Novel : Room for Two Bab 21: Kejutan yang Menyakitkan

- Penulis

Minggu, 17 November 2024 - 08:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Room for Two Bab 21 Karya Bumban Dafnah

Room for Two Bab 21 Karya Bumban Dafnah

“Kayak ngidam.”

Kata-kata Reivan itu sebetulnya biasa saja, tetapi hatiku terluka mendengarnya. Aku merasa Reivan menuduhku mengalami sesuatu yang memang benar kualami, tapi sedang ingin kusembunyikan darinya dan tidak ingin kubahas dengan dirinya.

“Kenapa harus bilang gitu, sih? Memangnya cuma orang ngidam yang boleh makan banyak? Kalau enggak boleh ya udah, enggak usah aja.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Aku enggak bilang enggak boleh. Mau semuanya juga boleh, asal dimakan.”

“Ck!”

Aku bermaksud pergi meninggalkan Reivan yang masih sibuk memilih gelato, tetapi Reivan lebih dulu merentangkan lengan dan mengadang langkahku. Ia lalu merengkuh bahuku dan membawaku kembali ke sisinya.

“Coba jangan ngambekan, ya. Aku beli yang kamu mau, kita makan bareng-bareng.”

Lima gelato—seakan-akan aku sanggup menandaskannya sendirian—kemudian dibawa Reivan ke meja makan yang kami pilih. Kucicipi satu per satu, walau enak tetapi aku tidak memiliki kemampuan untuk menghabiskannya.

“Aku kenyang. Kamu yang abisin,” titahku kepada Reivan. “Iya, iya, kamu enggak makan malam, tapi nyemil beberapa sendok gelato enggak akan bikin badanmu melar, kan?”

“Beberapa sendok dari lima jar? Berapa sendok tepatnya?”

“Masing-masing lima.”

“Dua.”

“Tiga, deh!”

“Oke.”

Kurebut sendok kayu dari tangan Reivan sebelum ia sempat mencolek isi gelato dari tiap jar yang kami pesan. Kukeruk dalam-dalam masing-masing gelato itu lalu kupaksa Reivan membuka mulut dan menelannya.

“Enggak!” Reivan tertawa lepas. “Itu sendokannya enggak manusiawi.”

“Ayo makan! Makan …!” Apakah suaraku yang mendayu-dayu itu akan terdengar terlalu manja di telinga Reivan?

Reivan memalingkan wajahnya. “Enggak—”

“Makan ….” Aku berdiri kemudian kudatangi Reivan di tempat duduknya. Kupegang dagunya kuat-kuat. “Ayo, buka mulutnya!”

Reivan kembali berusaha mengelak, tetapi berkat upaya paksa yang kulakukan, ia menyerah juga. Aku tertawa geli ketika melihat Reivan mengibas-ngibaskan tangan begitu sesendok besar gelato dingin masuk ke mulutnya. Sebagai balasan, Reivan memaksaku menerima hal yang sama seperti yang kulakukan kepadanya. Aku mengelak dan tergelak ketika melihat segumpal gelato yang basah dan lengket jatuh mengotori celana Reivan.

Malam itu, keberadaan Reivan di dekatku bagai angin berembus yang mendatangkan kesejukan di tengah terik sinar matahari. Bersamanya, aku bisa melupakan hal-hal lain yang tidak ingin kupikirkan, yang terlalu takut untuk kucemaskan, dan terlalu mengerikan untuk menjadi kenyataan. 

***

 

Jam sepuluh malam lebih sedikit, kami akhirnya berkendara pulang. Dalam perjalanan kali itu, aku lebih banyak diam dibandingkan bicara. Pikiranku sibuk berkelana ke masa kecil Reivan yang—aku yakin betul—penuh trauma. Kubayangkan, pasti tidak mudah bagi Reivan untuk bertahan hidup sembari belajar berdamai dengan rasa bersalahnya.

Baca Juga:  Novel: Loving You (Part 13)

“Maaf, ya.”

Reivan sekilas mengalihkan pandangannya dari jalanan. “Untuk apa?”

Untuk asumi-asumsiku tentang dirimu. Untuk tuduhanku yang tidak bisa dibuktikan. Untuk perbuatanku yang tidak akan pernah bisa kaumaafkan. 

Akan tetapi, aku tidak benar-benar mengatakan itu semua. Alih-alih menyuarakan penyesalanku, aku malah berkata, “Untuk semuanya, apa pun, yang bikin kamu marah dan sakit hati sama aku.”

“Kalau enggak salah, kamu pernah bilang soal papamu yang bahas, kalau minta maaf itu—”

“Enggak-enggak-enggak. Jangan ungkit lagi soal itu.”

“Enggak adil. Waktu itu saya harus minta maaf—”

“Pertama, jangan saya lagi. Pakai aku, Reivan, aku! Kedua, aku cuma minta maaf, titik, enggak usah disambung-sambungin ke masa lalu. Ketiga, aku enggak mau bahas ini.”

Reivan tertawa kecil sembari membelokkan setir mobil memasuki jalan besar menuju rumahnya. 

“Sudah saya maafin.”

“Saya lagi!”

Menimpali keluhanku, Reivan hanya menggaruk-garuk kepalanya.

Ketika ia menghentikan mobilnya di depan gerbang, menunggu Bu Lia membukakan pintu masuk menuju garasi, aku cepat-cepat menarik Reivan ke pelukan. Kuhidu sisa aroma parfum yang masih melekat pada kulit dan pakaiannya kala kurekatkan tubuhku ke tubuhnya.

“Terima kasih untuk malam ini,” bisikku di samping telinga Reivan. “Aku seneng kita bisa ketawa-ketawa kayak tadi.”

Karena Reivan tidak menjawab, juga tidak kurasakan ada gerakan tangannya di punggungku, akhirnya kulepaskan pelukanku darinya. Ketika wajahnya berada dalam pandanganku, ternyata Reivan tengah menatapku lekat lewat kedua bola matanya yang tajam, membuat bayangan wajahku terpantul dari sana. Kira-kira, keributan apakah yang tengah terjadi dalam benaknya? Adakah Reivan tengah bertanya-tanya, mengapa hari itu aku berulang kali memeluknya?

“Maaf, aku tahu seharusnya kita enggak boleh pelukan—”

Yang terjadi berikutnya di luar perkiraanku. Tanpa aba-aba, Reivan memiringkan kepalanya kemudian menempelkan bibirnya ke bibirku. Hanya sebentar, mungkin tidak lebih dari setarikan napasku, tetapi satu kecupan singkat yang terjadi tiba-tiba itu telah menjelma sebagai tangan malaikat pencabut nyawa yang menarik ruhku kemudian mengembalikannya, bahkan sebelum aku sadar bahwa aku sempat mati bersamaan dengan perlakuan Reivan tadi.

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)
Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)
Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 29)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 28 )
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 27 )

Berita Terkait

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:41 WIB

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:38 WIB

Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:25 WIB

Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:23 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:13 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB