Novel : Choose Happiness (Part 24)
Bab. 24 Fakta yang Sebenarnya
Di sore harinya terlihat Amora dan Daren yang baru saja sampai di kamar mereka, dan saat Amora hendak masuk ke dalam kamar mandi, Daren langsung menahannya dengan memegang tangannya, “Ra. Bilang sama saya, kamu kenapa seperti ini?”
“Ngga papa, Kak. Aku cuma capek aja” jawab Amora datar tanpa melihat ke arah Daren sedikit pun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tidak, pasti ada alasan kenapa kamu tidak pulang kemarin. Saya khawatir, Ra. Saya takut kamu kenapa-napa karena kamu tidak pulang. Jawab saya, kamu ke mana, Ra?” tanya Daren.
Amora menghela nafasnya, “Kamu ngga perlu tau aku ke mana, itu bukan urusan kamu” jawab Amora dengan ketus, lalu dia melepaskan tangan Daren dari pergelangan tangannya.
“Amora, saya suami kamu. Saya wajib tau kamu pergi ke mana. Dan sampai sekarang saya masih tidak tau alasan kenapa kamu berubah seperti ini, apa alasannya masih sama dengan kejadian di Trocadero Gardens hari itu?” tanya Daren lagi.
Mendengar itu Amora menggelengkan kepalanya dan masih tidak melihat ke arah Daren sedikit pun, “Lalu apa, Ra?. Kamu bilang sama saya, akan saya jelaskan semua yang membuat kamu salah paham.”
“Apa karena Nasyla kemarin?. Dia bilang apa ke kamu?” tanya Daren yang masih belum mendapatkan jawaban dari Amora.
“Ra, lihat saya, saya sedang bicara dengan kamu” ucap Daren yang membuat Amora menghela nafasnya kasar sebelum melihat ke arah laki-laki itu.
Lalu Amora menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, “Lo ngga usah seakan-akan tau semua tentang gue” ujar Amora seraya menatap kedua mata Daren dengan tajam.
“Karena memang saya tau semua tentang kamu” jawab Daren dengan nada yang mulai naik dari biasanya.
“Lo ngga tau semua tentang gue, Kak!!” bentak Amora yang terlihat sangat amat marah.
“Saya tau, saya tau semua tentang kamu, Amora. Saya tau kebiasaan kamu, saya tau hobi kamu, saya tau makanan favorit, saya tau warna favorit kamu, saya tau cita-cita kamu dan masih banyak lagi. Saya tau semua, Amora” jawab Daren dengan intonasi yang cukup cepat.
Jawaban Daren barusan mampu membuat Amora terdiam karena terkejut dengan apa yang laki-laki itu ucapkan, “Kalau emang lo tau semua tentang gue. Jawab gue, siapa Ian?”
Mendengar itu Daren terdiam sejenak, “Ian?. Saya tau betul siapa Ian.”
“Siapa?, kasih tau gue” ucap Amora.
“Ian, sekarang dia sedang berdiri di hadapanmu, Ara. Dia sedang menatap kedua matamu, dan dia sudah menepati janjinya dulu” jawab Daren dengan menekan beberapa kata yang dia ucapkan.
Amora menggelengkan kepalanya dengan menarik bibir sebelah kirinya, “Ngga, ngga mungkin. Kalau emang lo Ian, jawab gue ke mana Ian pergi ninggalin gue?”
“Ian pergi ke Australia. Dia bilang kepadamu tanpa alasan yang jelas bukan kenapa dia pergi ke Australia?. Akan saya jawab sekarang alasannya.”
“Dulu terjadi sebuah kesalahan pahaman antara Ian dan Ayahnya. Ayah Ian berpikir bahwa Ian mengajak gadis kecil bernama Ara ke sebuah tempat berbahaya hingga membuat gadis itu terluka. Padahal itu semua tidak benar, karena Ara sendirilah yang mengajak Ian ke tempat berbahaya itu.”
“Tapi karena tidak ingin Ara yang dihukum oleh Ayahnya sendiri, Ian rela mengakui bahwa itu adalah kesalahannya hingga dia pun mau dikirim ke Australia untuk belajar di sana.”
Detak jantung Amora seakan berhenti ketika mendengar penjelasan dari Daren, tapi Amora masih belum percaya, dia pun kembali bertanya, “Tapi, nama lo ngga ada unsur Iannya.”
Daren menarik sedikit bibirnya hingga membentuk senyuman yang sangat tipis, “Akraryan, Ian. Dulu saya lebih suka dipanggil Ian, karena itu adalah panggilan yang dibuat oleh Ara, atau perempuan yang sekarang sudah menjadi Istri saya.”
Amora benar-benar terkejut, dia hampir tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Daren. Tapi apa yang laki-laki itu ucapkan mempunyai bukti yang kuat, hanya saja Amora masih belum bisa menerima kenyataan itu.
Karena Amora merasa, dia seperti tidak pernah mempunyai teman kecil bernama Ian. Tapi apa yang dikatakan Daren sama persis seperti di mimpinya tempo hari lalu.
“Ra, jujur. Saya masih sangat menyukaimu, bahkan setelah bertahun-tahun saya tinggal di Australia. Tapi rasa itu seketika hilang setelah kematian Kakak saya, karena rumor yang beredar dan terdengar di telinga saya adalah. Kakakmu lah penyebab Kakak saya meninggal.”
“Bentar, jadi Kak Naresh juga dibunuh?” tanya Amora.
Daren menganggukkan kepalanya, “Iya” jawab Daren yang membuat Amora langsung menutup mulutnya menggunakan tangannya karena terkejut.
“Dan saya setuju menikah denganmu bukan hanya karena permintaan dari Oma saya, tapi karena saya ingin balas dendam kepada keluarga Sapphire dengan menyengsarakan hidupmu. Langkah pertama saya adalah menyewa Nasyla untuk menjadi pacar pura-pura saya.”
Ucapan Daren barusan benar-benar membuat Amora terkejut, dan dia terus menggelengkan kepalanya saat mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Daren.
Rasanya Amora seperti tidak percaya dengan apa yang diucapkan laki-laki itu, tapi dunia seakan memaksanya untuk percaya, karena memang itulah kenyataannya.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya