Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, mempertimbangkan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sedang mengalami tekanan politik yang sangat besar setelah Presiden Joko Widodo memberikan restu kepada putranya, Gibran Rakabuming Raka, untuk menjadi calon wakil presiden dari pasangan Prabowo Subianto.
Banyak elit PDI-P merasa bahwa Jokowi dan keluarganya telah meninggalkan mereka, meskipun telah diberikan hak istimewa di berbagai kontes politik dari tingkat daerah hingga pusat.
Situasi ini semakin memanas setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk mengabulkan sebagian gugatan yang berkaitan dengan batas usia minimum bagi calon presiden dan wakil presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keputusan ini membuka peluang bagi Wali Kota Solo, yang juga merupakan putra pertama Presiden, untuk menjadi calon wakil presiden dari kubu Prabowo.
Menurut Dedi, PDI-P sedang berada dalam situasi yang sangat kompleks. Mereka dihadapkan pada dilema antara meluapkan kemarahan karena merasa dikhianati oleh Jokowi, sementara pada saat yang sama, sulit untuk mengungkapkan kemarahan tersebut karena Jokowi dikenal sebagai sosok yang sulit terprovokasi.
PDI-P khawatir jika mereka mengambil tindakan tegas terhadap Jokowi dan Gibran, mereka akan menghadapi sanksi serupa yang selama ini mereka terapkan terhadap kader-kader yang tidak sejalan dengan partai.
Oleh karena itu, PDI-P lebih memilih untuk menjaga ketenangan dan berusaha menghindari tindakan yang berpotensi mendapat penolakan dari publik.
Dalam hal pernyataan Hasto yang menyebut bahwa PDI-P merasa ditinggalkan, Dedi meyakini bahwa pernyataan tersebut bertujuan untuk membentuk opini bahwa Jokowi bukanlah sosok seperti yang selama ini mereka bayangkan.
Ia juga memperkirakan bahwa PDI-P akan terus menggunakan strategi serupa selama masa jabatan Presiden Jokowi berlangsung, agar masyarakat tidak meragukan komitmen partai.
Meskipun menghadapi ketidakpastian dan perasaan kesal terhadap Jokowi, PDI-P menganggap diri mereka sebagai partai pemenang yang masih menduduki posisi teratas dalam politik Indonesia.
Sebelumnya, PDI-P memiliki pandangan yang optimis tentang Jokowi, yaitu bahwa ia akan tetap mendukung partai yang telah membesarkannya.
Hasto Kristiyanto, dalam keterangannya kepada media pada tanggal 29 Oktober 2023, mengungkapkan bahwa banyak anggota partai, terutama di tingkat akar rumput, awalnya tidak percaya bahwa Jokowi akan meninggalkan partai ini.
Mereka menganggap bahwa Jokowi adalah salah satu figur yang telah menerima dukungan penuh dari basis partai sejak dia menjabat sebagai Wali Kota Solo hingga menjadi Presiden.
Namun, dengan perkembangan situasi yang sekarang, PDI-P merasakan kekecewaan yang mendalam.
Meskipun telah memberikan dukungan besar kepada Jokowi dan keluarganya, partai ini merasa ditinggalkan karena Jokowi memiliki permintaan lain yang dianggap dapat melanggar prinsip kebaikan dan Konstitusi.
Hasto menjelaskan bahwa PDI-P saat ini tengah dalam suasana yang penuh kesedihan dan rasa sakit hati, sambil berserah diri kepada Tuhan dan rakyat Indonesia menghadapi apa yang tengah terjadi.
Mereka mencintai Jokowi dan telah memberikan hak istimewa yang besar kepadanya dan keluarganya, tetapi mereka merasa ditinggalkan karena Jokowi lebih memilih jalannya yang lain.
Dalam menghadapi kondisi politik yang semakin rumit dan tekanan yang datang dari berbagai arah, PDI-P harus memutuskan bagaimana mereka akan menjalani masa depannya.
Dalam situasi di mana pemilihan umum semakin dekat, partai ini harus menemukan cara untuk menjaga stabilitas dan mempertahankan posisinya sebagai partai pemenang.
Upaya untuk menjaga kesolidan dan menangani perasaan kekecewaan anggota partai yang merasa ditinggalkan oleh Jokowi akan menjadi salah satu tantangan besar yang harus diatasi oleh PDI-P.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini