Fadli langsung ambruk ke tempat tidur begitu sampai di rumah. Ia bahkan lupa untuk mencuci tangan dan kakinya dulu. Badannya terasa capek sekali. Malam itu, dia tidur pulas tanpa mimpi apapun.
Keesokan harinya, Fadli terbangun dengan mulut yang terasa luar biasa tidak enak. Dia baru ingat bahwa ia lupa juga untuk menggosok gigi malam tadi. Ia melihat telepon genggamnya yang ia letakkan di nakas sebelah tempat tidurnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Begitu melihat jam di sana, ia langsung melompat berdiri. Ia akan terlambat bila tidak segera berangkat. Namun, badannya tidak mau bekerja sama dengannya. Ia merasa semua benda di sekitarnya berputar. Ia pun menyerah dan duduk lagi.
Setelah beberapa saat, ia mencoba berdiri lagi perlahan. Begitu merasa tubuhnya baik-baik saja, Fadli langsung bergegas ke kamar mandi. Ia mandi dengan kecepatan kilat. Setelah mengeringkan tubuh seadanya, ia langsung mengambil baju teratas dan buru-buru memakainya.
Begitu masuk ke dalam mobil lagi, setelah menutup dan mengunci pintu pagarnya, ia langsung memacu kendaraannya. Matahari memang baru saja menampakkan dirinya, namun, bila ia berangkat lebih siang sedikit saja, ia tidak akan bisa tiba di kantornya tepat waktu. Kemacetan di ibu kota ini memang begitu mengerikan.
Hari itu berjalan begitu lancer di kantornya. Atasan Fadli agak kaget karena Fadli sudah menyelesaikan laporan yang ia minta. Ia tidak menyangka Fadli akan menyelesaikan laporan yang rumit itu dalam sehari.
Namun, rasa-rasanya bukan atasan yang baik jika tidak memiliki ekspetasi lebih pada Fadli karena keberhasilannya itu. Setelah berhasil membuatnya kagum, atasannya itu malah memberikan tugas tambahan lagi pada Fadli.
Fadli memutuskan untuk lembur lagi karena ia menyadari anak dan istrinya di rumah sakit. Dengan begitu, ia bisa juga menyelesaikan tugas tambahannya dengan lebih cepat.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.55 saat Fadli menutup laptopnya. Ia sudah sangat lelah dan mengantuk. Menyetir pulang bisa jadi opsi yang buruk untuk dilakukannya. Ia akhirnya memutuskan untuk tidur di kantor saja.
Fadli juga berencana untuk pulang sebentar sebelum matahari terbit untuk berganti baju dan mandi karena ia tidak membawa baju ganti dan perlengkapan mandi ke kantor pagi itu.
Setelah membereskan meja kerjanya, Fadli duduk di salah satu sofa panjang di dalam ruangannya yang akan dijadikannya tempat tidur malam ini. Ia melihat ke ponselnya. Foto pernikahannya dengan Faik masih terpajang sebagai gambar latarnya.
Ia tersenyum sendiri memandangi foto mereka. Angannya mengembara ke pertemuan pertamanya dengan Faik.
Fadli dan Faik bertemu karena kesamaan hobi mereka. Dari dulu, Fadli memang menggemari anime atau kartun dari negeri Sakura. Namun, dia bukan termasuk seorang otaku (sebutan bagi orang yang begitu menggilai segala hal yang berkaitan dengan anime dan manga pada jaman Fadli kuliah dulu).
Pertemuan dengan Randi yang merupakan seorang otaku, merubah segalanya. Fadli menjadi begitu ketagihan dengan segala hal yang berhubungan dengan anime dan manga.
Suatu hari, di tahun mereka berkuliah, Randi mengajak Fadli ke suatu event otaku di kota tempat mereka berkuliah untuk mengusir kejenuhan di sela mengerjakan tugas akhir mereka. Acara tersebut diselenggarakan oleh pusat bahasa kampus lain yang berada di kota yang sama.
Mereka berdua memang beberapa kali pergi ke acara serupa. Oleh karena itu, mereka hanya memakai pakaian seadanya saja. Ia tidak tahu bahwa ia akan bertemu dengan seorang yang spesial di sana.
Acara itu diselenggarakan di halaman depan gedung pusat bahasa yang lumayan luas. Terdapat sebuah panggung tempat kelompok musik yang diundang menghibur para pengunjung di satu tepinya. Di bagian pinggirnya yang lain, ada banyak kios yang menjajakan berbagai macam hal berbau anime dan Jepang seperti biasanya. Semua kios-kios itu dipadati oleh para pengunjung yang ingin membeli maupun hanya sekadar melihat-lihat barang dagangan yang dijual di sana.
Ada banyak orang yang ikut serta dalam pesta kostum, berlalu-lalang di sana. Selain itu, juga lebih banyak orang lagi dengan berbagai kepentingannya masing-masing-masing. Ada yang mengajak foto bersama para peserta cosplay. Ada juga yang hanya menikmati pertunjukan musik dengan memakan berbagai macam jajanan yang telah mereka beli.
Fadli memutuskan untuk membeli takoyaki, jajanan berbentuk bola-bola yang berisi kaki gurita dengan saus yang asin, gurih dan taburan katsuobushi (sejenis ikan tuna asap yang diserut tipis-tipis mirip serutan kayu) serta aonori (serbuk rumput laut). Ia harus mengantri sebelum bisa memesan dan menikmati makanan tersebut.
‘Rasanya enak juga. Sebanding dengan harganya yang lumayan mahal,’ batin Fadli. Ia juga membelikan seporsi takoyaki untuk Randi yang terpaksa menerimanya karena sudah terlanjur dibeli oleh Fadli.
Setelah puas menikmati jajanannya, Fadli ikut berkumpul dengan orang-orang di tengah halaman itu. Ia selalu begitu takjub dengan keseriusan para peserta cosplay itu. Fadli yakin dirinya tidak akan memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk bisa memakai kostum seperti itu.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya