Reivan tersenyum dan mengangguk. “Sarah. Bagus. Cocok. Aku suka,” katanya sambil memaksakan diri tersenyum.
Tidak lama setelah itu Reivan menghela napas panjang. Sesekali ia mengalihkan pandangan sambil mengelap sudut matanya.
“Reivan … kamu kenapa?’
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Maaf, aku agak … terbawa suasana. Aku ngerasa bersalah, Seharusnya kalau kamu sakit, malam itu—”
“Bukan karena kamu.” Kugenggam tangan Reivan. “Bukan salah kamu. Please, aku enggak mau kita saling menyalahkan. Iya aku sedih, iya aku kehilangan, tapi aku enggak mau tambah sedih karena kita malah ribut cari siapa yang salah. Aku cuma pengin kita saling menguatkan. Aku juga mau … mau berterima kasih karena kamu, dan ibu kamu, sudah mau menerima Sarah jadi bagian dari keluarga kita. Terima kasih karena ikut merasa kehilangan atas kepergiannya. Terima kasih karena ikut merasa memiliki walau dia belum terlahir ke dunia ini. Terima kasih, Reivan, aku banyak sekali dapat kebaikan dari kamu … sampai-sampai enggak tahu harus balas kebaikan kamu itu dengan cara apa dan gimana.”
Reivan berdiri. Ia menghampiriku lalu memeluk tubuhku seerat mungkin.
“Aku sayang kamu, Ishana. Dan pastinya aku sayang Sarah karena dia bagian dari dirimu juga.”
“Terima kasih. Maaf aku selalu ngecewain kamu, selalu ngebebanin kamu dengan kelakuan-kelakuanku. Maaf aku selalu ngandelin kamu. Maaf karena aku berulang kali gagal, jadi anak, jadi istri, jadi ibu ….”
Kata-kataku terhenti oleh tangisan. Mengucapkan semua itu membuat batinku perih karena menyadari, betapa rusaknya diriku sebagai manusia. Aku produk Tuhan yang gagal, aku tidak bisa diperbaiki. Ada Reivan sebagai suami yang masih mau membersamaiku pun adalah sebuah anugerah yang sebetulnya tidak kayak kumiliki.
“Kurasa, sekarang papamu dan Sarah lagi bertemu di atas sana. Kurasa mereka sedang melihat kita. Dan kurasa … enggak baik kalau mereka sampai mendengar kata-katamu tadi. Memang pasti sedih ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, apalagi kalau kita enggak sempat memenuhi harapan-harapannya. Tapi kalau kemudian mereka memilih pergi, kupikir itu bukan berarti kamu gagal lalu boleh merutuki diri sendiri. Kupikir … kamu justru harus ingat harapan yang pernah mereka titipkan itu. Kamu harus tetap hidup dengan penuh semangat, dengan begitu mereka yang pergi akan merasa kepergiannya lebih dihormati.”
“Papa berharap aku jadi istri yang baik buat kamu.” Aku bergumam pelan sembari membayangkan wajah Papa. Lalu aku membayangkan Sarah. “Tapi apa yang diharapkan oleh janin yang belum bisa bicara?”
“Mungkin dia hanya ingin kamu tahu, bahwa dia pernah ada dan jadi bagian dari dirimu. Dan kehadirannya, meskipun singkat, sudah menghadirkan cinta bagi keluarga kita.”
***
Aku baru bisa berkunjung ke makam Sarah dua hari kemudian. Saat itu langit menurunkan air hujan, membasahi gundukan tanah yang tingginya tidak seberapa. Aku berjongkok di samping gundukan itu, ditemani Reivan yang membungkuk memayungiku. Kutaburkan bunga berwarna-warni ke atasnya makamnya, kubelai nisan yang bertuliskan namanya.
Dalam hati, pertama-tama kuucapkan maaf kepada Sarah. Maaf karena aku tidak betul-betul menjaganya. Maaf karena aku berulang kali menyakitinya. Maaf karena cintaku kepadanya datang begitu terlambat. Namun, aku juga berterima kasih kepadanya.
Terima kasih karena mau memilihku sebagai ibunya. Terima kasih karena telah bertahan saat situasi sedang teramat sulit. Terima kasih karena telah membuatku merasakan kebahagiaan menjadi calon ibu. Dan seperti yang Reivan bilang ….
“Terima kasih karena telah hadir dan mendatangkan cinta bagi keluarga kita. Tanpa kamu, Mama mungkin masih tersesat. Mama mungkin makin tersesat. Terima kasih, Sarah.”
Aku berdiri dibantu Reivan. Ia kemudian mengajakku duduk di balkon sambil menatap nisan Sarah yang basah bermandikan air hujan. Tak lama setelahnya, dari kejauhan, kulihat semburat pelangi. Kurasa itu Papa dan Sarah sedang berjalan bersama di sana. Kurasa aku mendengar mereka berkata, aku akan bertahan karena hari esok masih menyimpan harapan. []
Ikuti novel terkini dari Redaksiku di Google News atau WhatsApp Channel
Halaman : 1 2