Novel : Room for Two Bab 32: Balada sang Waktu

- Penulis

Kamis, 21 November 2024 - 09:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Room for Two Bab 32 Karya Bumban Dafnah

Room for Two Bab 32 Karya Bumban Dafnah

Kugigit kuat-kuat bibirku. Kutahan isakanku. Untuk membuatnya makin tidak terdengar, aku bahkan menutup mulutku menggunakan kedua telapak tangan. 

Kenapa? Kenapa tidak ada keinginanku yang berjalan sesuai rencana? Seharusnya aku mati setelah menelan semua obat penahan nyeri milik Reivan tanpa sepengetahuannya. Seharusnya aku langsung terbangun di neraka, bukannya terjaga di rumah sakit dan mendengarkan perselisihan Reivan dengan ibunya.

“Bu … Reivan bahagia, Bu.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Bahagia gimana, Nak? Lelaki mana yang mau terima istrinya mengandung anak dari lelaki lain ….”

Kata-kata Bu Nawang hilang oleh suara tangisan. Ia terisak-isak ditingkahi suara menyayat hati dari Mama, ibuku, yang memintakan permohonan maaf untukku.

“Saya sudah gagal mendidik anak perempuan saya satu-satunya. Maafkan saya, Mbak, maafkan Hana. Maafkan ayahnya juga, kakaknya, maafkan keluarga kami. Saya malu, saya malu … sekali. Tapi saat ini saya cuma bisa minta tolong sama Reivan, dia satu-satunya harapan saya, orang yang bisa menjaga Hana selain papanya.”

Mendengar Mama memelas seperti itu, rasanya seperti ada ribuan pisau yang menikam jantungku secara bersamaan. Kapan terakhir kali aku mendengar Mama menangis sepilu itu? Setahun lalu? Sebulan lalu? Sepertinya baru beberapa hari lalu, ketika Papa pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Lalu mengapa Mama menangis lagi? Mengapa aku membuatnya terluka, lagi dan lagi?

“Sudah, Ma, sudah ….”

“Maafkan Mama, Reivan. Mama salah—”

“Enggak, Ma. Kalau mau cari siapa yang salah, Reivan yang paling bersalah. Kalau Reivan nolak permintaannya untuk nikah satu tahun, kalau Reivan enggak ngusir Ishana dari rumah, ini pasti enggak akan terjadi. Tapi ini semua sudah terjadi, ya sudah biar Reivan sama Ishana jalani aja.”

“Kamu enggak akan bisa sayang sama anak itu, Reivan—”

“Bu, Reivan ini bukan anak kandung Ibu, kan? Tapi Ibu tetap sayang sama Reivan, kan? Ibu tetap ngerawat Reivan dengan baik, kan?”

Suasana hening sejenak tanpa ada seorang pun yang bicara. Hanya suara terisak-isak yang masih terdengar meningkahi kesunyian di kamar itu. 

Baca Juga:  Novel : Cindur Mata (Part 2)

“Bu … Reivan tahu Ibu marah, Ibu sakit hati. Reivan minta maaf. Tapi, Bu, Ishana sekarang ini enggak punya siapa-siapa lagi. Seandainya Alston mau tanggung jawab, Reivan pasti rela ninggalin Ishana. Pasti Reivan enggak akan ragu untuk pergi, sesuai kemauan Ibu. Ibu selalu nyuruh Reivan jadi laki-laki pemberani, ingat, kan, Bu? Ya ini, saat ini Reivan sedang berusaha jadi laki-laki pemberani. Reivan mau bertanggung jawab sama Ishana. 

“Bu, karena semua keributan ini, Papa sampai pergi dari kita. Reivan enggak mau Ishana ikut pergi juga. Coba Ibu pikir, Ishana sudah ditolak pacarnya, ditinggal papanya, diabaikan kakaknya, kalau Reivan pergi juga, siapa yang mau nguatin Ishana, Bu? Reivan suaminya, Reivan sudah janji di depan Tuhan, di depan papanya, di depan semuanya. Reivan mau jaga Ishana. Reivan sudah pikirkan baik-baik. Tolong, ya, Bu, tolong Ibu restui keputusan Reivan ….”

Tangisanku makin kencang mendengar itu. Mengapa Tuhan, mengapa Engkau ciptakan manusia sebaik Reivan untukku? Untuk aku, perempuan yang tidak pernah menghargai keberadaannya dan tidak pernah mensyukuri perhatiannya?

Tirai tersibak. Reivan—bengkak di matanya mulai berkurang—buru-buru menghampiriku.

“Ishana?”

Aku tidak mampu sembunyi-sembunyi lagi. Begitu Reivan mendekat dan berada dalam jangkauanku, aku menarik lalu menciumi tangannya. 

“Maaf ….”

“Ishana—”

Maafin aku, Reivan. Maafin Hana, Ma …. Maafin Hana, Bu. Hana salah. Hana nyesel. Maafin Hana, tolong maafin Hana. Maafin Hana.”

Air mata yang kutahan-tahan sejak kepergian Papa, rupanya mereka hanya bersembunyi untuk sementara. Hari itu, mereka berhamburan lagi, berlarian keluar dari kelopak mataku, membasahi semua permukaan yang mereka lalui dengan penyesalan sepenuh hati. 

Tangisanku makin tak terkendali ketika satu per satu orang-orang kesayanganku datang dan melayangkan pelukan. Mama, Bu Nawang, lalu Reivan. Dan di tangan orang terakhirlah aku benar-benar merasakan perlindungan. 

Aku aman, kami aman. Semua akan membaik perlahan-lahan. []

Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)
Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)
Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 29)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 28 )
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 27 )

Berita Terkait

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:41 WIB

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:38 WIB

Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:25 WIB

Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:23 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:13 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB