Novel : Room for Two Bab 23: Antara Sekutu atau Seteru

- Penulis

Minggu, 17 November 2024 - 08:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Room for Two Bab 23 Karya Bumban Dafnah

Room for Two Bab 23 Karya Bumban Dafnah

Novel : Room for Two Bab 23: Antara Sekutu atau Seteru

Room for Two Bab 23 Karya Bumban Dafnah
Room for Two Bab 23 Karya Bumban Dafnah

Kepalaku berat saat terjaga. Rasanya seperti terlalu lama memakai konde yang ukurannya lebih besar dari ukuran kepalaku sendiri. Mataku juga lengket. Air mata yang terus tertumpah sejak Reivan pergi, tidak mau berhenti sampai pagi. Mereka menjelma bagai perekat yang saling menempel dengan erat. 

Tiap kali aku berusaha menegarkan diri, kekecewaan dan ketakutan langsung menghantamku bertubi-tubi. Berbagai fakta mengerikan berputar-putar di kepalaku secara bergantian: aku hamil, Reivan pergi, Alston menghilang, aku akan diceraikan, aku sendirian, aku sendirian, aku sendirian ….

Dadaku langsung sesak memikirkan itu. Rasa panas menjalar dari perutku, naik ke tenggorokan, lalu minta dimuntahkan. Buru-buru aku melompat dari ranjang ke kamar mandi. Di sana kukeluarkan semua isi perutku yang tak beraturan, mungkin di dalamnya ada gelato yang sempat kunikmati bersama Reivan malam sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak berapa lama kemudian kudengar ketukan di pintu kamar. Dengan susah payah kucoba merapikan diri sebelum membuka pintu untuk siapa pun yang mengganggu kesendirianku pagi itu. Kusiramkan air ke wajahku, tetapi itu tidak bisa menghilangkan kantung kehitaman yang menggelayut di bawah mataku. Kusisir rambut panjangku, tetapi itu juga tidak bisa merapikan kekusutan dalam wajahku.

“Dewi?”

Aku membuka pintu lebar-lebar dan mengizinkan salah satu ART Reivan itu masuk ke kamar. Sejujurnya, aku sedang tidak ingin bertemu siapa pun, tetapi saat sedang putus asa dan butuh teman bicara, kurasa “sekadar” Dewi pun bisa kuterima.

“Mau beresin kasur? Saya pindah ke kamar sebelah kalau gitu.”

“Enggak, Bu. Saya disuruh Bapak nemenin Ibu.”

Kata-kata Dewi sempat membuatku terdiam. “Reivan ada di sini?”

Dewi menggeleng. “Enggak ada, Bu. Kata Bu Lia, Bapak pergi dari malem dan belum balik lagi.”

“Terus? Tadi kamu bilang disuruh Reivan?”

“Iya. Bapak telepon, nyuruh saya ngecek dan nemenin Ibu di kamar.”

Kuperiksa ponsel dan kucari nomor Reivan yang kunamai “Yang Punya Rumah”. Dia tidak ada menghubungiku. Bahkan satu pesan Whatsapp pun tidak kuterima darinya.

“Anu … kayaknya Ibu kemarin lupa buang sampah.”

“Sampah apa?”

“Sampah test pack.”

Butuh beberapa detik bagiku untuk mencerna jawaban itu. Ketika akhirnya bisa kupahami, aku langsung membombardir Dewi dengan rentetan pertanyaan, dimulai dari, “Kamu nemu di mana? Bukannya udah saya buang, ya? Terus kamu lapor sama mamanya Reivan? Kamu bilang apa? Kenapa enggak minta izin saya dulu, sih?”

Dewi gelagapan, mungkin karena tidak menyangka aku akan menodongnya dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Tidak sabar dengan sikap diamnya, aku langsung menarik lengan Dewi dan menyuruhnya duduk di ranjang, sementara diriku sendiri memilih berdiri sambil melipat tangan di depan dada.

Baca Juga:  Novel: Utuh, tapi Rapuh (Part 2)

“Bukan saya yang bilang ke Bu Nawang, Bu, tapi Bu Lia.” 

Jawaban Dewi membuatku terkejut. Bu Lia? Kupikir dia sekutuku. Aku ingat Bu Lia selalu meyakinkanku bahwa segala rahasia kehidupan rumah tanggaku dan Reivan akan aman di tangannya. Mungkinkah Bu Lia sengaja mengatakan itu supaya aku percaya lalu diam-diam dia menikamku dari belakang?

“Gimana maksudnya?”

“Waktu saya beresin baju kotor di kamar mandi buat dicuci, saya nemuin sampah itu di saku celana Ibu. Saya … kepikiran untuk langsung buang aja, soalnya bentuknya udah kayak diremes-remes gitu. Saya pikir kalau Ibu memang niat mau nyimpen alatnya, pasti enggak akan dikuwel-kuwel gitu, kan. “

Diam-diam aku mengagumi kemampuan Dewi untuk menganalisis situasi.

“Terus?”

“Pas saya mau buang ke luar, ternyata Bu Lia lagi nyikat wese tamu lantai dua. Di sana juga ada sampah test pack.

Astaga! Itu kelalaianku, itu semua kelalaianku.

“Bu Lia langsung nyamperin saya sambil bisik-bisik, katanya dia yakin test pack itu bekas Ibu. Mukanya Bu Lia panik banget waktu itu—”

“Panik kenapa?”

“Karena … karena ….”

“Bilang aja, enggak apa-apa.”

“Karena … Bu Lia bilang Ibu enggak mungkin hamil sama Bapak.”

Ucapan Dewi barusan melesat lalu menembus ke jantungku, bagai peluru yang sengaja ditembakkan ke dadaku. Peluru itu mengacaukan ritmenya, membuat irama jantungku menggila secara tiba-tiba.

“Kenapa enggak mungkin?”

“Karena … kata Bu Lia, Ibu enggak pernah tidur sama Bapak.”

“Saya tidur sama Reivan. Kamu tahu, kan, ada pintu penghubung di kamar ini?” Telunjukku mengarah ke connecting door diikuti pandangan Dewi. “Iya, Bu.”

Aku berdecak mendengar jawaban Dewi. Tentu saja percuma memberi penjelasan kepadanya, sebab bukan Dewi orang yang harus kuyakinkan.

“Terus gimana? Kenapa mama mertua saya  bisa sampai tau?”

“Iya, itu, Bu Lia langsung panik, katanya mau bilang ke Bu Nawang. Saya bilang jangan dulu, biar Ibu aja yang bilang ke Ibu, eh, maksudnya, biar Ibu”—Dewi menunjukku menggunakan jempol tangan kanannya—“yang bilang ke Bu Nawang. Tapi kebetulan waktu itu Bu Nawang panggil Bu Lia. Kayaknya pas itu Bu Lia cerita, cuma saya enggak tau Bu Lia cerita apa aja ….”

Apa Bu Lia cerita lanjutannya? Sepertinya tidak, karena kalau Bu Lia sudah cerita, pasti Bu Nawang tidak akan terlihat bahagia seperti semalam. Iya, kan? Iya, sepertinya memang iya. Sepertinya aku masih aman, dan jika aku bisa membuat Bu Lia dan Reivan tetap diam, aku akan bisa menyelesaikan masalahku tanpa melalui perceraian sebelum waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kabar kehamilanku pun tidak perlu disebarluaskan. Segalanya pasti akan kembali tenang. Semua akan kembali baik-baik saja. 

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)
Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)
Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 29)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 28 )
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 27 )

Berita Terkait

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:41 WIB

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:38 WIB

Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:25 WIB

Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:23 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:13 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB