Mungkin orang akan mengira Fadli yang sedang berbaring di sofa ruangan kantor itu sambil tersenyum sendiri dan mengelus layer ponselnya yang masih terkunci, agak tidak waras. Walaupun begitu, Fadli sepertinya tidak akan keberatan bila dikatakan demikian.
Pikirannya memang agak menjadi kacau sejak bertemu Miku versi manusia waktu itu. Ingatannya terus kembali pada masa itu. Ia sampai memaki dirinya sendiri berkali-kali karena sulit berkonsentrasi untuk mengerjakan tugas akhirnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia sampai akhirnya berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mencoba mengajak berkenalan lebih lanjut gadis itu saat ia sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Saat akhirnya hal itu terjadi, nyali Fadli justru menjadi ciut.
Gadis yang membuatnya mabuk cinta tersebut ternyata adalah anak seorang pengusaha kaya raya. Selain itu, keluarga tersebut juga terkenal sangat agamis.
Fadli berpikir bahwa akan tidak mudah mengajak gadis tersebut berkencan. Hal itu diperparah dengan perbedaan status sosial mereka.
Fadli akhirnya bekerja dengan lebih tekun dari sebelumnya. Ia juga terus menyambung komunikasi dengan gadis tersebut. Ia bertekad akan langsung melamar gadis tersebut bila ia sudah merasa sebanding dengan gadis itu.
Rumah makan ibunya memang sudah cukup besar. Tapi, Fadli tidak bisa hanya membanggakan hasil usaha ibunya itu karena ia tahu bahwa Faik sendiri sudah berpenghasilan sendiri walaupun keluarganya sudah jauh lebih kaya dari keluarga Fadli.
‘Aku dulu sudah bersikeras untuk mendapatkan Faik walaupun dia bisa saja mendapatkan orang yang jauh lebih baik dariku. Sekarang, aku harus bisa membahagiakannya. Aku tahu benar bahwa aku tidak tahu apa-apa tentang bayi. Oleh karena itu, aku harus bisa membahagiakannya dengan cara yang lain,’ batin Fadli. ‘Aku memang sangat sayang pada Ihsan dan sangat menikmati waktu bermain dengannya. Namun, aku tidak boleh egois. Nanti setelah kondisi kami sudah lebih baik, aku akan bisa bermain dengannya.’
Fadli memantapkan hatinya sekali lagi untuk bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia merasa bersalah sekali karena membiarkan istrinya kerepotan mengurusnya. Ditambah lagi, sekarang ini, istrinya juga harus mengurus anaknya.
Faik memang tidak pernah protes dengan itu semua. Walaupun begitu, Fadli tahu bahwa ia masih belum bisa memberikan kehidupan kepada Faik senyaman saat istrinya itu belum menikah dengannya.
***
Ihsan akhirnya diperbolehkan pulang setelah dirawat di rumah sakit selama 5 hari. Kondisinya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ia sudah tidak demam.
Selain itu, hanya ruam kecil pada pahanya saja yang tersisa. Dokter mengharuskannya untuk tidak keluar rumah dulu sampai setidaknya ruam di tubuhnya benar-benar menghilang.
Selama Ihsan dan Faik berada di rumah sakit, Fadli selalu lembur sampai larut malam. Faik sebenarnya agak keberatan karena Fadli kurang memperhatikan kesehatan dengan mengambil lembur setiap hari. Namun, Fadli selalu menegaskan bahwa ia baik-baik saja dan juga ia memang harus melakukan ini.
Faik pulang dengan taksi online karena ia memang tidak memiliki mobil sendiri. Selama ini, ia lebih banyak berada di rumah. Sejak menikah, ia sudah tidak pernah melalkukan cosplay walaupun suaminya tidak pernah melarangnya untuk melakukan itu.
Ia meninggalkan dunia itu karena ia menjaga perasaan suaminya. Saat ia melakukan cosplay, akan banyak lelaki yang mengajaknya berfoto bersama. Ia tidak ingin membuat suaminya cemburu.
Faik sebenarnya bukanlah seorang yang mudah bergaul. Ia melakukan cosplay karena ia hanya suka berdandan menyerupai tokoh anime. Setiap melakukan cosplay, Faik selalu merasa kehabisan energi karena ia harus berinteraksi dengan banyak orang saat itu walaupun sebenarnya Faik tidak pernah hadir di kegiatan-kegiatan tersebut sampai selesai.
Sewaktu berkuliah dan bekerja dulu juga ia selalu merasa kelelahan setiap pulang. Ia pasti akan langsung tertidur begitu ia sampai di tempat tinggalnya. Ia baru akan bangun lagi sekitar satu jam setelahnya saat alarm di ponselnya berbunyi.
Oleh karena itu, ia sangat senang saat akhirnya ia keluar dari tempat kerjanya untuk ikut pindah bersama Fadli. Fadli juga memperbolehkannya bekerja di rumah saja. Ia merasa hidupnya sudah sempurna dengan tidak banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, namun tetap produktif.
Sesampainya Faik di rumah, ia langsung menghubungi Bu Sukma, seorang ibu paruh baya yang biasa membantu Faik membersihkan rumahnya. Fadli dan Faik memang memutuskan untuk mempunya asisten rumah tangga yang hanya datang beberapa kali seminggu ke rumahnya untuk membersihkan rumahnya.
Mereka tidak ingin memiliki ART yang menginap di rumah mereka karena mereka menginginkan privasi. Selain itu, mereka juga lebih mudah mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada rumah tangga mereka, seperti pencurian, dan lain-lainnya.
Rumah mereka sedikit terasa pengap karena jendela dan pintu-pintunya selalu tertutup. Satu-satunya ventilasi yang terbuka ada di lantai atas.
‘Sepertinya Fadli memang tidak pernah lama ada di rumah ini setiap harinya selama aku dan Ihsan di rumah sakit,’ batin Faik saat melihat dapurnya yang begitu rapi dan persis sama seperti ketika ia meninggalkannya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya