“Udah-udah, jangan ngebuat Amora ngga nyaman sama kehadiran kita. Eee, Darennya ada, Ra?” tanya Varo yang juga ada di antara mereka berempat.
Mendengar pertanyaan Varo membuat Amora langsung menganggukkan kepalanya, “A-ada. Silahkan masuk, Kak Daren masih mandi” jawab Amora yang mempersilahkan teman-teman Daren itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Lalu keempat teman Daren itu pun masuk ke dalam rumah Amora dan Daren, “Silahkan duduk. Aku ke belakang sebentar ya” ujar Amora setelah melihat keempat laki-laki itu duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Siap, Kakak Ipar” jawab Kalvin dengan mengangkat tangannya di depan dahi, benar-benar seperi sedang menghormati pahlawan.
“Iya, Ra” jawab Varo dan Dito bersamaan.
Beberapa menit kemudian terlihat Daren yang datang bersama dengan Amora yang sedang membawa nampan berisikan minuman serta beberapa gelas yang lalu dia taruh di atas meja ruang tamu itu, “Makasih, Kakak Ipar.”
Amora tersenyum kecil, “Sama-sama” jawab Amora dengan kekehan kecil. Dia sangat canggung.
“Sudah, Ra, makasih. Kamu ke atas ya, tidur. Udah malam soalnya” ucap Daren yang diangguki oleh Amora. Setelah itu Amora pun berjalan pergi dari sana.
Melihat Amora yang sudah pergi, mereka pun mulai berbincang, “Jangan romantis-romantis dong, ketua. Kalvin iri nih” ucap Dito seraya menyenggol bahu Kalvin yang ada di sebelahnya.
“Apaan sihh?!. Lo kali tuh yang iri” jawab Kalvin.
“Dihh, iri teriak iri” balas Dito lagi.
Saat Kalvin hendak menjawab lagi ucapan Dito, Varo langsung menghentikannya, “Udah!. Kita di sini itu karena Daren mau ngomong sesuatu, bukan dengerin kalian debat. Kalau mau debat, nanti, setelah ini semua selesai.”
Seketika Dito dan Kalvin langsung tunduk saat mendengar ucapan Varo, mereka pun terdiam. Lalu Daren mulai berbicara suatu hal kepada para sahabatnya itu.
Keesokan harinya terlihat Amora yang tengah mengendarai mobilnya menuju kampus. Namun di tengah-tengah perjalanannya itu, dia melihat sebuah mobil hitam yang sedari tadi bergerak di belakangnya.
Mobil berwarna hitam itu seperti menyuruh Amora untuk cepat, bahkan jarak mobil itu dengan Amora benar-benar dekat, tidak seperti mobil-mobil lainnya. Dan Amora mulai merasa terancam saat mobil itu beberapa kali menekan bel untuknya.
Namun pada akhirnya mobil hitam itu pun menyalip Amora. Tapi pada saat posisi mobil Amora dengan mobil itu sejajar, mobil hitam itu mulai menurunkan kacanya mobilnya.
Karena penasaran Amora pun menoleh ke kanan, tepatnya ke arah mobil itu berada. Tanpa menurunkan kaca mobilnya juga, Amora melihat pemandangan yang benar-benar membuatnya lemas detik itu juga.
Perempuan itu melihat pengendara mobil hitam itu adalah badut yang dia lihat kemarin sore. Badut itu melihat ke arah Amora seraya melambaikan tangannya ke kanan dan ke kiri.
Amora terpaku sejenak saat melihat pemandangan itu, namun dengan cepat Amora kembali melihat ke depan dan semakin menginjak gas mobilnya untuk menghindar dari mobil hitam itu.
Di sisi lain terlihat Daren yang tengah sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja kantornya. Dengan ditemani secangkir kopi, Daren menyelesaikan berkas demi berkas yang ada di atas mejanya itu.
Tapi belum sampai selesai, tiba-tiba dirinya mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dia kenal. Di dalam pesan itu Daren mendapatkan sebuah ancaman dengan mempertaruhkan keselamatan Amora.
Daren sangat bosan, karena dia selalu mendapatkan pesan itu setiap hari, namun bersyukurnya dia tidak pernah melihat Amora terluka sedikit pun. Hanya saja dia tau bahwa sekarang orang itu juga mulai memperlihatkan dirinya di depan Amora.
Namun sejauh ini, orang itu belum bertindak hingga menyentuh bahkan benar-benar menyakiti Amora seperti yang dia ucapkan di dalam pesan itu.
“Aku tidak akan melepaskannya sampai dia berani menyentuh Amora, sedikit pun” ucap Daren.
Keesokannya harinya, tepatnya di hari Senin malam, terlihat Amora yang tengah belajar untuk Ujian Akhir Semester besok Senin di kamarnya. Di kamar itu juga terlihat Daren yang tengah sibuk dengan laptopnya di sofa sembari sesekali melihat ke arah Amora.
Sampai saat Amora mengumpulkan rambutnya menjadi satu untuk dia ikat ke atas menggunakan jedai, bertepatan itu pula Daren melihat ke arahnya hingga membuatnya terdiam karena terpana.
Tapi tidak berselang lama setelah itu, Daren salah fokus dengan sesuatu yang membuatnya langsung beranjak dari sofa itu dan melangkah mendekat ke Amora, “Ra.”
“Ya, Kak?” tanya Amora yang langsung mendongakkan kepalanya ke atas sebelah kanannya untuk melihat ke arah Daren yang kini sudah berdiri di dekatnya.
“Ini kenapa?, kenapa bisa sampai seperti ini?” tanya Daren setelah meraih tangan kanan Amora dan menunjuk sebuah luka lebam kemerahan yang ada di lengan tangan kanan milik Amora.
Mendengar pertanyaan itu membuat Amora seketika membulatkan matanya karena terkejut, dia pun langsung menarik tangannya lagi dan menutup luka itu menggunakan tangan kirinya.
“Ngga kenapa-napa kok, Kak” jawab Amora yang masih menutup luka lebamnya itu menggunakan tangan kirinya.
“Jawab saya, Amora” ujar Daren sembari menekan semua kata yang dia ucapkan hingga membuat Amora menurunkan tangan kirinya dari lengan tangan kanannya itu.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya