Novel Room for Two Bab 34: Produk Gagal

- Penulis

Kamis, 21 November 2024 - 10:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Room for Two Bab 34 Karya Bumban Dafnah

Room for Two Bab 34 Karya Bumban Dafnah

Reivan tersenyum dan mengangguk. “Sarah. Bagus. Cocok. Aku suka,” katanya sambil memaksakan diri tersenyum. 

Tidak lama setelah itu Reivan menghela napas panjang. Sesekali ia mengalihkan pandangan sambil mengelap sudut matanya.

“Reivan … kamu kenapa?’

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Maaf, aku agak … terbawa suasana. Aku ngerasa bersalah, Seharusnya kalau kamu sakit, malam itu—”

“Bukan karena kamu.” Kugenggam tangan Reivan. “Bukan salah kamu. Please, aku enggak mau kita saling menyalahkan. Iya aku sedih, iya aku kehilangan, tapi aku enggak mau tambah sedih karena kita malah ribut cari siapa yang salah. Aku cuma pengin kita saling menguatkan. Aku juga mau … mau berterima kasih karena kamu, dan ibu kamu, sudah mau menerima Sarah jadi bagian dari keluarga kita. Terima kasih karena ikut merasa kehilangan atas kepergiannya. Terima kasih karena ikut merasa memiliki walau dia belum terlahir ke dunia ini. Terima kasih, Reivan, aku banyak sekali dapat kebaikan dari kamu … sampai-sampai enggak tahu harus balas kebaikan kamu itu dengan cara apa dan gimana.”

Reivan berdiri. Ia menghampiriku lalu memeluk tubuhku seerat mungkin.

“Aku sayang kamu, Ishana. Dan pastinya aku sayang Sarah karena dia bagian dari dirimu juga.”

“Terima kasih. Maaf aku selalu ngecewain kamu, selalu ngebebanin kamu dengan kelakuan-kelakuanku. Maaf aku selalu ngandelin kamu. Maaf karena aku berulang kali gagal, jadi anak, jadi istri, jadi ibu ….”

Kata-kataku terhenti oleh tangisan. Mengucapkan semua itu membuat batinku perih karena menyadari, betapa rusaknya diriku sebagai manusia. Aku produk Tuhan yang gagal, aku tidak bisa diperbaiki. Ada Reivan sebagai suami yang masih mau membersamaiku pun adalah sebuah anugerah yang sebetulnya tidak kayak kumiliki.

“Kurasa, sekarang papamu dan Sarah lagi bertemu di atas sana. Kurasa mereka sedang melihat kita. Dan kurasa … enggak baik kalau mereka sampai mendengar kata-katamu tadi. Memang pasti sedih ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, apalagi kalau kita enggak sempat memenuhi harapan-harapannya. Tapi kalau kemudian mereka memilih pergi, kupikir itu bukan berarti kamu gagal lalu boleh merutuki diri sendiri. Kupikir … kamu justru harus ingat harapan yang pernah mereka titipkan itu. Kamu harus tetap hidup dengan penuh semangat, dengan begitu mereka yang pergi akan merasa kepergiannya lebih dihormati.”

Baca Juga:  Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 4)

“Papa berharap aku jadi istri yang baik buat kamu.” Aku bergumam pelan sembari membayangkan wajah Papa. Lalu aku membayangkan Sarah. “Tapi apa yang diharapkan oleh janin yang belum bisa bicara?”

“Mungkin dia hanya ingin kamu tahu, bahwa dia pernah ada dan jadi bagian dari dirimu. Dan kehadirannya, meskipun singkat, sudah menghadirkan cinta bagi keluarga kita.”

***

 

Aku baru bisa berkunjung ke makam Sarah dua hari kemudian. Saat itu langit menurunkan air hujan, membasahi gundukan tanah yang tingginya tidak seberapa. Aku berjongkok di samping gundukan itu, ditemani Reivan yang membungkuk memayungiku. Kutaburkan bunga berwarna-warni ke atasnya makamnya, kubelai nisan yang bertuliskan namanya.

Dalam hati, pertama-tama kuucapkan maaf kepada Sarah. Maaf karena aku tidak betul-betul menjaganya. Maaf karena aku berulang kali menyakitinya. Maaf karena cintaku kepadanya datang begitu terlambat. Namun, aku juga berterima kasih kepadanya. 

Terima kasih karena mau memilihku sebagai ibunya. Terima kasih karena telah bertahan saat situasi sedang teramat sulit. Terima kasih karena telah membuatku merasakan kebahagiaan menjadi calon ibu. Dan seperti yang Reivan bilang ….

“Terima kasih karena telah hadir dan mendatangkan cinta bagi keluarga kita. Tanpa kamu, Mama mungkin masih tersesat. Mama mungkin makin tersesat. Terima kasih, Sarah.”

Aku berdiri dibantu Reivan. Ia kemudian mengajakku duduk di balkon sambil menatap nisan Sarah yang basah bermandikan air hujan. Tak lama setelahnya, dari kejauhan, kulihat semburat pelangi. Kurasa itu Papa dan Sarah sedang berjalan bersama di sana. Kurasa aku mendengar mereka berkata, aku akan bertahan karena hari esok masih menyimpan harapan. []

Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)
Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)
Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 29)
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 28 )
Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 27 )

Berita Terkait

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:41 WIB

Novel Hitam Putih Pernikahan (Bab 16)

Sabtu, 7 Desember 2024 - 08:38 WIB

Novel : Hitam Putih Pernikahan (Bab 15)

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:25 WIB

Novel: Padamu Aku Akan Kembali (Part 7)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:23 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Tamat)

Senin, 2 Desember 2024 - 11:13 WIB

Novel : Senja Membawamu Kembali ( Part 30)

Berita Terbaru

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Olahraga

Singapura vs Thailand Piala Aff, 2-1 Singapura Unggul

Selasa, 17 Des 2024 - 20:48 WIB

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Hiburan

Nikita Willy Rayakan Kelahiran Anak Ke 2 Lewat Water Birth

Selasa, 17 Des 2024 - 20:20 WIB

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Bencana

Gempa Vanuatu Merusak Gedung Kedubes AS dan Prancis

Selasa, 17 Des 2024 - 14:47 WIB