Berbagai macam makanan disodorkan, aneka roti ditawarkan, namun tidak ada satupun yang bisa masuk ke lambung Kirei. Semua makanan itu berakhir di wastafel. Kirei lelah, lemah tapi dia sadar sangat membutuhkan asupan makanan minimal untuk cadangan tenaga saat beraktivitas. Semua cara yang disarankan Ibu maupun mertuanya untuk mengatasi mual dan muntah sudah dia coba.
Mengulum kopi bubuk dengan sejumput gula sudah, tapi bukannya mengurangi mual, justru serbuk kopi itu terselip diantara giginya dan aromanya justru memacu asam di lambungnya untuk bergerak lebih cepat. Memakan permen jahe, sudah juga dia lakukan. Bukan mereda mualnya, justru lambung kosong yang dimasuki jahe membuat lambungnya terasa panas. Sangat tidak nyaman.
“Kalau seperti ini keadaannya, kamu butuh pembantu yang bisa diandalkan untuk menjagamu, Rei.” Gayatri membuka suara. Ia tidak tega melihat anak perempuan satu-satunya itu tergolek lemas tak berdaya. “Mulai nanti sore biar Pak Martono yang menjaga dan mengantarkan kamu ke mana pun kamu pergi. Jangan pernah nyetir sendiri,”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Besok Mama akan mencarikan pembantu yang bisa mengurus semua urusan rumah ini. Kamu harus fokus menjaga kesehatan karena kamu tidak lagi memikirkan diri sendiri tapi juga bayi dalam kandungan kamu.” Maya memberikan masukan atas kondisi Kirei yang lemah saat ini.
“Tapi Mas Attala belum tentu setuju, Ma. Dia tidak suka ada orang lain di rumahnya,” Kirei berusaha menolak karena sebenarnya ia ingin mencari pembantu sendiri yang sesuai dengan kriterianya. Ia tidak ingin menghadirkan seseorang di tengah-tengah keluarga, malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
“Attala harus setuju, sayang. Dia tidak boleh egois dengan membiarkan kamu lelah mengurus rumah.” Maya menekankan kalimatnya.
“Ma, Kirei belum diperiksa dokter. Bagaimana kalau di perut Kirei tidak ada calon jabang bayi?” Kirei kekeh dengan pendiriannya. Ia kesal dengan keluarganya dan keluarga Attala yang terus-terusan merecoki urusan rumah tangganya.
Watak Mama Maya dan ibunya sama-sama keras. Sekuat apa pun, Kirei berargumen dan menolak. Mereka berdua tidak akan paham. Akhirnya, ia memilih untuk diam dan mengikuti apa yang disarankan oleh mereka berdua.
Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel
Halaman : 1 2