Saat sudah diterima, ia baru memaksa orang tuanya bahwa ia tidak ingin kuliah di tempat lain selain di universitas tempatnya diterima. Orang tuanya akhirnya menyerah dan membiarkan Faik berkuliah di universitas itu daripada anaknya itu tidak berkuliah.
Pembicaraan Fadli dan teman-temannya akhirnya berhenti saat beberapa anak mereka, dan juga Ihsan merengek karena sudah capek. Mereka akhirnya sadar bahwa mereka sudah terlalu lama bercakap-cakap. Setelah saling mengucapkan salam perpisahan dan bertukar nomor telepon, mereka akhirnya membubarkan diri.
Faik dan Fadli bersama dengan Ihsan akhirnya masuk mobil mereka sendiri. Faik memilih duduk di kursi belakang karena Ihsan meminta untuk menyusu. Tidak lama setelah mobil mereka bergerak, Ihsan sudah tertidur pulas lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di tengah perjalanan, Fadli membelokkan mobilnya memasuki sebuah rumah makan yang masih luamayan ramai. Ia berencana membawakan ibunya makanan. Ia tadi berencana tidak akan lama berada di pesta temannya itu.
Ia merasa bersalah karena sudah meninggalkan ibunya sendirian di rumah terlalu lama. Ia bertanya-tanya apakah ibunya sudah makan atau belum di perjalanan tadi. Setelah lama berpikir, ia akhirnya memutuskan untuk membawakan saja makanan untuk ibunya.
Faik memutuskan untuk menunggu di mobil saja untuk menunggui Ihsan tidur. Fadli berjanji pada istrinya bahwa ia tidak akan lama. Ia akan langsung kembali begitu ia mendapatkan makanannya.
Fadli masuk restoran itu dan langsung menuju kasir. Ia sudah sering mengunjungi restoran itu bersama Faik. Oleh sebab itu, ia sudah sedikit banyak hafal menu di sana. Ia langsung memesan udang saus padang, cumi saus lada hitam, dan beberapa jenis tumisan sayur.
Setelah membayar, ia duduk di kursi yang dekat dengan kasir dan menunggu pesanannya. Setelah menunggu sekitar lima belas menit, seorang Perempuan datang membawakan makanan pesanannya.
“Permisi, kamu Fadli, kan?” kata perempuan itu setelah memberikan makanan pesanaan Fadli.
“Eh, iya. Maaf, tapi kamu siapa ya?” tanya Fadli balik.
“Aku Risna. Kita pernah satu kelas waktu SMA,” jawab perempuan itu sambil tersenyum.
Fadli berusaha mengingat-ingat teman-teman SMAnya. “Risna? Risna Nurlita?”
“Iya. Kamu masih ingat ternyata. Wah, aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi. Kamu berkuliah di luar kota, bukan?”
“Iya. Aku kembali lagi ke kota ini setelah lulus karena ternyata aku diterima kerja di sini,” jawab Fadli. Ia juga tidak menyangka ia akan bertemu teman lamanya lagi. Namun kemudian ia ingat bahwa ia meninggalkan istri dan anaknya di mobil. Ia pun pamit buru-buru kepada temannya itu.
Risna tampak kecewa karena Fadli buru-buru ingin pergi. Ia begitu senang karena bisa bertemu dengan Fadli.
Ia memang sudah bersuami sekarang. Namun, pertemuan dengan lelaki yang disukainya dulu membuatnya seperti memiliki harapan baru. Baginya, Fadli yang dulu sudah cukup tampan. Fadli memang tidak memiliki kulit cerah ala bintang korea. Ia juga tidak memiliki wajah seperti bule yang banyak menjadi incaran gadis-gadis. Namun, bagi Risna, Fadli memiliki wajah yang cukup manis untuk membuat hatinya selalu berbunga-bunga saat melihatnya dulu dan sekarang.
Apalagi Fadli yang sekarang terlihat lebih berkarisma. Entah karena ia mengenakan baju yang terlihat mahal atau yang lainnya. Risna buru-buru menuliskan nomor telepon pada buku memo yang biasanya ia gunakan untuk menuliskan pesanan pelanggan, menyobek kertasnya, dan memberikannya pada Fadli.
Fadli menerimanya. Ia kemudian mengucapkan terima kasih dan segera pergi keluar dari sana. Binar pada mata Risna dan senyumnya, serta tangannya yang tanpa malu-malu menyentuh lengan atasnya benar-benar membuat Fadli resah.
Ia merasa tidak pernah akrab dengan Risna dulu. ‘Kenapa ia sekarang bertingkah seolah kami benar-benar teman akrab sekarang?’ batin Fadli.
Fadli menyadari bahwa ia sudah melakukan banyak kesalahan hari ini. Ia tidak ingin menambah masalah baru pada rumah tangganya. Kertas memo yang diberikan oleh Risna tadi langsung ia gumpalkan dan ia buang di tempat sampah yang terletak di luar restoran itu.
Begitu masuk mobil, seperti dugaan Fadli sebelumnya, Faik menanyakan pada Fadli siapa perempuan yang sepertinya sangat akrab dengan Fadli tadi.
~Bersambung~
Halaman : 1 2