Novel : Room for Two Bab 10: Buah yang Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

- Penulis

Rabu, 13 November 2024 - 12:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Room for Two Bab 10 Karya Bumban Dafnah

Room for Two Bab 10 Karya Bumban Dafnah

Untuk sebuah tragedi yang mengerikan, menurutku kalimat tadi benar-benar terlalu vulgar dan tak berperasaan. Jujur, aku syok mendengarnya. Jika ada cermin, kupastikan warna wajahku pucat seperti mayat.

“Bapaknya Reivan, Rahmat namanya, dia itu sopir angkot. Sudahlah dia tukang mabuk, tukang judi, tukang KDRT pula. Lengkap pokoknya. Sudah berkali-kali suami Ibu marah karena Rahmat sering kasar sama Suci dan anak-anaknya. Bapak bahkan pernah sampai menjarain dia satu kali, buat syok terapi. Tapi memang dasar wataknya kasar, keluar dari penjara dia kayak gitu lagi. Enggak kapok.

“Waktu itu Suci tumben-tumbenan enggak datang ke rumah Ibu, enggak ada kabar juga. Tiba-tiba, sekitar jam sebelas, Reivan ngetuk pintu sambil nangis-nangis. Ibu masih ingat dia cuma pakai kaus dalam sama celana pendek, enggak pakai sendal. Keningnya benjol sebesar bola golf. Pas Ibu tanya kenapa, dia cuma bilang, ‘tolongin Mama, tolongin Mama’.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Pas kejadian itu Ibu cuma sendiri di rumah, sebab Bapak lagi tugas ke luar pulau sama papamu. Ibu buru-buru datang ke rumah Reivan. Tapi, waktu Ibu sama Reivan sampai di sana, badan Suci sama Resti udah dikerubungin api. Resti meninggal di tempat, sementara Suci meninggal di rumah sakit dua hari kemudian.”

Sesuatu yang tak kasatmata mengiris-iris hatiku dengan cara yang tak bisa kubayangkan. Aku mengembuskan napas berat lalu buru-buru menyejajari Bu Nawang yang sudah beberapa langkah di depanku.

“Rahmat divonis penjara seumur hidup. Katanya dia marah cuma gara-gara Suci ambil uang setoran untuk beli obat buat Resti, padahal waktu itu Resti lagi sakit.”

“Astaga … jadi bapaknya Reivan masih ada, Bu?”

“Ada. Di penjara. Jangan tanya kenapa Reivan enggak pernah jenguk, Ibu sudah bujuk tapi dia menolak berhubungan lagi dengan bapaknya itu. “

Aku bisa paham. Tentu saja aku paham.

“Sejak hari itulah Reivan tinggal sama Ibu. Kami mengadopsinya lewat prosedur yang resmi supaya Ibu bisa betul-betul menganggapnya anak sendiri, seperti ke anak Ibu yang meninggal pas umur tujuh tahun. Jadi, kami itu sebetulnya saling melengkapi, Na. Reivan kehilangan orang tua, Ibu kehilangan anak. Kami membentuk keluarga baru dengan berangkat dari rasa kehilangan yang sama.”

“Hana baru tahu semuanya, Bu.”

Bu Nawang mengangguk. “Enggak heran. Reivan memang enggak bisa cerita itu ke semua orang, mungkin itu semacam aib buat dia. Ibu cerita ini juga supaya kamu tahu, supaya kamu enggak bertanya-tanya kalau lihat sikapnya yang keras atau kaku. Itu semua karena terbentuk dari masa lalunya yang sulit. Belum lagi waktu dia harus kehilangan sosok bapak yang kedua kalinya. Ketika suami Ibu meninggal, dia baru kelas 1 SMA. Sejak saat itu dia jadi makin irit bicara. Jarang senyum. Kayak judes, tapi sebetulnya hatinya itu baik.”

Baca Juga:  Novel : Bertahan di Atas Luka Part 45 (Tamat)

Pukul setengah dua belas siang, kami akhirnya selesai berkeliling supermarket. Saat itu  antrean di kasir mengular seakan-akan hari itu adalah hari gajian, bukannya pertengahan bulan. Lalu, kuajak Bu Nawang ke kasir nontunai karena antrean di sana jauh lebih pendek. Kukatakan kepadanya, semuanya belanjaannya hari itu aku yang bayar. Pakai uang dari Reivan, tentu saja.

Akan tetapi, kasir berulang kali gagal mendebet pembayaranku. Meski sudah dicoba dan diperiksa dengan teliti—aku sempat khawatir PIN-nya keliru atau masa berlaku kartunya habis—tetap saja tidak ada transaksi yang terselesaikan. 

“Kenapa?” Bu Nawang, yang sempat keluar dari antrean di kasir, segera kembali ke barisan.

“Ini … kartunya enggak mau didebet.”

“Itu kartu punya siapa?”

“Reivan.”

“Dia kasih kamu kartu yang enggak ada uangnya?” Kerutan dalam langsung muncul di kening Bu Nawang. 

Belum sempat aku menjawab, Bu Nawang langsung menyambung, “Kembaliin itu kartunya, Mbak, biar saya yang bayar. Keterlaluan banget Reivan.”

*** 

 

Tentu saja sudah kujelaskan kepada Bu Nawang bahwa mungkin itu cuma kesalahan, bahwa hal seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan bahwa aku sebetulnya punya uang tabungan untuk membayar semuanya. Namun, Bu Nawang tidak terima.

“Kamu sudah nikah sama Reivan, kebutuhan kamu itu harus dipenuhi sama dia. Uang dia itu uang kamu, uang kamu ya uang kamu. Kayak enggak pernah diajarin aja anak itu.”

Aku tidak bisa duduk tenang sepanjang perjalanan pulang. Aku takut Bu Nawang akan melakukan apa yang kukhawatirkan akan ia lakukan. Dan ia memang melakukannya.

Begitu bertemu Reivan, Bu Nawang langsung mengajaknya ke ruang tamu. Dan tanpa pembukaan terlebih dahulu, ia langsung memuntahkan amarah dan petuahnya kepada Reivan.

“Kasihan istrimu malu di kasir. Bayangin kalau Ibu enggak ada di sana. Gimana, sih, kamu. Lain kali pastikan kamu cukupin kebutuhannya. Gimana istri mau bahagia kalau kamu pelit?”

“Pelit?” Reivan bolak-balik memandangku dan Bu Nawang. “Reivan isi cukup, kok, Bu. Di situ itu yang biasanya dipakai Bu Lia belanja—”

“Ya enggak bisa, dong, kamu samain Ishana sama Bu Lia.”

“Hana masih pegang uang, Bu. Hana, kan, kerja juga.”

Bu Nawang mengibas-ngibaskan lengannya, seolah-olah ada nyamuk yang terbang terlalu dekat dengan daun telinganya. “Enggak, Hana … enggak gitu konsepnya, ya. Kamu enggak usah enggak enak hati, ini Ibu lagi ngajarin anak Ibu cara jadi suami yang bertanggung jawab. Malu Ibu sama orang tua kamu kalau anak yang Ibu jodohin sama kamu enggak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.”

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)
Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)
Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 29)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 28 )
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 27 )

Berita Terkait

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:41 WIB

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:38 WIB

Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:25 WIB

Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:23 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:13 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB