Isakanku menjadi jelas dengan suasana kamar yang sunyi. Begitu aku mengangkat kepala, mataku langsung tertuju pada Arya yang menatapku lekat. Seolah ingin menyalurkan kekuatan padaku.
“Tante Naya tinggal di sini?” Hime melonggarkan pelukannya setelah aku cukup tenang dan tidak menangis lagi. Kedua tangan mungilnya menangkup kedua pipiku, membersihkan jejak-jejak air mata di sana.
Ya, Tuhan. Baru sebentar aku sudah jatuh hati dengan anak ini. Entah seperti apa didikan Diandra pada anak-anaknya, namun Hime terlihat dewasa dibandingkan anak seumurannya. Dia ramah dan mampu menangkap emosi orang lain yang baru saja dilihatnya. Ataukah mungkin karena wajahku menyerupai ibunya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tante nggak tinggal di sini, Sayang. Tante nginap di rumah Nenek,” balasku.
Kedua matanya menyipit, namun masih menatapku. “Kenapa nggak nginap di sini saja?”
Lagi-lagi aku menatap Arya, meminta pertolongannya. Namun laki-laki itu diam saja, tidak memiliki inisiatif membantuku. Padahal di sini dia yang paling mengerti anak-anaknya.
“Nggak bisa. Tante harus nemenin Nenek.” Aku mengatakan alasan seadanya. Berharap Hime tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.
Namun sepertinya itu hanya harapanku, gadis kecil itu kembali memiringkan kepala, menatapku penuh tanya. “Kenapa Nenek harus ditemani? Kemarin Nenek tinggal sendiri.”
Melihatku yang kelabakan, Arya menghampiri kami. “Hime, kamu dan Ren mandi ya? Udah sore. Bisa kan mandi sendiri?”
“Bisa, Ayah.”
Hime kemudian turun dari pangkuanku. Kaki mungilnya melangkah ke arah lemari dan mengambil dua buah handuk di sana. Menyerahkan satu ke Ren. Hime pun memasuki kamar mandi yang disusul oleh Ren.
“Gantian, Ren.”
Seketika Ren menghentikan langkah begitu mendengar perintah ayahnya, merelakan kamar mandi dipakai adiknya dulu. Anak itu langsung kembali duduk di pinggiran kasurnya.
“Mereka memang lagi senang-senangnya ngobrol. Kamu tidak harus bisa menjawab jika tidak bisa.”
Aku mengangguk paham, lalu berdiri karena merasa canggung sedekat ini dengan Arya. Seperti berduaan meski ada Ren yang menatap kami dari duduknya.
“Aku keluar dulu. Mau lihat Mama.”
Arya hanya mengangguk lalu memberiku jalan ke pintu kamar. Entah apa yang akan terjadi di kehidupan keluarga ini selanjutnya. Bagaimana Arya akan melanjutkan hidup dengan dua anak kembarnya? Anak kembar yang jelas membutuhkan keluarga secara utuh.
Part sebelum dan selanjutnya -> Nayanika