“Tapi saya menyesal. Karena sebelum kita pergi ke Paris, saya baru tahu kenyataannya. Bahwa bukan Kak Rena lah yang membunuh Kak Naresh, dan saya mengetahui alasan kenapa kita dijodohkan. Mulai detik itu juga, saya membuang jauh-jauh rasa benci saya kepada kamu. Dan saya menyadari, bahwa ternyata saya masih sangat menyukaimu.”
Mendengar pernyataan panjang lebar dari Daren itu membuat Amora benar-benar tidak menyangka, “Sama, Kak.”
Amora menghela nafasnya dalam sebelum mengangkat suaranya untuk bercerita, “Aku juga berpikir sama kayak Kak Daren. Aku pikir Kak Naresh yang bunuh Kak Rena, jadi aku nerima perjodohan ini untuk balas dendam sekaligus buktiin ke Papa kalau emang Kak Naresh yang bunuh Kak Rena.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dulu aku yakin banget Kak Naresh pembunuhnya karena Papa langsung tutup kasus meninggalnya Kak Rena setelah Papa Kak Daren datang ke rumah. Jadi mulai saat itu, aku bertekad untuk balas dendam ke keluarga Akraryan.”
“Aku tau, Kak, kalau kita bakal dijodohin sama orang tua kita. Itu semua udah masuk prediksi aku sejak aku rencanain balas dendam ke keluarga Akraryan. Dan ternyata benar, tapi aku ngga langsung terima itu semua, supaya Papa dan lainnya ngga curiga.”
“Tapi sejauh ini aku masih belum bisa nemuin bukti yang kuat kalau Kak Naresh pembunuhnya” ucap Amora dengan nada lirih di akhir kalimatnya ini.
Daren memegang kedua bahu Amora, “Bukan Kak Naresh, Ra, pembunuh Kak Rena. Dan bukan Kak Rena juga yang bunuh Kak Naresh. Mereka berdua sama-sama dibunuh.”
Lagi-lagi Amora terkejut saat mendengar fakta yang diucapkan oleh Daren, dia merasa kakinya benar-benar lemas dan seperti tidak bisa lagi menopang tubuhnya, “Dan asal kamu tau, Ra. Perjodohan kita ini bukan sekedar bentuk keegoisan dari orang tua kita. Tapi untuk melindungimu” ucap Daren lagi.
“Aku?, kenapa aku, Kak?” tanya Amora yang tidak paham dengan maksud dari ucapan Daren barusan.
“Papa saya dan Papa kamu sengaja menutup kasus Kakak kita agar mereka sendiri yang menemukan pembunuh itu, bukan polisi. Karena seperti yang kita tau sendiri bahwa hukum di negara ini sangat amat kurang, dan bisa digoyahkan oleh uang.”
“Jadi Papa kita berencana untuk menemukan orang itu sendiri dan membalas dendam dengan cara membunuh orang itu seperti dia membunuh Kakak kita” jawab Daren panjang lebar.
Sedari tadi Amora terus menahan agar air matanya tidak jatuh membasahi pipinya, “Apa mereka udah tau siapa pembunuh itu?”
Daren menggelengkan kepalanya, “Belum. Mereka berspekulasi bahwa pembunuh itu adalah musuh kerja mereka yang sangat tidak suka dengan mereka. Dan beberapa bulan belakangan ini Papa kita mulai menemukan beberapa bukti.”
“Tapi semakin mereka mencari tau, mereka semakin merasa bahwa pembunuh itu kembali mengincar keturunan mereka, yaitu kita.”
“Itu alasan kenapa kita dijodohkan, Ra. Papa kamu menyuruh saya untuk melindungimu dari pembunuh yang bisa kapan saja melukaimu. Dan Papa kamu juga khawatir jika pelakunya adalah orang yang ada di sekitar kita. Jadi dia tidak membiarkan kamu menikah dengan orang lain, takut bahwa orang itu justru adalah pelakunya.”
Kini Amora sudah tidak bisa menahan air matanya, cairan bening itu pun berhasil membasahi pipi Amora dan membuat mata indah itu memerah. Lalu Amora pun menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya dan mulai menangis sesegukan.
“Kenapa Kak Daren ngga pernah bilang ke akuu?” tanya Amora yang mulai mengangkat tangannya untuk memukul dada bidang Daren.
“Kenapa, Kaakk?”
Tanpa menjawab Daren langsung memeluk Amora dan membuat Istrinya itu kembali menangis di dalam dekapannya sampai sesegukan. Dengan lembut Daren mengusap punggung Amora agar perempuan itu lebih tenang lagi.
Keesokan harinya terlihat Amora yang tengah mengunjungi sebuah cafe untuk membeli coffee sebelum pergi kuliah. Baru saja masuk, Amora langsung melihat keberadaan seorang perempuan yang memang ingin dia cari setelah pergi kuliah, yaitu Nasyla.
Kebetulan perempuan itu tengah sendirian, Amora pun dengan langkah cepat menghampiri Nasyla dan menarik perempuan itu agar berdiri dari duduknya, “Lo tau tentang Kak Rena sama Kak Naresh dari mana?”
Nasyla benar-benar terkejut melihat keberadaan Amora, dia seperti ketakutan saat melihat Amora, “Jawab gue!” bentak Amora.
“Lo ngga perlu tau” jawab Nasyla yang tiba-tiba menyemprotkan minyak wanginya tepat ke wajah Amora.
Amora langsung kesakitan saat percikan alkohol itu masuk ke dalam matanya, dia pun seketika menutup matanya itu, “Akhh!!”
Melihat kondisi Amora yang kehilangan fokusnya membuat Nasyla dengan cepat mengambil tasnya dan berjalan cepat untuk pergi dari cafe itu meninggalkan Amora yang masih kesakitan.
“Bangs**t” desis Amora setelah membuka sedikit matanya untuk melihat keberadaan Nasyla, tapi ternyata perempuan itu sudah tidak ada di sana.
Setelah rasa sakitnya mulai reda, Amora pun berjalan keluar dari cafe itu dan kembali ke dalam mobilnya untuk menghilangkan rasa perih yang ada di matanya itu, “Bit*h sialan” marah Amora lagi setelah rasa sakit itu sepenuhnya menghilang.
“Gue yakin pasti Nasyla adalah bawahan dari orang yang udah bunuh Kak Rena dan Kak Naresh. Gue harus cari tau siapa sebenarnya pembunuh sialan itu” ujar Amora yang masih belum memendam rasa balas dendamnya yang sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu itu.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya