Sambil menunggu anggota keluarga yang lain bersiap-siap, kubuka ponselku dan mengirim pesan untuk Haura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
[“Assalamualaikum. Ra, sebentar lagi aku dan keluarga akan beraangkat. Kami masih bersiap-siap. Pamanku yang dari luar kota masih dalam perjalanan.”] tulisku dalam pesan WA.
[“Waalaikumussalam. Iya, nanti aku sampaikan sama Mama dan Papa. Hati-hati di jalan, ya.”]
Sepuluh menit kemudian semua keluarga yang ditunggu pun tiba. Jam di tanganku menunjukkan pukul 09.15. Tak menunggu lama, kami segera meluncur menuju rumah Haura.
Kami tiba di kediaman keluarga Haura tiga puluh menit kemudian. Keluarga kami mendapat sambutan hangat. Acara lamaran pun dimulai. Aku dan keluargaku menempati tempat yang telah disediakan oleh tuan rumah.
Rangkaian acara berjalan dengan lancar. Bapak menyampaikan maksud dan tujuan keluargaku yang datang untuk melamar Haura.
“Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Hendra Cahyadi, Ibu Ranti Kemalasari, dan segenap keluarga yang kami hormati, untuk sambutan yang sangat baik atas kedatangan kami ke sini.
Perkenankan, saya Lukman Wardana beserta istri orang tua dari Irfan Nizar Wardana untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dengan maksud dan tujuan kedatangan kami. Maksud kedatangan kami yang pertama adalah untuk menyambungkan silaturahmi agar bisa saling mengenal lebih dekat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa ananda Irfan Nizar Wardana telah lama mengenal ananda Meidina Haura Bening. Yang menjadi pertanyaan buat kami adalah apakah ananda Meidina Haura Bening sudah mempunyai ikatan dengan laki-laki lain?” Bapak memberikan pertanyaan kepada keluarga Haura. Lalu, Papa Haura menjawab, “Belum ada.” Lalu, Bapak melanjutkan sambutannya.
“Jika memang belum ada yang melamar ananda Haura, maka izinkan anak kami yang bernama Irfan Nizar Wardana untuk melamar anak Bapak yang bernama Meidina Haura Bening.”
Kemudian Papa Haura memberikan sambutan sebagai jawaban atas permintaan Irfan dan keluarganya.
“Terima kasih atas niat baik ananda Irfan Nizar Wardana untuk melamar putri saya. Untuk jawaban atas permintaan ananda Irfan dan keluarga mari kita simak langsung jawaban dari ananda Haura. Bagaimana, Nak? Apakah kamu menerima lamaran dari Nak Irfan?” tanya Papa Haura.
Haura yang saat itu terlihat sangat anggun dan cantik menawan dengan balutan busana kebaya berwarna cream dan balutan hijabnya, “Terima kasih atas niat Irfan Nizar Wardana untuk melamar saya. Insya allah dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim dan atas restu dari Papa dan Mama saya bersedia menerima kamu sebagai calon suami saya. Semoga Allah meridai niat baik ini dan melancarkan prosesnya hingga akad nikah nanti.” Suara Haura bergetar karena menahan haru.
Aku sangat senang dan bersyukur proses lamaran ini telah terlaksana dengan lancar. Pada bulan-bulan berikutnya keluarga kami saling berkunjung dan berkumpul untuk membicarakan rencana pernikahan kami nanti. Semoga rencana indah ini berjalan lancar hingga sampai di hari yang bersejarah bagi aku dan Haura.
Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel