Setelah itu Amora menghembuskan nafasnya pasrah, lalu dia menceritakan apa yang terjadi sampai membuatnya terluka seperti itu, “Kemarin Sabtu ada yang ngga sengaja lempar buku dan kena aku, Kak.”
Daren terdiam sejenak, “Kena lempar gimana, Ra?. Ini lebam besar banget loh, bukunya sebesar apa?”
“Kemarin itu ada anak laki-laki sefakultas aku lagi bercanda sama temennya, terus ada yang mau lempar buku gitu. Aku tangkis awalnya, eh malah jadi kayak gini deh” jawab Amora yang masih berusaha untuk santai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kamu kenal sama orang itu?” tanya Daren lagi.
“Engga, kayaknya sih ngga satu kelas. Makanya ngga kenal dan ngga tau” jawab Amora seraya menggelengkan kepalanya.
Mendengar itu lagi-lagi Daren terdiam sejenak sembari menghela nafasnya, “Ya sudah, ini udah diobatin apa belum?”
“Udah, Kak” jawab Amora yang terus melihat ke arah Daren dengan senyum manisnya.
Lagi-lagi Daren terdiam dengan pandangan yang masih terpaku di tempat luka lebam milik Amora berada, “Kaakk, udah, aku ngga papa kokk. Ini cuma luka kecil” ujar Amora seraya memegang tangan Daren.
“Saya mohon setelah ini beritahu semua hal yang membuatmu bahaya dan terluka, Ra” ucap Daren yang seketika membuat Amora terdiam.
“Ee, i-iya, okee” jawab Amora dengan sedikit kebingungan serta linglung, entah kenapa ucapan Suaminya barusan membuat dirinya kebingungan.
Keesokan harinya terlihat Amora yang tengah berjalan di koridor kampus menuju kelas yang akan dia gunakan untuk UAS, namun di tengah-tengah perjalanannya itu dia kembali mendapatkan sebuah foto dari nomor yang tidak dia kenal.
Di dalam foto itu terlihat sebuah mobil yang terbalik dengan ribuan pecahan kaca yang mengelilinginya, dan yang membuat Amora semakin terkejut adalah, orang yang ada di dalam mobil itu adalah Daren.
Tanpa berpikir lagi Amora langsung menghubungi nomor Daren dengan tangan yang gemetar, “Kaak, jawab, Kak. Aku mohoon” ucap Amora yang terdengar sangat ketakutan.
“Halo, Ra.”
“Kak, Kak Daren di mana sekarang?, kak Daren ngga kenapa-napa kan?” tanya Amora dengan sangat khawatir.
“Iya, Ra. Saya lagi di kantor ini, dan saya ngga kenapa-napa, ada apa emangnya?. Kenapa kamu kayak panik gitu?” tanya Daren balik setelah menjawab pertanyaan Amora.
Amora langsung bernafas dengan lega saat mendengar jawaban dari Daren, “Ngga papa, Kak. Ya udah, aku mau lanjut ke kelas, ujiannya udah mau dimulai soalnya.”
“Oke, Ra, semangat ujiannya” ucap Daren.
“Makasih, Kak. Kak Daren juga semangat kerjanya” jawab Amora yang kembali melanjutkan langkahnya.
Mendengar ucapan Amora membuat Daren yang kini sedang duduk di kursi kerjanya tersenyum, “Iya, terima kasih, Ra.”
“Ee, nanti malam mau makan di luar ngga?” tanya Daren sebelum telfon itu berhenti.
“Boleh” jawab Amora yang diam-diam menahan senyum yang hendak mengembang dari bibirnya.
“Oke.”
Setelah itu telfon antara Daren dan Amora pun terputus. Dan mereka pun menjadi sibuk melakukan hal yang menjadi tanggung jawab mereka, yaitu Amora kuliah dan Daren bekerja.
Di malam harinya terlihat Amora dan Daren yang tengah makan malam bersama di sebuah restoran. Dan setelah mereka menyelesaikan acara makan itu, tiba-tiba Daren memegang tangan Amora.
Merasakan tangannya yang dipegang oleh Daren membuat Amora sedikit terkejut, “Ra, sebenarnya ada tujuan lain saya mengajak kamu makan malam di luar seperti ini.”
“Tujuan lain apa, Kak?” tanya Amora seraya menatap kedua mata Daren yang juga menatapnya.
Daren menarik nafasnya sebelum menjawab, “Besok saya harus pergi ke Singapura untuk urusan bisnis, mungkin saya di sana sekitar 5 hari sampai satu minggu. Kamu ngga papa kan saya tinggal sendiri?”
Amora sedikit terkejut saat mendengar ucapan dari Daren barusan, perempuan itu terdiam sejenak sebelum akhirnya tersadar, “Ee, i-iya, Kak. Ngga papa kok.”
“Saya sebenarnya ingin mengajak kamu untuk pergi bersama saya, tapi kamu sedang ujian” ujar Daren.
“Iya, Kak. Ngga papa, aku bisa jaga diri kok, santaii. Kak Daren fokus aja sama bisnisnya Kak Daren di Singapura” jawab Amora yang semakin meyakinkan Daren.
Mendengar itu Daren pun mengangguk-anggukkan kepalanya, “Iya, nanti saya kirim nomornya Varo, Glen, Kalvin sama Dito. Kalau kamu butuh bantuan waktu saya ngga ada, kamu bisa hubungi mereka berempat.”
“Iya, Kak” jawab Amora dengan senyum andalannya.
Melihat senyum cantik Amora membuat Daren ikut tersenyum. Amora cukup terpana, karena laki-laki di hadapannya ini sangat jarang menunjukkan senyumannya. Dan ternyata Suaminya itu semakin terlihat tampan saat tersenyum.
Bersambung……
https://www.redaksiku.com/novel-choose-happiness-part-24/
Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel