan langsung menggendongnya untuk dia bawa ke kamar. Di dalam perjalanannya menuju tangga, Daren melihat sebotol minuman keras yang tergeletak di atas meja makan.
Melihat itu Daren menjadi sadar bahwa Amora tengah mabuk dan berakhir tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Daren pun tidak berpikir yang aneh-aneh dan kembali melanjutkan langkahnya.
Keesokan harinya Amora terbangun dari tidurnya dan langsung duduk, namun itu adalah penyesalannya karena rasa pusing seketika menghantam kepalanya, “Akhh!!”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Amora langsung memegang kepalanya yang terasa sangat pusing hingga membuatnya kesakitan, “Kepala gue sakit banget, gilaa” ucap Amora.
“Gue kaget banget, bisa-bisa tadi gue ngerasa kayak nyerang Daren buat balas dendam. Untung aja cuma mimpi, kalau beneran gimana gue jawabnya kalau ditanya sama Daren kenapa semalam gue mau bunuh dia” gumam Amora dengan cukup jelas.
Setelah pusing di kepalanya mulai mereda, Amora pun beranjak dari kasur itu dan berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Setelah itu dia bersiap-siap untuk berangkat kuliah, dan tak lupa dia mengganti plester untuk lukanya dengan plester yang baru.
Selesai melakukan itu semua, Amora pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga dengan menenteng totebag serta handphone-Nya.
“Kamu mau saya anterin apa berangkat sendiri?” tanya Daren yang saat itu tengah menyiapkan sarapan untuknya dan Amora.
“Berangkat sendiri aja, Kak. Soalnya nanti aku ada tugas di luar kampus” jawab Amora sembari menaruh totebag-Nya di atas meja makan, lalu dia kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk membantu Daren.
Baru saja berdiri tepat di samping Daren, Amora langsung membelalakkan matanya karena terkejut dan berujung menjatuhkan dirinya, “Hah!”
“Ra, kamu kenapa?” Daren langsung menghampiri Amora saat perempuan itu tiba-tiba menjatuhkan dirinya.
Melihat Daren Amora semakin menjauhkan dirinya, “Ra, ini saya. Kamu kenapa menjauh?”
Amora menggelengkan kepalanya, “Kak, i-ituu. Aku, aku benar-benar melakukanya tadi malam?, aku ngga mimpi, Kak?. Jadi, itu semua nyata?” tanya Amora seraya menunjuk lengan kanan Daren yang ada perbannya.
“Ngga papa, Ra. Saya tau tadi malam kamu pasti tidak bisa mengendalikan diri karena mabuk. Tidak apa-apa, lupakan saja, ini hanya luka kecil” jawab Daren seraya memegang bahu Amora.
Amora masih belum bisa mengabaikan itu semua dengan mudahnya, kini dirinya masih sangat terkejut hingga nafasnya masih belum teratur, “Ayo berdiri, kamu duduk saja, biar saya yang siapin sarapannya” ucap Daren yang lalu membantu Amora untuk berdiri.
“Kak, aku beneran ngga sengaja, maaf yaa. Aku ngga sadar kalau aku ngelakuin itu semua, aku pikir itu cuma mimpi” ujar Amora ketika Daren menuntunnya menuju ruang makan.
“Iya, Ra. Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil. Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya” jawab Daren yang terus meyakinkan Amora untuk tidak terlalu memikirkannya.
Setelah Amora duduk di salah satu kursi makan yang ada di sana, Daren pun kembali ke dapur untuk melanjutkan acara memasaknya. Sedangkan Amora terus menatap punggung Daren, Amora masih tidak menyangka bahwa tindakannya tadi malam benar-benar nyata, bukan mimpi.
“Sumpah, tolol banget gue” ucap Amora seraya memukul kepalanya beberapa kali menggunakan tangannya sendiri.
“Gue kira itu semua cuma mimpi, jadi gue terusin” lanjut Amora dengan suara yang sangat pelan hingga Daren tidak mendengarnya.
“Tapi ternyata…”
“Itu beneran terjadi.”
Bersambung……
https://www.redaksiku.com/novel-choose-happiness-part-20/5/amp/
Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel