Ihsan menangis saat Laila merentangkan tangannya untuk menggendongnya. Fadli menenangkan Laila dengan mengatakan bahwa ia juga selalu ditolak oleh Ihsan belakangan ini dan mereka semua tertawa mendengarnya.
Sementara itu, Faik jadi menduga alasan suaminya tiba-tiba menjadi penggila kerja adalah hal tersebut. Sebuah ide muncul di kepalanya. Ia akan berusaha untuk mebujuk Fadli dan meyakinkannya bahwa Ihsan melakukan itu bukan karena ia membencinya. Faik juga akan mengatakan kepadanya bahwa ia merupakan sosok ayah yang sangat hebat karena sudah mau berusaha terus untuk dekat dengan anaknya.
Acara perayaan itu akhirnya dimulai juga saat semua yang diundang Faik sudah datang. Tidak banyak susunan acara yang Faik siapkan karena memang tidak banyak juga orang yang ia undang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Faik memang sengaja tidak mengundang para tetangga mereka karena lingkungan mereka bukan lingkungan dimana para tetangganya dekat satu sama lainnya. Faik dan para tetangganya memang saling kenal, tapi mereka tidak cukup dekat sampai saling mengundang jika mereka mengadakan acara sederhana di rumahnya. Mereka akan saling mengundang bila acara yang mereka adakan cukup besar.
Mereka hanya akan membuka acara dengan doa. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun Ihsan. Selanjutnya, Faik mempersilahkan para undangannya untuk menikmati makan siang tanpa acara penutup.
Saat pengasuh Ihsan dan para asisten rumah tangga Faik izin untuk pulang, ia meminta mereka untuk membungkus sebagian makanan yang masih tersedia karena Faik yakin sekali keluarga kecilnya tidak akan sanggup untuk menghabiskan semua makanan itu. Beberapa makanan itu bahkan masih utuh dan tidak tersentuh sama sekali.
Tidak lama setelah hanya tersisa keluarga mereka yang berkumpul, ponsel Fadli berbunyi. Ia kemudian memberitahu Faik bahwa ia harus pergi sekarang. Faik sekali lagi harus kecewa karena rencana yang sudah ia susun untuk dilakukan bersama suaminya tadi, tidak bisa ia jalankan.
Fadli kemudian langsung bergegas pergi setelah pamit sekenanya pada yang lain. Ia tidak lupa juga mencium anaknya yang masih sibuk bermain dengan balon yang diletakkan Faik di lantai.
‘Irfan dan Laila bahkan meluangkan waktunya sampai sore ini untuk Ihsan. Kenapa kamu malah pergi begitu saja siang ini juga, Sayang?’ Faik hanya menutup mata sambil menahan berbagai pertanyaan lain yang muncul dalam kepalanya.
~Bersambung~
Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel
Halaman : 1 2